Shea sedang menunggu jawabanku."Baiklah, aku ingin tahu angin apa yang membawa mereka datang." Aku mengangguk.Shea tersenyum ketus. "Hem, yang pasti bukan hal baik. Bu, kamu harus hati-hati.""Em, bukankah keputusan ada di tangan kita? Kita yang menentukan mau menerima mereka atau tidak," jawabku meremehkan. "Nggak boleh menolak tamu. Kita tetap harus bersikap sopan.""Baiklah, aku bawa orangnya masuk." Shea membalikkan badan dan pergi.Aku menatap punggung Shea, aku menyukai cara kerjanya.Tak berapa lama, Shea menuntun Franko masuk ke ruanganku. Franko tersenyum ramah, dia berusia sekitar 40 tahun.Franko menyapaku dengan hangat, "Bu Maya, apa kabar?""Pak Franko, salam kenal. Mari, silakan duduk." Aku menunjuk kursi yang ada di depan mejaku, aku tidak berniat mengajaknya duduk di sofa."Terima kasih." Franko beranjak duduk di kursi. "Akhirnya aku punya kesempatan bertemu Bu Maya. Aku dengar Bu Maya adalah seorang pebisnis wanita yang hebat."Aku tertawa mendengar ucapannya. "Seper
Aku sengaja menaikkan penawaran harga. Bagaimanapun Franko sudah datang, aku tidak boleh membiarkannya pulang dengan tangan kosong.Aku mengamati ekspresi Franko, aku tidak ingin melewatkan sedikit pun.Franko berpikir sejenak, lalu menjawabku dengan santai, "Tidak masalah. Bu Maya, tenang saja, kamu tahu Eternal Real Estate adalah perusahaan yang besar dan terkenal di kota ini. Bagi kami, kualitas adalah nomor satu. Kami juga melakukan pembayaran tepat waktu, kamu tidak perlu khawatir."Aku pun memiliki gambaran setelah mendengar jawaban Franko. Aku buru-buru menambahkan, "Satu lagi, aku belum lama mengambil alih perusahaan. Perceraianku dan Harry lumayan memengaruhi operasional perusahaan. Ada banyak hal yang harus disesuaikan, tentu membutuhkan biaya. Semua orang tahu mengenai hal ini."Aku berbicara secara terbuka, "Jadi, aku sangat hati-hati dalam mengambil proyek. Tentu saja, pihak klien juga harus mempertimbangkan kinerja kami. Sebagai dasar kerja sama, aku harus meminta pembaya
Selanjutnya, aku dan Oscar mendiskusikan beberapa vendor yang berusaha dipertahankan oleh Pram.Aku memanggil Pram ke ruanganku. Kami mengatur beberapa rencana alternatif. Aku baru bisa membuat keputusan setelah Eternal Real Estate memberikan jawaban.Pram dan Shea memutuskan untuk mengadakan makan malam kantor di Restoran Treasure. Pada jam pulang kantor, semua karyawan berangkat bersama-sama. Kami memesan ruangan yang paling besar.Aku pernah mentraktir karyawanku makan, tetapi ini adalah pertama kalinya kami mengadakan acara makan di restoran semewah ini.Semua orang terlihat gembira, terutama karyawan baru. Restoran Treasure memiliki tempat yang luas dan hidangan yang lezat. Restoran ini cocok digunakan untuk mengadakan pesta atau acara.Di dalam perjalanan menuju restoran, Taufan meneleponku untuk menanyakan lokasi makan malam. Aku mengatakan kami mengadakannya di Restoran Treasure.Dia berpesan kepadaku, "Jangan minum alkohol!""Kok kamu mau mencampuri semua hal, sih? Kamu juga m
Ruangan sontak diwarnai suara tawa.Aku tahu Shea sedang membantuku untuk mengalihkan perhatian agar para karyawan tidak berpikir macam-macam.Oscar tersenyum ke arahku. Senyumannya langsung membuatku merasa bersalah.Aku benci, kenapa Fanny memberitahuku mengenai perasaan Oscar? Aku tidak terbebani saat tidak mengetahui apa-apa, tetapi setelah mengetahui perasaannya, hubungan kami pun terasa canggung. Entah kenapa aku merasa bersalah kepada Oscar.Oscar adalah pria yang baik, dia tidak pernah menyatakan perasaannya secara terang-terangan. Setelah kembali dari kasir, Shea diam-diam berbisik kepadaku, "Semuanya sudah dibayar."Aku kurang nyaman menikmati perlakuan khusus semacam ini. Makan malam telah selesai, ponselku berdering sebelum aku masuk ke mobil.Tanpa melihatnya pun aku tahu siapa yang menelepon. Aku menjawab teleponnya dan langsung berkata, "Kamu memasang kamera pengawas di tubuhku, ya?""Em."Dari kejauhan, aku melihat sebuah mobil yang melaju ke arahku. Walaupun kondisi ja
