Shea sedang menunggu jawabanku."Baiklah, aku ingin tahu angin apa yang membawa mereka datang." Aku mengangguk.Shea tersenyum ketus. "Hem, yang pasti bukan hal baik. Bu, kamu harus hati-hati.""Em, bukankah keputusan ada di tangan kita? Kita yang menentukan mau menerima mereka atau tidak," jawabku meremehkan. "Nggak boleh menolak tamu. Kita tetap harus bersikap sopan.""Baiklah, aku bawa orangnya masuk." Shea membalikkan badan dan pergi.Aku menatap punggung Shea, aku menyukai cara kerjanya.Tak berapa lama, Shea menuntun Franko masuk ke ruanganku. Franko tersenyum ramah, dia berusia sekitar 40 tahun.Franko menyapaku dengan hangat, "Bu Maya, apa kabar?""Pak Franko, salam kenal. Mari, silakan duduk." Aku menunjuk kursi yang ada di depan mejaku, aku tidak berniat mengajaknya duduk di sofa."Terima kasih." Franko beranjak duduk di kursi. "Akhirnya aku punya kesempatan bertemu Bu Maya. Aku dengar Bu Maya adalah seorang pebisnis wanita yang hebat."Aku tertawa mendengar ucapannya. "Seper
Read more