Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 271 - Chapter 280

302 Chapters

Tak Berjalan Sesuai Rencana

Di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai, di pinggiran Kota HK.Ribuan orang berlalu-lalang, di dalam pusat perbelanjaan maupun di luar.Ini memang Sabtu malam. Anak-anak muda biasanya menghabiskan waktu hingga larut di kawasan ini, bersenang-senang dengan teman atau pasangan.Sekilas melihatnya, tak ada yang istimewa. Hanya malam biasa dengan keramaian yang biasa.Namun, di balik itu semua, ada ancaman yang membayang.Beberapa di antara ribuan itu adalah para penyusup yang berada di sana bukan untuk bersenang-senang, bukan juga untuk sekadar menikmati berlalunya waktu.Mereka mengemban misi yang “mulia”. Tujuan mereka adalah menyadarkan ribuan orang itu kalau kehidupan mereka sebenarnya tak seaman yang mereka kira.Tidak mudah mengenali orang-orang itu. Masing-masing, puluhan jumlahnya, mengenakan pakaian yang membuat mereka membaur dengan sempurna di kerumunan dan lalu-lalang orang.Adapun yang membuat mereka terhubung dan bisa mengenali satu sama lain adalah alat komunikasi canggih
Read more

Kegagalan yang Memalukan

"Yeah!!!"Drone itu meledak. Salah satu roket yang ditembakkan ke arahnya berhasil mengenainya.Tentara-tentara itu bersorak. Morgan sendiri masih memakai teropong, memantau ke arah mana si drone itu jatuh sekaligus mencari-cari keberadaan drone-drone lain.Ini baru satu drone. Mereka harus bersiap-siap kalau-kalau ada drone lainnya.Sementara Morgan menjadi radar alami bagi pasukannya ini, orang-orang yang berhasil mereka tangkap dan kumpulkan itu kini tampak lesu.Mereka diberitahu kalau akan ada drone yang diluncurkan untuk membantu mereka menuntaskan misi. Tapi baru saja mereka melihat, dengan mata kepalanya sendiri, bahwa drone tersebut ditembak jatuh."Habislah kita. Misi ini benar-benar gagal total," kata salah satu dari mereka."Kenapa jadi begini? Bukankah kita telah melakukan persiapan dengan baik?”“Siapa yang berkhianat di antara kita? Mereka bisa tahu rencana kita sampai sedetail ini pastilah karena ada yang membocorkannya kepada mereka, kan?!”“Benar juga! Ada yang berkh
Read more

Kabar Baik, atau Kabar Buruk?

Morgan dan pasukan yang dipimpinnya baru saja meninggalkan kawasan di mana pusat perbelanjaan tadi berada.Mereka telah memastikan bahwa kekacauan berhasil dicegah, bahwa orang-orang yang diterjunkan langsung ke kawasan itu sudah mereka tangkap semua.Drone-drone yang dikerahkan pun berhasil ditembak jatuh semuanya.Ini kemenangan mutlak. Mereka berhasil menuntaskan misi dengan nilai sempurna!Dan hal yang sama pun terjadi pada tim-tim lain yang dikerahkan ke lokasi-lokasi lain.Morgan merasa bungah. Tubuhnya mendadak terasa begitu ringan. Rasanya telah sangat lama sejak dia merasakan kemenangan yang memuaskan seperti ini.Dan dengan keberhasilannya ini pun, dia seolah-olah menebus keteledorannya waktu menghadapi orang-orangnya Rudolf tempo hari.Kini Morgan bisa melupakan kekacauan yang terjadi ketika itu. Dia juga yakin dia bisa tertidur lelap malam ini, meski bukan di rumahnya.Sesuai rencana, sebab situasi belum sepenuhnya kondusif, Morgan akan menumpang dulu di markas militer Kot
Read more

