Semua Bab Sentuhan Panas Suami Dingin : Bab 131 - Bab 140

337 Bab

Timbulnya Dendam

Reigha menghampiri kekacauan, di mana Daddynya masih memukul Pamannya, dan di sisi lain ada Rafael yang bukannya merelai tetapi membantu Daddynya memukul Topan. "Sayang, tolong pisahkan mereka. Pamanmu bisa tiada, Nak. Tolong yah, Sayang," pinta Satiya dengan nada lirih dan parau. "Baik, Mom." Reigha menganggukkan kepala, berjalan santai ke keributan tersebut kemudian dia memisah Daddynya serta Rafael dari pamannya dan Brigan– dibantu oleh bodyguard serta pamannya, Thomas (ayah Serena). "Daddy membuat Mommy takut. Jadi berhentilah," ucap dan peringat Reigha ketika Gabriel masih berniat ingin memukul Topan. Gabriel menatap istrinya sekilas-- memperhatikan wajah murung dan khawatir sang istri, kemudian dia menatap nyalang ke arah Topan. "Dia merendahkan Mommy-mu, dan Daddy … matipun tidak akan terima jika ada yang berani mengatai istriku perempuan rendahan. Dia harus mati!" desis Gabriel dingin. "Kasihan Mommy, Daddy. Jantung Mommy tidak kuat melihat Daddy seperti ini. Tolong tenan
Baca selengkapnya

Kunci Cinta Matheo

"Es krimmu sudah kau habiskan, ZieKu?" Ziea menggelengkan kepala, menatap suaminya tersebut dengan tatapan sendu dan sayup. "Tidak.""Kenapa, hum?" tanya Reigha lembut, mengusap pucuk kepala sang istri kemudian duduk di sebelah Ziea yang terlihat murung. "Aku tidak bernafsu lagi." Ziea berkata pelan, "setahuku dulu keluarga Kak Brigan itu baik. Tetapi kenapa yah makin ke sini, keluarga mereka makin kelihatan iri dengkinya.""Orang berubah seiring waktu berjalan, ZieKu." Reigha berucap rendah, masih mengusap kepala Ziea agar istrinya tersebut menenang. "dan tidak semua orang-orang di sekitar kita baik."Ziea memangut-mangut, paham dengan ucapan suaminya. "Tapi-- kok ada yah orang begitu? Suka merendahkan orang lain hanya demi agar dirinya terlihat lebih baik. Ouh iya, sekarang aku tahu kenapa Kak Brigan suka mencemooh dan merendahkan orang lain. Orang dia keturunan murni bapaknya. Ih, aku baru tahu kalau mulut Om Topan lemes kayak perempuan cabe-cabean," cerocos Ziea, masih kepikiran
Baca selengkapnya

Lea Tidak Mendapat Restu

"Serius napa, Ziea?" ucap Lea kesal dan dongkol, masih dengan pembahasan yang sama– apa kunci yang Ziea maksud sebelumnya. "Iya, Nyonya. Saya terlanjur penasaran dengan kunci yang ada maksud," ucap Matheo, menimpali perkataan Lea. Ziea mengibas tangan di depan wajah, "kuncinya mah berusaha dan berdoa," ucap Ziea, mendapat dengkusan dari Lea. "Mendadak tobat si Bangke ini. Yang serius lah!" "Aku serius, Monyet. Satu tambah satu berapa?" "Dua." Lea dan Matheo sama-sama menjawab. "Nah itu tahu." Ziea berucap nyolot. "Jangan sampai aku berubah jadi Pak Ladi sing yah!" Lea mengelus dada, menahan kesal dan dongkol pada sahabatnya tersebut, "hubungannya satu tambah satu apa sama kunci inggris, Cuk?! Ah, harus jadi bakso urat kalau bicara sama bangke satu ini." "Heh, Taik. Makanya otak itu jangan dijadikan pajangan doang. Sesekali digunakan, Cuk. Satu tambah satu sama dengan dua itu cuma kiasan." Ziea balik mengomel. Matheo hanya bisa menatap aneh, nanar dan tertekan diantara para
Baca selengkapnya

