Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 291 - Chapter 300

302 Chapters

Monster

"Mati kau, Keparat!!!" Dor! Dor! Dor! Dor! Si Codet melepaskan beberapa tembakan beruntun ke arah Morgan tadi berdiri. Tentu dia tak bisa melihat Morgan sebab dia tak mengenakan alat bantu apa pun. Ruangan benar-benar gelap. Pintu garasi telah tertutup rapat dan pendaran cahaya lampu dari pintu ruang bawah tanah tak cukup terang untuk membantunya melihat apa pun. Lantas, apakah tembakan-tembakannya itu mengenai Morgan? Tidak. Tak ada satu pun yang kena. Morgan tahu si Codet akan menembaknya, sehingga dia telah mengantisipasinya lebih dulu. Dia berpindah posisi, dengan cepat. Berbeda dengan si Codet, dia bisa melihat dengan cukup baik apa-apa yang ada di ruangan gelap itu. Itu karena dia baru saja mengerahkan energi murninya dan memfokuskannya ke matanya. Tak ingin si Codet mengetahui posisinya, Morgan bergerak dengan hati-hati. Matanya terarah terus pada si Codet. Si Codet sendiri begitu tegang. Dia tahu tembakan-tembakan beruntunnya tadi tak mengenai sasaran, soalnya dia
Read more

Musuh yang Kuat

Morgan bergerak dengan sangat cepat sehingga dia bisa menghindari serangan brutal si monster.Lantai lorong yang semula dipijak Morgan hancur. Debu-debu beterbangan di udara, menghalangi pandangan si monster.Sebentar kemudian, si monster menyadari keberadaan Morgan, dan dia menoleh ke kanan, ke arah pukul dua.Di situ, Morgan perlahan menegakkan punggungnya.Tubuhnya terlihat lebih besar. Aura berwarna hitam pekat keluar dari tubuhnya, menyelimuti tubuhnya itu seperti kobaran api."Graaaaaoooooo!!!!"Si monster kembali meraung kencang. Angin seketika berembus kencang menerpa tubuh Morgan.Morgan bergeming di tempatnya. Matanya fokus terarah pada si monster.Kemudian dia mengubah kuda-kudanya, mengepalkan kedua tangan dan bersiap menyerang.Melawan musuh sekuat ini, akan lebih baik baginya jika dia yang aktif menyerang."Ha!!!"Morgan pun berlari, melesat cepat ke depan.Boom!!!!Dia hantamkan tinjunya ke arah si monster. Si monster menahannya dengan menjadikan kedua tangannya perisai
Read more

Kata-kata Terakhir

Pukulan Morgan menghantam kedua tangan si monster yang disilangkan di depan mukanya. Saat itu juga, terdengar bunyi retakan yang mengiris dada, diikuti auman panjang dari si monster. "GRRRRAAAAOOOOOOOO!!!!!"Morgan memutar tubuhnya dengan cepat dan menendang si monster tepat di dadanya. Si monster terpelanting jauh. Ambruk. Dan dia tak lekas berdiri lagi seperti tadi. Kedua tangannya hancur. "GRRRAAAOOOOO!!!!!"Si monster kembali mengaum panjang. Tapi aumannya kali ini berbeda dengan yang tadi-tadi. Kali ini, bukan kemarahan yang terasa dominan di auman itu, melainkan kesedihan dan keputusasaan. Mendapati si monster tak juga bangun meski telah beberapa detik berlalu, Morgan membatalkan kuda-kudanya. Masih dengan kedua tangan memancarkan cahaya kuning kemerah-merahan itu, dia berjalan ke arah si monster. Setelah dia cukup dekat dengan si monster, si monster menatapnya. Awalnya Morgan mengira ini perasaannya saja, tapi rupanya si monster memang menangis; sepasang matanya basah
Read more