Sulitnya Menerima Takdir

Morgan terbelalak. Dia menatap ibu mertuanya tak percaya.“Apa, Ma? Agnes amnesia?” tanyanya.“Dia mengalami amnesia total dan ini semua salahmu! Salahmu!” bentak Melisa.“Ta-tapi, Ma… Tak mungkin… Ini tak mungkin…”“Tutup mulutmu, anak jadah! Aku tak mau lagi mendengar apa pun darimu! Aku juga tak mau melihat wajah busukmu ini! Pergi sana! Keluar!”Morgan terdiam, nyaris mematung seperti manekin.Agnes mengalami amnesia total? Apakah itu artinya dia benar-benar melupakan semuanya? Semuanya?“Agnes, katakan padaku kalau ini tidak benar-benar terjadi. Katakan padaku kalau kalian sedang mengerjaiku. Ini sebenarnya prank, kan?” kata Morgan, masih saja menolak kenyataan yang memang pahit itu.“Maafkan aku,” kata Agnes, lemah.Melihat sorot mata Agnes yang memancarkan kesedihan saat menatapnya, Morgan merasa dirinya hancur.Dia tak terima. Dia tak terima kondisi istrinya jadi seperti ini.Amnesia total? Yang benar saja! Memangnya separah apa benturan yang dialami kepalanya saat dia mengala
Read more

Sejumput Cahaya

“Aku tidak bisa menjamin cara ini akan berhasil, tapi kukira patut dicoba,” kata Allina.“Apa itu? Katakan saja cepat! Tak usah bertele-tele!” desak Morgan.Allina kembali menghela napas. Sosok Morgan di hadapannya ini benar-benar berbeda dari yang dikenalnya dulu.Apakah rasa kecewa dan frustrasi bisa membuat seseorang berubah sampai sejauh itu?“Tak enak bicara di sini. Kita cari tempat duduk dulu?” usul Allina.Morgan melirik ke kanan dan ke kiri. Memang benar. Mereka saat ini bicara di koridor. Tentu saja itu mengganggu orang-orang yang mau lewat.“Ya sudah. Kita duduk di sana saja,” kata Morgan, menunjuk ke sebuah bangku panjang dengan sandaran di dekat kolam ikan.Allina mengangguk. Mereka pun menuju ke bangku itu.Setelah duduk di bangku, mereka melanjutkan obrolan mereka tadi.“Jadi, metode pengobatan apa yang sebenarnya kau maksud ini?” tanya Morgan langsung.“Ini… mungkin akan terdengar menggelikan bagi sebagian orang. Tapi bagi mereka yang percaya bahwa manusia tidak hanya
Read more

Penghinaan yang Tak Bisa Diterima

Morgan menatap si resepsionis dengan dengki.Dari tadi dia mencoba bersabar, mengabaikan sikap acuh tak acuh si resepsionis padanya.Kalau tahu si resepsionis akan bertingkah sekurang ajar ini, sudah dari tadi dia membentaknya.“Ayo cepat keluar!” kata si satpam, memegang lengan kanan Morgan dan menariknya.Morgan sempat terseret dua-tiga langkah, tapi kemudian dia kokohkan pijakannya.Si satpam menoleh, menatap Morgan dengan bingung.Tubuh Morgan lebih kecil darinya. Bagaimana bisa orang ini tak bergeser sedikit pun meski dia telah menariknya sekuat tenaga?“Lepaskan tanganku!” ucap Morgan kesal, mengibaskan tangannya hingga tangannya itu terlepas.Dia lantas kembali ke meja si resepsionis. Wanita bermata sipit itu menatapnya lekat-lekat, juga dengan heran.“Aku bilang aku mau melihat-lihat hunian yang dijual di sini. Aku juga bilang kalau aku akan membelinya dan langsung menempatinya hari ini juga kalau aku menemukan hunian yang cocok. Kenapa kau malah memanggil satpam untuk mengusi
Read more

Mereka Pantas Dihukum

Manajer Liu terperenyak. Yang ditunjukkan Morgan padanya bukanlah kartu biasa. Itu adalah black card edisi khusus yang hanya dibuat beberapa seri saja di dunia."Coba kulihat," kata Manajer Liu, mengambil kartu tersebut dan membolak-baliknya, mengeceknya dengan teliti.Dia sempat berharap kalau anggapannya itu keliru, bahwa di kartu tersebut dia akan menemukan sesuatu yang janggal yang menandakan bahwa kartu itu palsu.Tapi, berkali-kali pun dia membolak-baliknya, dia tak juga menemukannya.'Apakah black card ini memang asli?' pikirnya, tak percaya.Matanya membulat dan mulutnya sedikit terbuka.Si resepsionis, yang tak tahu apa pun soal black card di tangan Manajer Liu, menatap sang manajer dengan heran.Dia pikir Manajer Liu akan langsung mengusir si gembel yang mengaku-ngaku klien ini. Tapi, sampai detik ini, tak ada tanda-tanda dia akan melakukannya.Justru, dia melihat perubahan gestur yang mencengangkan dari Manajer Liu.Saat mengembalikan kartu itu ke si gembel, Manajer Liu mel
Read more

