Home / Romansa / Sentuhan Panas Suami Dingin / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Sentuhan Panas Suami Dingin : Chapter 101 - Chapter 110

337 Chapters

Misi Penerjemah

"Cuk! Kamu satu-satunya cewek di postingannya. Gokil parah, Man!!" Haiden menoleh ke arah Reigha, menahan tawa melihat wajah gusar adik iparnya yang tengah cemburu. Wah wah wah! Jadi begini bentukan seorang Reigha jika cemburu? Sejujurnya Haiden ingin menertawakan penderitaan Reigha yang sedang cemburu ini. Sebab, tertawa di atas penderitaan orang itu adalah hal yang seru bagi Haiden. Namun-- ah, kasihan juga! Bukan kasihan pada Reigha, tetapi kasihan pada nasibnya jika sampai berani menertawakan pria mengerikan ini. Bisa-bisa dia masuk rumah sakit VIP. "Ah, perasaan kamu ajah itu. Tadi buktinya ada kamu, Rebeca sama anak Himpunan lainnya. Berarti bukan aku doang dong.""Iya, tahu. Tapi kan itu foto rame-rame. Fotomu beda, cuma sendiri gitu.""Tolong dong bilangin ke Bagas buat take down fotonya. Takut nanti Mas Batu nisan tahu. Bahaya itu. Bisa hilang akunnya Bagas, Lea. Coba, Mak, chat dia. Bilangin Bagas untuk hap--" Suara Ziea yang cempreng tersebut berhenti, mungkin syok kar
Read more

Lamaran Ditolak?

"Bodoh!" sinis Haiden. "Cantik," datar Reigha setelah Haiden berbicara. Lea menganga tak percaya, menatap Haiden dan Reigha secara bergantian. "Maksud kalian apa yah?" tanya Lea menampilkan air muka muram. Fix, Reigha mengatainya jelek dan Haiden-- pria ini memang suka menghinanya. "Kau tidak harus memujinya, Rei. Sialan." Haiden mengumpati Reigha. "Hanya menerjemahkan." Reigha mendengkus pelan pada Haiden, lalu dia menoleh ke arah Lea– membuat perempuan itu tergelonjak kaget, seketika pucat pias dan gugup setengah mati. Jujur saja, suami sahabatnya ini sangat tampan, mempesona dan berkarisma. Awal Ziea pernah memperlihatkan foto Reigha, jantung Lea langsung jedag jedug, matanya melotot dan mulutnya menganga. Sangking terpesonanya dia dengan foto Reigha. Sialnya, ketampanan Reigha tertutup oleh aura mengerikan yang menyelimuti pria ini. Di foto Reigha seperti orang benar, tampan dan pria baik serta sopan. Sangat berbeda ketika berhadapan langsung dengan pria ini; tak ada ramahn
Read more

Hukuman Cemburu Panas

Ceklek'Ziea menoleh ke arah pintu, menatap seorang pria yang masuk begitu saja dalam kamarnya. Ziea kemudian mengalihkan perhatiannya, kembali menatap televisi yang menyala. 'Roman-romannya Mas Rei masih marah sepertinya. Cik, aku harus gimana yah biar bisa terhindar dari kemarahan Mas Reigha?' batin Ziea, mengusap tengkuk– merasa merinding dan panas di tengkuknya. 'Ini orang seperti hantu, ada aura-aura mistisnya.' Dewi batin Ziea ketika merasa jika Reigha berjalan menuju ke arahnya. Pria itu berjalan ke arah Ziea, meraih remot TV lalu mematikan televisi– Ziea hanya bisa memasang air muka pucat pias, muram dan kaku.Reigha mendekatinya, berdiri tepat di depan Ziea yang sudah menyender lesu di sofa– mendongak menatap takut-takut pada suaminya tersebut. "Bagas begitu tampan, heh?" sindir Reigha, berkata dengan nada dingin dan rendah– menatap tajam dan mematikan ke arah istrinya. Ziea menggelengkan kepala secara kuat. "Mas Rei yang tampan," jawabnya dengan mencicit pelan, bagai ana
Read more

