Home / Pernikahan / Mencari Selingkuhan Suamiku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Mencari Selingkuhan Suamiku: Chapter 151 - Chapter 160

299 Chapters

Bab 151 Bintang yang Sulit Digapai

Aku mengadakan rapat besar untuk memperingatkan para karyawan, aku tidak mau pengkhianatan yang sama terulang kembali.Akhirnya kericuhan ini berhasil diredakan. Aku yakin, sekarang Harry dan Eternal Real Estate pasti sedang resah. Untuk sementara waktu, Harry tidak punya waktu untuk mengurusku.Untuk berjaga-jaga, aku menghubungi Hana dan memintanya untuk menyelidiki Eternal Real Estate. Aku harus waspada, sedia payung sebelum hujan. Masalah kali ini memberikanku pelajaran yang berharga. Dengan adanya antisipasi, aku bisa mengatasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.Hana adalah detektif yang berbakat. Aku tahu semua yang telah dilakukannya untuk membantuku, aku tidak buta.Meskipun badai besar telah berlalu, aku masih memikirkan kejadian tadi malam. Aku belum bisa menerimanya. Shea terlihat sangat senang, dia berpikir Taufan akan menyelamatkan kami. Akan tetapi pandanganku berbeda, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada sore hari, aku menghubungi Fanny untuk men
Read more

Bab 152 Informasi yang Diberikan Adik Sepupu

Oscar meneleponku, dia mengatakan akan kembali pada hari jumat ini. Oscar sudah pergi hampir satu bulan, selama kurun waktu ini dia hanya meneleponku sebanyak dua sampai tiga kali.Kepergiannya membuahkan hasil, aku lega mendengarnya.Masih ada 1 minggu lebih dari tenggat waktu yang diberikan Taufan. Dia memintaku untuk tidak mengecewakannya.Sejak Taufan pergi ke Negara Cado sampai pada malam konferensi, kami sudah tidak pernah berkomunikasi. Meskipun telah kembali, Taufan tidak pernah menghubungiku. Aku juga tidak ingin mengganggunya, aku tidak punya alasan untuk meneleponnya.Pagi hari aku pergi menemui klien. Ketika kembali ke kantor, aku bertemu Luna di lobi Brilliant Tower."Bu Maya, kamu baru kembali? Kayaknya kita berjodoh." Luna sangat senang melihatku."Ka-kamu mencariku? Ada apa?" Aku agak terkejut mendengar ucapannya."Oh, bukan. Tadi aku ada urusan di sekitar sini. Kebetulan sudah jam makan siang, jadi aku datang untuk mengajakmu makan bersama. Tadinya aku mau memberikanmu
Read more

Bab 153 Rahasia Mengejutkan

Apakah aku salah bicara? Kenapa Luna memberikan reaksi yang aneh?Luna mengambil sehelai tisu untuk menyeka mulutnya. Dia menatapku sambil tersenyum. "Dia suka mengakuiku sebagai adik sepupunya.""Memangnya bukan?" Aku agak gugup, jangan-jangan Taufan membohongiku."Nggak sepenuhnya. Aku adalah anak angkat." Luna menyunggingkan senyuman misterius.Jantungku langsung berdegup kencang, aku merasa ada sebuah kekuatan yang menghantam dadaku. Lagi-lagi adik yang tidak memiliki hubungan darah. Kenapa aku selalu terjerat di dalam hubungan saudara tanpa ikatan darah?Luna menatapku, seakan sedang menunggu responsku.Aku agak was-was, sepertinya topik pembicaraan kami berlangsung agak jauh. Aku tidak bisa membaca isi pikiran Luna. Apakah dia senang mengetahui Taufan mengakuinya sebagai adik sepupu?"Ibuku adalah bibinya Kak Taufan. Ibuku sangat hebat, dia adalah CEO Bright Celestial sebelumnya." Luna menyeka jari-jarinya yang lentik.Luna adalah wanita yang sangat cantik. Bahkan kukunya pun rap
Read more