Tawaran Konyol Keysha

Mendapati mata Morgan tertuju ke belahan dadanya, Keysha seperti mendapat lampu hijau. Dia pun melangkah lebih jauh lagi: memasukkan jari tengahnya ke belahan dadanya itu.“Anda menyukai wanita dengan belahan dada yang dalam, Tuan Morgan?” tanya Keysha, menatap Morgan nakal.Morgan balas menatapnya. Keysha salah mengartikan tatapan lurus Morgan itu sebagai “Morgan tertarik untuk menikmati tubuhnya.”Keysha menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa posisi mereka berdua saat ini tak begitu tertangkap oleh CCTV.Lalu dia menatap Morgan sambil tersenyum nakal, dan mulai melepas dua kancing kemejanya lagi.Refleks, Morgan mengarahkan matanya ke sana. Kali ini Morgan bisa melihat buah dadanya Keysha dengan lebih jelas.Meski masih tertutupi oleh bra warna pink, gunung kembar itu tampak menggairahkan.Keysha, yang kerap menunjukkan buah dadanya ini kepada atasan-atasannya yang tertarik padanya, yakin betul kalau Morgan pun akan bertekuk lutut padanya.Seperti halnya atasan-atasannya yan
Read more

Kau Pikir Seleraku Serendah Itu?

Morgan menatap Keysha dengan kening mengerut. Keysha menatapnya penuh arti. "Ayolah, Tuan Morgan. Memangnya Anda bisa menahan dorongan itu lebih lama lagi?" pancing Keysha. Wanita itu kini telah melepas semua kancing kemejanya. Dia lanjutkan dengan mengeluarkan kedua buah dadanya, lantas memelintir putingnya sendiri. Selain menatap Morgan penuh arti, Keysha juga memasang muka nakal, menggigit bibir bawahnya. Morgan merasakan betapa kuatnya tangan kanan Keysha menahan tangan kirinya. 'Wanita ini benar-benar gila,' pikirnya. Tapi Morgan melihat ini sebagai kesempatan untuk memberi si wanita kepedean ini pelajaran. Dia duduk lagi di kursi kemudi. Dia tutup lagi pintu. "Kau mau kita melakukannya sekarang, di sini?" tanya Morgan. Keysha tersenyum, mengangguk, lantas menarik tangan Morgan yang dipegangnya itu, mengarahkannya ke buah dadanya. "Mari kita mulai dengan wahana yang satu ini, Tuan, m" kata Keysha, menjulurkan lidahnya sesaat. Morgan tersenyum. Bukan senyum mesum, tapi
Read more

Dipermainkan, Dipermalukan

Keysha terkejut dengan cara Morgan bicara padanya.Tidak hanya itu, cara Morgan menatapnya pun membuatnya ketakutan.Ini bukan jenis ketakutan yang biasa dirasakannya saat berada di dekat seorang pria hidung belang.Ketakutan yang dirasakannya saat ini bertolak pada pikiran bahwa Morgan bisa saja menyakitinya dan bahkan menghabisinya.Saking ketakutannya Keysha, tangan dan kakinya sampai gemetar.Matanya membelalak dan dadanya kembang-kempis.“Keluar kau! Turun!” bentak Morgan, mengibaskan tangan Keysha yang dipegangnya itu.Keysha mengaduh kesakitan. Dia kemudian membuka pintu dan turun.Itu dilakukannya nyaris tanpa sadar. Dia dikendalikan oleh rasa takutnya sampai-sampai dia sesaat lupa kalau dia sedang tak mengenakan apa pun.Bruk!Morgan langsung menutup pintu mobilnya itu, dengan keras.Keysha refleks mundur selangkah. Dia memeluk dirinya sendiri sebab angin dingin menghantamnya.“Sampai jumpa, Cantik,” kata Morgan sambil melambaikan tangan, memberi Keysha senyum mengejek.Mobil
Read more
PREV
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status