Akhir Tragis Matthew

“Kau! Bagaimana bisa?”Matthew terbelalak. Dagunya seperti akan jatuh.Dia yakin betul kelima peluru tadi bersarang di tubuh Morgan. Lantas, bagaimana bisa Morgan masih bisa berdiri?Bahkan tanpa kelima peluru itu saja, Morgan mestinya sudah lumpuh gara-gara racun yang menyebar di tubuhnya.Dan pertanyaannya itu terjawab saat Matthew menemukan sesuatu yang janggal di tubuh Morgan.Kelima peluru itu memang bersarang di tubuh Morgan, tapi entah kenapa, kini mereka berlima keluar, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.Peluru-peluru itu pun jatuh ke lantai. Tubuh Morgan sendiri, tepatnya titik-titik di mana peluru itu tadi bersarang, dengan cepat pulih. Tak ada lagi luka atau apa pun.‘Apa maksudnya ini? Apa dia monster?’ pikir Matthew, masih terbelalak.Saat dia menatap wajah Morgan lagi, didapatinya Morgan menyeringai dan menerjangnya.Gerakan Morgan terlalu cepat untuk dia antisipasi. Belum juga dia mengangkat tangannya, Morgan sudah menonjoknya, tepat di muka.Brughhh!Mat
Read more

Kehilangan Besar

“Siapa ini? Apa yang terjadi pada Matthew?”Bernard menanyakannya dengan nada tinggi. Matanya membulat.[Kau tahu siapa aku, Bernard. Dan sekali lagi kuingatkan: bersiap-siaplah. Selanjutnya kaulah orang yang akan kuburu dan kuhukum.]Tuuut…. tuuut… tuuut…Panggilan diakhiri begitu saja oleh si penelepon.Bernard tahu, orang yang bicara padanya barusan itu adalah Morgan.Pertanyaannya kemudian: apa yang terjadi pada Matthew?Fakta bahwa Morgan meneleponnya dengan menggunakan nomor Matthew menunjukkan kalau saat ini Morgan berada di dekat Matthew, atau dia baru saja mengambil ponselnya Matthew.Matthew tak mungkin meminjamkan ponselnya pada Morgan. Itu artinya, situasi Matthew sedang tidak baik-baik saja. Bernard khawatir Morgan telah menghabisinya.Disamping hubungan pertemanan yang cukup dekat akibat menjalin kerja sama bertahun-tahun dengan Matthew, Bernard melihat Matthew sebagai sosok krusial yang perannya sangat signifikan dalam rencana kudeta mereka.Tanpa Matthew, kudeta itu ta
Read more

Memburu Bernard

Sebuah drone terbang di langit malam Kota HK, di atas sebuah hotel 12 lantai.Sesekali lampu kecil di bawahnya berkedip-kedip. Dalam setiap kali lampu itu berkedip, sebuah gambar terambil dan terkirim ke pusat pengendali.Drone itu dikendalikan oleh sebuah unit pasukan yang beroperasi tak jauh dari hotel. Mereka adalah tentara-tentara yang dikirim oleh Kris untuk sebuah misi khusu yang sangat rahasia.Setelah foto-foto itu sampai di pusat pengendali, segera mereka diolah dan dikirim ke Morgan.Morgan menerimanya lewat ponselnya. Dengan cara itulah dia memantau gerak-gerik Bernard.Selain gerak-gerik Bernard, Morgan juga memantau apa-apa yang dikatakan Bernard.Drone itu telah menembakkan sesuatu sejak sekitar satu jam yang lalu ke kamar hotel yang ditempati Bernard itu.Sesuatu itu bukan peluru, melainkan alat perekam kecil yang menempel di kusen jendela kamar.Teknologi canggih memungkinkan peluru itu berubah warna sesuai tempat dia menempel, sehingga mustahil bagi Bernard untuk meny
Read more

Menaklukkan Bernard

Morgan melangkah tenang sementara Bernard mundur dengan mata membulat. "Kenapa, Jenderal? Kau seperti sedang melihat hantu saja," sindir Morgan. "Kau! Apa yang kau lakukan pada Matthew?!" Bernard menyalak sambil terus mundur menjinjing kopernya. Mengabaikan pertanyaan Bernard, Morgan melirik koper hitam itu. "Sepertinya itu koper istimewa sampai-sampai kau membawanya di saat-saat seperti ini, Jenderal. Aku penasaran apa isinya," ucap Morgan. "Sialan! Jangan main-main kau denganku, ya!!" teriak Bernard, menjatuhkan koper hitamnya lalu mengambil pistol, mengarahkannya pada Morgan. Bernard melakukannya dengan cepat, tetapi Morgan sudah mengantisipasinya. Dengan gerakan yang tak kalah cepat, Morgan memegangi tangan Bernard yang besar lalu memelintirnya. "Arrgghhh!!"Pistol di tangan Bernard itu terjatuh. Morgan menendangnya. Pistol itu bergeser jauh ke belakang Bernard. "Kau tak tahu siapa orang yang kau hadapi, Keparat! Kau tak tahu neraka seperti apa yang akan menantimu kalau k
Read more

