Dengan lembut, Reigha membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang. Dia menghela napas pelan, sembari duduk di sebelah Ziea yang terlihat memejamkan mata. Tangan Reigha terulur, menyentuh pinggiran wajah istrinya– membelainya dengan lembut. "Aku tahu kau hanya berpura-pura," ucap Reigha pelan dan rendah– memperhatikan kelopak mata istrinya yang bergerak-gerak. "Buka matamu, ZieKu," tambahnya dengan suara serak, berat dan rendah. Ziea membuka mata, langsung menyengir gugup ke arah suaminya. "Kalau aku tidak begitu, Mas Rei tidak akan berhenti memukuli dia kan?" "Humm." Reigha berdehem singkat, menatap sayup ke arah istrinya, "aku tidak akan membiarkan siapapun merebutmu dariku, ZieKu. Aku tidak akan segan-segan melenyapkannya," tambah Reigha dengan nada lirih dan sangat rendah. Ketakutan terbesar Reigha adalah kehilangan Ziea. Baginya, Ziea adalah segalanya. Dia warna, kehidupan serta kebahagiaan bagi Reigha. "Aku juga tidak ingin dengan pria manapun. Sejak kecil-- aku maunya hanya
Read more