Hari-hari berikutnya Taufan kembali sibuk bekerja. Terkadang dia bahkan sama sekali tidak menghubungiku. Aku benci perasaan ini, aku merasa diabaikan.Anehnya, setiap kali aku kesal dan mengira kalau dia melupakanku, dia malah menghubungiku. Aku sampai curiga, bagaimana dia bisa mengetahui pikiranku? Teleponnya seakan mengingatkan bahwa dia tidak melupakanku.Perasaan ini membuatku berbunga-bunga, dia tidak pernah meninggalkanku.Hana menghubungiku sebelum aku menghubunginya. Dia buru-buru mengajakku bertemu. Sekarang kami makin kompak, harus kuakui dia sangat bisa diandalkan. Orang yang mampu menelusuri "lingkaran aneh" di Kota Reva pasti bukanlah orang bisa.Hana dapat mencari tahu semua hal yang diinginkan. Selama pihak yang diselidiki memiliki sedikit ketenaran, Hana bisa menemukan informasinya dengan mudah.Hana telah menemukan informasi, sekarang Eternal Real Estate sedang mendekati pihak pemerintahan untuk mendapatkan sebidang tanah yang diperebutkan. Harry seperti seekor keleda
Tangisan Hana pecah, aku tercengang melihat emosinya yang meledak-ledak. Apakah aku salah bicara? Kenapa tiba-tiba dia menangis?Aku mengambil beberapa helai tisu dan memberikan kepadanya. "Kamu kenapa? Aku salah bicara?"Hana melambaikan tangan. Aku tidak tega melihat air mana yang menodai riasan wajahnya. Di dalam benakku, Hana adalah wanita yang elegan dan tenang. Dia selalu tersenyum dan bersikap ramah, apa yang membuat wanita seceria dia menangis?Dia mengambil tisu yang aku berikan dan mengusap air matanya. Bahunya bergetar hebat, dia terisak-isak di hadapanku.Hatiku terasa seperti dihantam benda besar. Wanita harus mendukung sesama wanita. Aku langsung bersumpah, aku akan menganggap Hana sebagai sahabatku!Sebenarnya selama ini aku masih mencurigainya, makanya aku ragu untuk berteman dengannya.Aku membiarkan Hana menangis sepuasnya. Aku tidak mengganggu maupun membujuknya. Melampiaskan emosi bukanlah hal yang buruk.Setelah puas menangis, Hana menenangkan diri dan mengambil ti
Aku terkejut mendengar suara wanita di ujung telepon. Kemudian aku melihat layar ponselku, ternyata nomor asing yang menghubungiku."Maaf, tadi ... aku ...." Aku menjelaskan sikapku yang kurang sopan. Kata-kataku tadi terlalu kasar. "Ini dengan siapa?""Maya?" tanya wanita yang berada di ujung telepon."Benar, aku Maya.""Segera siapkan gambar jendela baja dan antar ke Departemen Perencanaan Bright Celestial." Nada bicara wanita itu terdengar dingin dan arogan. "Kamu antarkan sendiri ke kantor.""Baik," jawabku dengan gugup. Aku merasa terintimidasi? Siapa wanita ini? Sikapnya dingin sekali.Aku bergegas menghubungi Departemen Teknik untuk meminta mereka menyiapkan gambar yang diminta. Setelah memeriksa kelengkapan data, aku mengantarkannya sendiri ke Bright Celestial.Departemen Perencanaan Bright Celestial adalah departemen yang memiliki kuasa. Sesampainya di lantai yang dituju, aku memberi tahu tujuan kedatanganku kepada resepsionis.Resepsionis mengantarku ke ruang rapat Departemen
Aku tidak buru-buru kembali ke kantor, aku pergi menemui Fanny.Aku sudah beberapa hari tidak bertemu Fanny. Kami memiliki kesibukan masing-masing. Pergi pagi, pulang malam."Ada apa mencariku?" Fanny terkejut melihat kedatanganku.Aku meliriknya dengan ketus. "Kalau nggak ada apa-apa, aku nggak boleh datang menemuimu?""Siapa tahu." Fanny menatapku dengan misterius. "Hem, sudah punya kesenangan baru, aku dilupakan.""Jangan bertele-tele, apa maksudmu?" Aku memahami Fanny, dia pasti mengetahui rahasiaku. Kalau tidak, dia tidak mungkin menyindirku.Ternyata benar, Fanny merangkul lenganku sambil tersenyum dan mengedipkan mata. "Ceritakan padaku."Wajahku sontak memerah, aku menghindari tatapannya. "Apa, sih? Jangan asal bicara! Sana, minggir!""Aku asal bicara? Hari itu aku melihat dia mengantarmu pulang. Kalau aku nggak tahu gelagatmu, jangan menyebutku sahabatmu!" Fanny tersenyum bangga. "Aku nggak mungkin menginterogasimu kalau nggak punya bukti.""Sekarang kamu kok suka bergosip, si