Bernard Membelot

“Kenapa? Apa kata-kataku kurang jelas?” tanya Morgan sambil duduk lagi di kursi, menyilangkan kaki dan tersenyum mengejek.Bernard menatapnya dengan benci. Orang ini benar-benar meremehkannya. Ini bukan lagi penghinaan baginya, melainkan lebih dari itu.“Kau ingin aku berada di pihakmu dan melawan para jenderal yang merupakan orang-orang penting di militer saat ini? Apa kau gila?” protes Bernard.Morgan mengangkat bahu, berkata, “Kenapa memangnya? Kau takut? Kau tak punya nyali untuk menentang mereka? Begitu, Jenderal?”Morgan lagi-lagi mengakhiri kata-katanya dengan senyum mengejek. Tak ayal itu membuat Bernard mendengus seperti banteng.“Lagi pula, Jenderal, bukankah aku yang memenangkan taruhan? Dan bukankah tadi kau bilang kalau ucapanmu bisa dipegang karena itu bagian dari prinsipmu?” sindir Morgan.Bernard kembali mendengus. Kebencian di matanya itu menyala-nyala. Tangan kanannya yang baru saja disembuhkan Morgan itu kini terkepal.Morgan menyadari betul apa yang dirasakan Berna
Read more

Morgan adalah Sang Dewa Perang

Morgan membawa Bernard ke markas militer Kota HK. Di sana, sudah menunggu Kris dan Yudha.Bernard sebenarnya bertanya-tanya untuk apa Morgan membawanya ke sana, tapi dia tek mengutarakannya.Ini kali pertamanya dia memasuki markas militer Kota HK yang berada dalam tanggung jawabnya Yudha. Dia sepenuhnya waspada, berjaga-jaga kalau-kalau Morgan tiba-tiba menjerumuskannya ke dalam bahaya.“Tenang saja, Jenderal. Kau sekarang bagian dari kami. Di sini kau aman,” kata Morgan sambil tersenyum miring, seakan mendengar apa yang digumamkan Bernard di dalam kepalanya.Bernard hanya membalas dengan lirikan kesal. Dia arahkan lagi matanya ke luar jendela, mengamati apa-apa yang ada di markas militer tersebut.Tak lama kemudian, mereka berdua berjalan ke ruangan tempat Morgan biasa bertemu dengan Kris dan Yudha untuk menyusun strategi.“Dari gerak-gerikmu, sepertinya kau sudah terbiasa ke sini. Tadi saja di depan tentara-tentara itu membiarkanmu masuk begitu saja tanpa kau perlu menunjukkan muka.
Read more

Berkumpulnya Lima Jenderal

“Kau Sang Dewa Perang?” tanya Bernard, menatap Morgan tak percaya.Lagi-lagi Morgan hanya mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Bernard pun jadi kesal.“Yudha, apa maksudnya ini? Kalau ini guyonan, sungguh ini guyonan yang buruk. Kau pikir aku percaya si anak muda yang songong ini adalah Sang Dewa Perang?” tanya Bernard sambil menatap Yudha.“Ini bukan guyonan, Bernard. Morgan memang Sang Dewa Perang,” jawab Yudha.“Apa? Jadi ini serius?”“Ya, tentu saja. Kau pikir aku akan begitu saja mengabdikan diriku pada sosok lain di militer selain Sang Dewa Perang?”Bernard menatap Yudha dengan alis hampir menyatu di tengah.Yang dikatakan Yudha itu masuk akal. Untuk apa juga dia begitu hormat dan percaya kepada seorang anak muda jika bukan karena si anak muda ini sesungguhnya sosok yang spesial.Tapi, benarkah Morgan rupanya sespesial itu?Bernard kembali menatap Morgan, memandangi wajahnya, mengamati gerak-geriknya.Dia memang belum pernah bertemu dengan Sang Dewa Perang. Selama ini dia me
Read more
PREV
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status