Tamu yang Mengejutkan di Kamar Lea

"Kamu itu bodoh, tidak punya prestasi apapun, tidak bisa diandalkan, tidak berguna, dan pembawa sial," ucap Mira dengan nada yang mengoyak hati Lea. Sejenak Lea menundukkan kepala, menyembunyikan matanya yang sudah basah dan berkaca-kaca. Dadanya sangat sesak, tak tahan mendengar ucapan menyakitkan dari Mamanya. 'Tuhan, Masih pantaskah wanita ini kupanggil ibu? Aku tahu jasanya untuk melahirkanku di dunia ini tak akan terbalas oleh apapun. Tetapi luka yang dia torehkan padaku, sakitnya mengalahkan rasa cinta sebesar apapun di dunia ini. Sedikitpun cintanya sama sekali tidak pernah singgah untukku.' batin Lea, memberanikan diri mendongak dan menatap Mamanya dengan tatapan terluka. "Kalau begitu, kenapa kalian malah menemuiku? Kenapa tidak menemui keluarga Mahendra saja? Katakan pada Pak Haiden jika aku tidak pantas padanya dan putri kesayangan kalian itu yang lebih pantas untuknya. Sana-- temui langsung orangnya, dari pada kalian di sini cuma dapat sial dariku," ucap Lea dengan nada
Baca selengkapnya

Seserahan Menakjubkan

"Pa--Pak Haiden?!" kaget Lea dengan nada pelan, menatap Haiden yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Dengan panik, Lea mendorong Haiden untuk mundur dari depannya kemudian menyembulkan kepala sembari celingak-celinguk untuk melihat om dan tantenya. Ah, maksudnya Mama dan Papa barunya. "Ngapain Pak Haiden nongol di sini?" tanya Lea yang masih celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Papa dan Mamanya. "Menemuimu," jawab Haiden, memerhatikan Lea dengan saksama. Ah, wanita ini kenapa semakin terlihat cantik dan lucu? "Om dan Tantemu sudah pergi," ucap Haiden kemudian, tahu apa yang dicari oleh wanita pujaan hatinya tersebut. Lea seketika itu juga menegakkan kepala. "Kemana?" tanya Lea dengan sebelah alis terangkat. Sialan! Dia ditinggal sendiri di sini. Mana Orang tua barunya tersebut memasukkan harimau buas lagi ke rumah mereka ini. Meskipun suka genit pada Haiden, tetapi di situasi seperti ini Lea jadi merinding disko. Terlebih hujan sedang turun lebat di luar. Tapi-- k
Baca selengkapnya

Tamu Menyebalkan Ziea

Setelah sesi curhat dengan pria itu, Lea saat ini tengah memasak nasi goreng untuk dibawa pulang oleh Haiden. Ternyata Haiden kemari-- bisa dikatakan tidak benar-benar untuk dirinya. Pria itu datang karena Ziea tengah di kediaman Mahendra dan sedang mengidam nasi goreng buatan Lea. Real nasi goreng yah, bukan nasi tumis dengan kecap manis. Tetapi ini nasi digoreng!Jika Lea ada dilantai bawah dan tengah memasak nasi goreng, Haiden tetap berada di kamar perempuan itu. Di mana dia saat ini tengah mengotak-atik benda-benda di atas sebuah meja dalam kamar tersebut. Ada banyak miniatur, mulai dari yang setengah jadi, sudah jadi atau masih bahan mentah. "Menakjubkan," gumam Haiden pelan, menyunggingkan smirk tipis dengan tatapan sayup dan berat ke arah salah satu miniatur di sana. Yah, menakjubkan karena calon istrinya punya jiwa seni yang tinggi. Cih, Azalea-nya memang unik. Bukan hanya pribadinya yang kerap kali bikin geleng-geleng kepala, tetapi kemampuan tersembunyi calon istrinya te
Baca selengkapnya

Apa Rencananya?

"Salam, Tuan dan Nyonya Pratama," ucap Haiden dengan sopan, duduk di sebuah sofa kosong– di depan ketiga tamu spesialnya tersebut. Bagaimana pun orang tua dihadapannya ini merupakan orang tua calon istrinya. Seburuk apapun mereka pada Lea, bukan dengan cara bersikap tidak sopan Haiden membalasnya. "Ah, salam, Tuan Haiden." Yoga dan Mira sama-sama tersenyum, memberikan salam pada sang tuan muda dari keluarga Mahendra tersebut. Di sisi lain, Arumika sudah tersenyum malu-malu-- senang dan berdebar harinya karena kemunculan Haiden di sini. Ya Tuhan! Pria ini sangat tampan dan hot. Dia punya visual yang membuat jantung kaum hawa kejang-kejang. Arumika semakin tidak sabar untuk menikah dengan pria ini. Dia tidak sabar menjadi Nyonya di rumah megah dan mewah ini. Setelah menikah dengan Haiden, dia yakin dia akan menjadi ratu di kehidupan pria ini. "To the point saja, Tuan Pratama. Apa tujuan kalian datang kemari?" ucap Haiden dengan nada datar, duduk secara bossy di tempatnya sembari men
Baca selengkapnya