Bab 154 Menggoda, Lalu Kabur

Taufan meneleponku?Aku tersentak dan gugup melihat namanya. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan perasaanku. Awalnya aku ingin menolak panggilan tersebut, tetapi aku malah tidak sengaja menjawabnya.Suara yang dingin pun terdengar di ujung telepon, seakan sedang menyalahkanku. "Kenapa lama banget baru jawab?"Aku memutar bola mataku, masih berani mengomel aku lama menjawab? Tadinya aku bahkan tidak mau menjawab panggilannya.Karena aku tidak menjawab, Taufan lanjut bertanya, "Kenapa?""Ng-ngak, nggak ada apa-apa," jawabku dengan tidak percaya diri."Kayaknya kamu tidak senang mendengar suaraku?" tanya Taufan yang cukup peka."Memangnya aku mesti senang?" tanyaku kembali. Apakah aku harus bersyukur dan bahagia karena dia baru mengingatku?"Kenapa tidak meneleponku? Jangan bilang kamu tidak tahu aku sudah pulang." Taufan terdengar ketus dan tidak senang."Kamu sadar sudah pulang? Jangan bilang kamu nggak melihat notifikasi panggilan tidak terjawab. Jangan selalu bersikap sok benar
Read more

Bab 155 Kebohongan yang Baik

Makan malam ini sangat menyenangkan. Ini adalah makan malam yang paling meriah dan bahagia sejak aku pindah ke rumah ini. Sudah lama ayah dan ibuku tidak tertawa lepas, mereka terlihat berseri-seri.Terutama ayahku, dia memberanikan diri untuk meminum alkohol. Padahal aku mengkhawatirkan kesehatannya, tetapi dia malah mengatakan tidak masalah.Kami mengobrol sebentar setelah makan malam. Aku mengantar Oscar pulang, kebetulan apartemennya tidak jauh dari rumahku."Mau temani aku jalan-jalan? Aku kekenyangan. Kita bisa sambil bicarakan masalah Ongky." Oscar memberikan ide.Aku menyetujuinya. Kami berjalan meninggalkan Goldland Villa, aku menjelaskan semua hal yang telah dilakukan Ongky. Sejak merekrut Oscar, aku telah menganggapnya sebagai rekan kerja. Jadi aku tidak berniat menutupi apa pun darinya. Aku menceritakan situasi sekarang tanpa ada yang disembunyikan.Di saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba ponselku berdering. Aku mengeluarkan ponselku, ternyata telepon dari Taufan.Aku meno
Read more

Bab 156 Bertemu Kembali Setelah Sekian Lama Berpisah

Mobil melaju ke resor yang selalu kami datangi. Begitu mobil berhenti, Taufan keluar tanpa menghiraukanku.Taufan yang mengikutiku, apa haknya marah-marah? Seharusnya aku yang kesal.Sopir bergegas keluar dari mobil sambil berbisik kepadaku, "Nona ...."Sopir berbisik sambil melirik Taufan yang berjalan jauh di depan, "Selama satu minggu ini Tuan sangat sibuk. Begitu kembali ke sini, Beliau bahkan belum makan dan langsung pergi menemuimu ....""Ikut aku!" Taufan berteriak ke arahku.Aku terkejut mendengar suaranya yang mengerikan. Sopir pun langsung menutup mulut sambil melirikku tak berdaya.Aku sontak merasa bersalah. Jika aku berada di posisinya, mungkin aku juga akan merasakan hal yang sama. Aku dapat memahami perasaannya dan memaklumi kemarahannya yang tiba-tiba.Aku mengangguk kepada sopir, lalu buru-buru mengejar Taufan. Aku bersikap lebih ramah, tidak seperti tadi.Begitu masuk ke dalam vila, dia melepaskan jas sambil berjalan ke sofa. Setelah melemparkan jasnya ke sofa, tiba-t
Read more

Bab 157 Kemampuan Memasak

Ketika melihat makanan yang tersaji di atas meja, matanya memancarkan kilatan emosi yang sulit dijelaskan.Kemudian Taufan mengambil sepiring nasi yang kuberikan dan menyantapnya dengan lahap. Makannya lumayan banyak, dia pasti sangat kelaparan.Aku duduk di samping sambil memperhatikannya. Salah satu tanganku bertumpu pada dagu, aku mengamati ekspresinya tanpa berkedip. Aku terpesona melihat setiap gerakan dan senyumannya.Taufan makan sambil melirikku. Kami tidak bosan meski bertatapan cukup lama."Masih belum puas lihatnya?" Taufan meletakkan alat makan, dia menghabiskan hampir setengah makanan yang kusiapkan. "Masakanmu enak banget.""Aku senang mendengarnya, yang penting kamu suka." Aku tersenyum sambil membereskan meja.Namun Taufan malah menarik tanganku dan berkata, "Berapa lama kamu menemani pria itu jalan-jalan? Kamu harus menemaniku juga."Taufan perhitungan seperti anak kecil. Aku tertawa melihat tingkahnya. "Kamu masih kesal? Aku melakukan banyak hal bersamamu yang aku ngg
Read more