Pria Sederhana atau Kaya Raya

"Mas Reigha, aku bantu?" tawar Ziea dengan langsung menghampiri suminya– berniat membantu Reigha memasang dasi. Namun, Reigha dengan cepat menghindar. Dia buru-buru meraih jas, kemudian segera beranjak dari sana tanpa mengatakan apa-apa pada Ziea. "Mas …-" panggil Ziea, sama sekali tak digubris oleh Reigha. "Cik, dari semalam!! Diamin aku cuma gara-gara Bagas. Kocak! Aku dan suamiku bertengkar gara-gara Bagas, sedangkan Bagas di seberang sana sedang bahagia dengan kehidupannya. Ahahaha! Badut, badut, badut!" ucap Ziea, kesal, frustasi dan dongkol dengan Reigha. Oke, hukumannya adalah didiami oleh suaminya tersebut. ***"Rei, kau dan Ziea ada masalah? Dia mengantarmu tadi pagi tetapi kau tidak merespon sama sekali." Reigha menatap ke arah Aesya, hanya sekilas. "Hanya perasaanmu saja," jawab Reigha, fokus pada layar komputer di meja kerja.Dia sudah sampai di kantor, tengah sibuk dengan tumpukan pekerjaan. Aesya dan Matheo berada di ruangannya, membantu Reigha menyelesaikan pekerja
Read more

Sesuatu Yang Sudah Lama Terlihat

"Mulai sekarang kamu harus memanggilku Yang Mulai Kakak ipar!" angkuh Lea sembari menatap Ziea dengan air muka antagonis dan arogan. "Kenapa? Kumat lagi yah kamu? Cik, move on dong, Sayang." Ziea memutar bola mata dengan jengah. "Lagian Bagas juga bersedia untuk nikah dengan kamu. Ngapain lagi kamu berharap sama Kak Deden?""Adik ipar lucknat, jaga bicaramu. Atau-- aku kutuk kamu jadi batu!" Lea berucap dramatis, bernada dan tegas– masih menatap Ziea dengan air muka arogan. "Lihat ini--" Dia mengulurkan, memperlihatkan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gelang dari Babang tampan Haiden. Semalam, Beibeb melamarku.""Hah? Ikan Mas ikan hiu, demi apa?" ucap Ziea, antara syok dan tak percaya. "Pantunmu nggak nyambung. Pas belajar B.Indo pasti kamu tidur yah makanya nggak tahu kalau pantun itu harus bersajak ab-ab." Lea menatap nanar ke arah Ziea. "Kalau kamu nggak percaya tanya saja sama Kak Dedenmu itu. Kalau nggak yakin nanya Kak Dedenmu, coba tanya Mas Batu nisanmu. Kar
Read more

Lagi-lagi Tamu Cogan

Ziea menghela napas sejenak, lalu menceritakan suatu rahasia yang diam-diam ia amati sendiri. Orang tidak ada yang menyadarinya, tetapi Ziea sadar. "Dan saat lebah mulai menyebar, mengejar kalian– di situ kamu lari ke arah berlawanan dari team kalian, bukan?" Lea menganggukkan kepala, membenarkan perkataan Ziea. Betul sekali, dia memang lari ke arah jalan yang salah karena terlalu panik dikejar oleh segerombolan lebah liar. "Kak Deden sebenarnya ingin ke jalan yang satunya, ke tempat Kak Nanda dan Melodi lari. Tetapi karena melihatmu salah jalan, Kak Deden balik dan memilih untuk menyusul kamu. Dari situ saja sudah jelas kalau Kak Deden ada perasaan ke kamu," ucap Ziea. Lea senyum-senyum salah tingkah, mengibas tangan di depan wajah karena ge'er mendengar ucapan Ziea. "Ta--tapi belum tentu kali, Ziea. Orang kami satu team. Bisa saja kan itu cuma perasaan ke-leader-an Babang Haiden makanya dia balik arah untuk menyusulku. Yang namanya ketua kan harus bertanggung jawab sepenuhnya
Read more

Hilangnya Sebuah Nama

'Lama tidak jumpa, dia semakin cantik.' batin pria itu sembari menatap Lea dan Ziea secara bergantian. "Hal--" Belum sempat pria itu bersuara, tiba-tiba suara pria dewasa yang bariton lebih dulu menyela. "Brigen," panggil Haiden, tiba-tiba muncul entah dari mana. Pria tersebut sontak menoleh ke arah Haiden. "Oh, Haiden. Hai, Dude," sapa pria itu, langsung menghampiri Haiden untuk saling bersalaman. "Kau sepertinya tidak sabar tiba di sini. Jadwal mu datang, harusnya besok. Tetapi … hebat, bisa lebih cepat sehari. Siapa yang kau incar, Heh? Aesya?" Haiden berucap santai, menyunggingkan smirk tipis ke arah Brigen. "Ah. Masih rahasia, Den." Brigen terkekeh pelan. "Reigha di mana? Yang lainnya juga di mana?" tanyanya kemudian. Sebenarnya itu hanya sekedar basa-basi. "Rei masih bekerja. Begitu juga dengan Aesya," jawab Haiden, menoleh secara tiba-tiba ke arah adiknya dan … ah, calon istrinya. "Masuk!" titahnya pada Ziea dan Lea. Ziea mengerutkan kening, menatap Kakaknya dengan dongk
Read more