Kumpul Keluarga

Saat ini Ziea sedang di teras belakang rumahnya, sedang bersantai dengan keluarganya yang lain. Orang tuanya sudah pulang dan mereka berkumpul di halaman belakang, kebiasaan mereka agar bisa menghabiskan waktu bersama-sama. Ini sudah malam, dan Reigha batal pulang malam ini. Suaminya akan kembali ke Paris besok pagi. Alasannya simpel, karena Reigha masih ingin bermanja ria dengan sang istri. Daddy, Kakak dan suaminya tengah membicarakan suatu hal. Sedangkan Ziea, dia tengah makan buah-- disuap oleh Mommynya. Bukan kemauannya, jujur saja Ziea menolak dimanjakan oleh Daddy, Kakak dan Mommynya. Tetapi mau bagaimana lagi, ketiga makhluk yang sangat ia cintai tersebut selalu saja memperlakukan Ziea seperti anak kecil. Sama seperti Mommynya, di mana Mommynya mengupas buah untuknya, memotongnya kemudian menyuapi Ziea. Padahal Ziea berniat mengupas buah mangga itu sendiri, tetapi Mommynya mengatakan 'nanti jarimu kena pisau, Sayang. Sini, Mommy saja yang kupas.' Selalu seperti itu!"Mani
Baca selengkapnya

Tom dan Jerry Mahendra

Namun, belum sempat Ziea membaca pesan dari sahabatnya tersebut-- seseorang lebih dulu merampas HP tersebut. "Apaan sih, Kak?!" kesal Ziea, "balikin nggak?!" jerit dan marah Ziea-- berniat merampas HP-nya dari tangan Haiden. Namun, kakaknya tersebut menahan kepala Ziea– Haiden menempelkan telapak tangan di jidat Ziea sehingga membuat adiknya tersebut kesulitan menjangkau Hp di tangan satunya lagi. Kenzie yang melihat itu dari tempatnya hanya bisa mendengkus. Seperti biasa, kedua anaknya tersebut selalu ribut! Kalau tidak bertemu keduanya saling merindu, tetapi kalau berjumpa-- begini. Bertengkar, ribut, dan terus berdebat. "Kau lihat kan kelakuan mereka? Sama-sama sudah dewasa tetapi terus saja bertengkar seperti anak kecil. Hah, pemandangan inilah makanan sehari-hari Daddy," ucap Kenzie pada menantunya, mendapat kekehan kecil dari Reigha. "Tabiat adik kakak memang seperti itu, Daddy," jawab Reigha pelan dan rendah, memperhatikan istrinya yang tengah mengomel kesal pada Haiden yan
Baca selengkapnya

Dandan Cantik Yah Sayang

Saat ini Lea ada di cafe, begitu juga dengan Ziea yang saat ini tengah berkutat dengan laptop untuk mengurus masalah cafe. Lea masuk begitu saja dalam ruang kerja sahabatnya tersebut, memperhatikan Ziea yang sedang sibuk dengan laptop. Percayalah, jika Ziea seperti ini Ziea akan terlihat seperti dalam versi lain. Bukan Ziea yang lawak dan reog, tetapi Ziea yang kalem serta serius. Intinya, Ziea terlihat berbeda. "Sibuk yah?" tanya Lea yang sudah duduk di depan Ziea– terpisah oleh meja kerja sahabatnya tersebut. "Oh." Ziea langsung mengalihkan pandangannya dari laptop, mendongak dan menatap sepenuhnya pada Lea, "nggak sibuk-sibuk amat sih, Mak. Kenapa? Mau bicara sesuatu?" Lea mengangukkan kepala sembari tersenyum malu-malu. "Kamu paling tahu aku, Ziea," ucapnya sembari cengengesan. "aku belum ngomong tetapi kamu udah bisa tahu maksud dan tujuan aku ke sini."Ziea tersenyum manis dan lembut, "kan aku sohibmu, Mak Le.""Ahahaha … oke oke." Lea terkekeh pelan. "Gimana? Suami kamu ud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
34
DMCA.com Protection Status