Bab 158 Meminta Pengakuan

Kata-katanya membuatku tidak berdaya. Aku merasa pasif dan gelisah.Aku menundukkan kepala dengan perasaan bersalah. Aku memeluk pinggangnya, entah kenapa tiba-tiba aku malah gugup. Aku akui, aku tidak hanya menyukainya, aku sudah terperangkap di dalam pusaran kenyamanan yang diberikannya.Benar, aku sudah terperangkap. Aku tidak dapat menyelamatkan diriku dari jeratan kelembutannya.Taufan seperti peramal yang dapat membaca semua isi pikiranku, sementara aku tidak tahu-menahu mengenai dirinya. Dia mengatakan bahwa dirinya menyukaiku, tapi aku hanya menganggapnya angin lalu.Aku tidak tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya terhadapku. Meskipun dia mengaku menyukaiku, aku tidak memahami perasaan suka yang diungkapkannya.Berdasarkan identitas, status, perawakan, usia, aku merasa tidak pantas bersanding dengannya. Usiaku lebih tua 4 tahun, aku bahkan sudah memiliki orang anak dan pernah bercerai.Taufan memiliki latar belakang yang kuat, dia tidak mungkin kesulitan menemukan wanita y
Read more

Bab 159 Ada yang Tidak Beres

Taufan baru melepaskan kecupannya setelah beberapa menit. Dia berbisik tegas di telingaku, "Teori omong kosong, aku tidak mau mendengar untuk kedua kalinya. Kalau masih ada lain kali, aku tidak akan memaafkanmu."Aku mematung di tempat, aku tidak tahu harus sedih atau senang?Taufan mengusap air mataku, lalu menggenggam tanganku masuk ke dalam vila. Begitu masu ke dalam lift, Taufan memencet tombol lantai paling atas. Sesampainya di sana, aku melihat ratusan anggur merah yang tertata rapi di dalam lemari.Taufan mengambil sebotol anggur merah dan menuangkan segelas untukku. "Cicipi anggurnya."Aku mengambil gelas yang diberikan dan menghabisinya dalam satu tegukan. Seketika perasaanku pun terasa lebih baik.Taufan mengajakku berdiri di depan jendela. Kami memandang bulan yang memancarkan cahaya indah.Aku bersandar di dada Taufan, dia memelukku dari belakang sambil berkata, "Tenangkan dirimu, jangan berpikir macam-macam. Aku menginginkanmu."Taufan memelukku erat-erat. "Sejak pertama k
Read more

Bab 160 Mengujinya

Shea sedang menunggu jawabanku."Baiklah, aku ingin tahu angin apa yang membawa mereka datang." Aku mengangguk.Shea tersenyum ketus. "Hem, yang pasti bukan hal baik. Bu, kamu harus hati-hati.""Em, bukankah keputusan ada di tangan kita? Kita yang menentukan mau menerima mereka atau tidak," jawabku meremehkan. "Nggak boleh menolak tamu. Kita tetap harus bersikap sopan.""Baiklah, aku bawa orangnya masuk." Shea membalikkan badan dan pergi.Aku menatap punggung Shea, aku menyukai cara kerjanya.Tak berapa lama, Shea menuntun Franko masuk ke ruanganku. Franko tersenyum ramah, dia berusia sekitar 40 tahun.Franko menyapaku dengan hangat, "Bu Maya, apa kabar?""Pak Franko, salam kenal. Mari, silakan duduk." Aku menunjuk kursi yang ada di depan mejaku, aku tidak berniat mengajaknya duduk di sofa."Terima kasih." Franko beranjak duduk di kursi. "Akhirnya aku punya kesempatan bertemu Bu Maya. Aku dengar Bu Maya adalah seorang pebisnis wanita yang hebat."Aku tertawa mendengar ucapannya. "Seper
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
30
DMCA.com Protection Status