Makan Malam Spesial

"Anara tahu, Aunty. Tapi …-" Anara memajukan tangan ke arah Ziea dengan jari telunjuk yang berdiri, sikapnya sangat menggemaskan. "Paman Ega yang bilang sendiri ke Anara, Xander dan Samuel, agar kami memanggil Aunty dengan sebutan Aunty Ega. Begitu, Aunty."Lea yang mendengar celutukan anak tersebut, terkekeh pelan. Lucu dan menggemaskan. Sedangkan Ziea terlihat tertekan dan frustasi. Istri pajangan? Tidak. Nama pajangan? Nah, itu baru benar. 'Agak kasihan ke Daddy. Udah cape-cape ngasih nama ke putrinya, sampai bikin pengajian dan ini itulah. Eh, menantunya seenak jidat ganti-ganti nama putrinya.' batin Ziea, menampilkan raut muka dongkol dan masam. "Sebenarnya, Anara sangat ingin sekali Aunty Ega ikut jalan-jalan dengan kami, tadi. Tapi … Mommy bilang Aunty Ziea-- eh maksudnya Aunty Ega sedang hamil, jadi tidak boleh jalan-jalan oleh Paman Ega. Betul yah, Aunty?" celutuk anak kecil tersebut dengan nada yang berubah-ubah, kadang senang dan kadang cemberut. "Iya, Sayang." Ziea me
Read more

Tertarik Menikah denganku, Nona

Setelah selesai makan malam, di mana mereka satu persatu meninggalkan ruangan tersebut– Matheo masih terus memperhatikan Aesya. Dia melangkah lamat dan pelan, tak jauh dari belakang Aesya dan Brigan yang berjalan beriringan. 'Aku cemburu!' batinnya, menatap punggung Aesya secara tajam. Tangannya mengepal kuat dan raut mukanya begitu dingin serta kaku. Namun ketika mengingat posisinya, kepalan tangannya melonggar serta air mukanya berubah sendu. 'Aku hanya pesuruh, tidak pantas menaruh perasaan pada Nona Aesya. Pria itu lebih pantas karena mereka dari kalangan yang sama, dan Tuan Reigha merestui mereka.' "Pak Sekretaris." Merasa dirinya yang dipanggil, Matheo berhenti melangkah. Dia menoleh ke arah Nyonya-nya; di mana Nyonya-nya tersebut lah yang memanggilnya. "Ini … gelangmu yah?" ucap Ziea sembari memperlihatkan sebuah gelang yang terbuat dari tali satin berwarna hitam, di mana ditengah gelang ada batu berlian berwarna merah menyala– disangkar oleh lilitan logam seperti naga. Si
Read more

Ditelpon Kakak Ipar Tengah Malam

"Sayang sekali! Padahal jika Nona bersedia menikah denganku, Nona bisa mendapatkan anak secara gratis dariku. Mau mirip Nona atau mirip denganku, kita bisa kompromi terlebih dahulu jika Nona mau," ucap Matheo dengan santai, mendapat tatapan horor dari Aesya. "Hah." Aesya menghela napas secara panjang, "berbicara denganmu hanya membuatku sakit kepala," ucap Aesya, menatap datar ke arah Matheo kemudian segera beranjak dari sana. Matheo tersenyum tipis, menatap kepergian perempuan yang ia sukai tersebut dengan tatapan sendu dan sayup. Dia terus menatap punggung Aesya, dan setelan perempuan itu benar-benar menghilang dari pandangannya barulah dia beranjak dari sana. "Nona Cemburu? Cih, aku terlalu berharap." Matheo berdecis pelan, berjalan santai dari sana. ***"Kau ingin mendekati seseorang karena itu kau tiba lebih awal kemari?" tanya Reigha pada Brigan, di mana saat ini dia dan para saudaranya yang lain sedang berkumpul di ruang kerja Reigha sendiri. Setelah kejadian kemarin, di
Read more
PREV
1
...
910111213
...
34
DMCA.com Protection Status