Semua Bab Sentuhan Panas Suami Dingin : Bab 111 - Bab 120

337 Bab

Membahas Apa?

Tiba-tiba saja HP Aesya berdering. 'Ziea?' Aesya dengan cepat mengangkat telpon dari Kakak ipar rasa adik kandung-nya tersebut. "Halo, Ziea, ada apa?" sapa-nya pelan dengan suara hangat dan lembut, membuat Matheo kembali memperhatikannya secara diam-diam. Di sisi lain, Reigha mengalihkan perhatiannya dari buku– sejenak menatap Aesya karena merasa terpanggil ketika kembarannya itu menyebut nama istrinya. 'Ini Aayara, Kak,' ucap seorang dari belakang sana. Aesya sedikit terkejut, mendadak khawatir karena takut terjadi sesuatu pada Ziea. Ke--kenapa handphone Ziea ada pada Aayara? "Yara? Kok bisa HP Ziea ada sama kamu?" tanya Aesya dengan nada sedikit panik. Kini Maxim yang menoleh, nama istrinya disebut! 'Dikasih sama orangnya langsung.'"Trus Ziea di mana? Ziea baik-baik saja kan?" tanya Aesya pelan dan hati-hati– takut di dengar oleh Reigha.'Super baik, Kak. Ini-- orangnya lagi kesurupan. Ketawa-ketawa bareng yang lain. Makanya sini cepat, kita lagi nonton drama …- Woi, nama dr
Baca selengkapnya

Harapan Ibu yang Tersakiti

"Apa?" Pada pria di sana– minus Fauzan dan Matheo, sama-sama menyeru kata 'apa. Mereka sama-sama penasaran sebab Aesya sempat menyebut nama Ziea dan Aayara. "Aku sedang bertanya," ucap Reigha kembali, menyunggingkan smirk tipis dan kembali membaca buku– hal tersebut membuat wajah saudaranya muram dan menahan kesal. "Sialan kau, Ega! Aku sudah serius!" ketus Rafael, Reigha hanya diam– tak terusik sama sekali sembari fokus membaca bukunya. "Kau semakin mirip dengan Zebra. Menyebalkan!" dengkus Haiden. "Kenapa kalian tidak periksa sendiri? Siapa tahu mereka sedang berkumpul di satu tempat," ucap Reigha santai. Tanpa mengatakan apa-apa, Maxim seketika beranjak dari sana. Di susul oleh Rafael dan juga Haiden. Sedangkan Brigan, karena Reigha hanya diam dan memilih fokus pada buku tebalnya, Brigan memilih beranjak dari sana. Untuk apa dia bertahan di sana, menonton Reigha yang sedang membaca buku? Cih, lebih baik dia kembali di kamarnya dan memilih menonton tembok di kamar. Setidaknya
Baca selengkapnya

Siapa Mamat?

'Kan apa kubilang?!'Reigha memperhatikan Ziea– membuka arloji di pergelangan tangan dengan sudut bibir yang membentuk senyuman tipis yang indah dan menambah ketampanannya. Dia tak mengatakan apa-apa, hanya menatap intens ke arah istrinya yang masih berbaring; juga menatap Reigha dengan manik sayup dan pipi yang menggembung.Ziea tidak sedang berusaha untuk sok imut, dia begitu untuk menahan bibirnya yang sudah gatal untuk mengumpati suaminya tersebut. 'Bisa-bisanya setelah mengancamku dia masih tebar pesona? Cih, dia kira dia ganteng begitu?! Enggak! Nggak salah! Emang ganteng banget!' Reigha menyeringai tipis, beranjak dari sana dengan berjalan santai ke kamar mandi. "Ini namanya teknik ancaman." Ziea duduk, meletakkan tangan di dada untuk merasakan debaran jantungnya yang menggila. Dia buru-buru turun dari ranjang dan langsung menyusul Reigha dalam kamar mandi. Ceklek'Reigha menoleh ke arah pintu, menatap Ziea dengan sebelah alis terangkat. Sedangkan Ziea, dia menutup pintu
Baca selengkapnya

Mirip Adegan?

Sedangkan Reigha, dia hanya menatap datar ke arah istrinya. Reigha menghela napas pelan, mencuci tangan di sebuah pancuran lalu mengeringkan tangan dengan handuk khusus pengering tangan. Darimana Reigha dapat? Tentu ada maid yang bertugas khusus untuk itu. Maid tersebut berdiri tak jauh dari Reigha, memegang nampan berisi handuk tersebut. Setelah itu Reigha langsung menghampiri Aesya– berdiri tepat di belakang istrinya yang sudah menegang kaku dan muram. "Ada apa?" tanya Reigha rendah, menatap datar ke arah Matheo kemudian beralih menatap Aesya. Tersentak mendengar suara berat suaminya, Ziea reflek bergeser– menyingkir dari depan Reigha. Namun sialnya tangan Reigha lebih dulu melingkar di pinggangnya, menahan Ziea untuk tak berpindah tempat. Itu membuat Lea yang memperhatikan jadi kikuk sendiri. Hanya bisa senyum-senyum geli karena melihat raut muka Ziea yang muram dan masam. "Ega, bisa tidak hari ini Matheo tidak bekerja? Dia sedang sakit dan itu karena aku menyuruhnya menger
Baca selengkapnya

Ayo Menikah

"Harusnya Nona tidak menemui Tuan dan mengatakan hal seperti tadi. Lihat sekarang, semua pekerjaan dialihkan pada Nona," tegur Matheo, menatap Aesya dengan air muka tidak enak dan sendu. Saat ini dia dan Aesya berada di ruang kerja Reigha, mereka hanya berdua di sana; tengah menyelesaikan sebuah dokumen penting yang esok akan dibawa oleh Fauzan, untuk diantar pada Exel. Karena tidak enak hati, Matheo tidak pulang. Meskipun Reigha sendiri yang memerintahkan, tetapi Matheo memilih untuk membangkang. Sungguh! Dia tidak enak hati pada Aesya. "Diamlah." Aesya berucap ketus, menatap sekilas pada Matheo kemudian kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. "Lebih baik kau pulang dan istirahat dengan baik.""Untuk apa?" Matheo meraih sebuah dokumen, membuka laptop miliknya sendiri. Meskipun dia demam, tetapi dia tetap akan mengerjakannya. Dia tidak akan membiarkan Aesya mengerjakan ini sendirian. Aesya hanya punya waktu empat jam sebelum makan malam, dan Matheo yakin Aesya tidak akan bisa meng
Baca selengkapnya

Tangan yang Membuat Cemburu

Jantung Aesya berdebar kencang dan tak karuan dalam sana, menatap Matheo yang juga menatapnya dengan serius, dalam dan intens. ***Deg deg deg Tidak tahan dengan tatapan Matheo, Aesya sontak memalingkan wajah. Dia berdecak dan mendengkus kesal– berusaha menutupi sesuatu yang membuatnya resa dan gelisah. Hell, ada apa dengannya? Tatapan itu-- tatapan Matheo membuatnya melemah. Aesya tidak suka ini. "Cik, aku sedang bekerja, Matheo," ketus Aesya, memperingati Matheo agar tidak menggangunya."Ouh, berarti setelah Nona selesai bekerja, kita bisa menikah?" "Sinting." Aesya bergumam pelan, kembali mendengkus. Namun, detik berikutnya dia tersenyum tipis– geli karena ucapan Matheo. Antusias seperti anak kecil. Cih. "Anda cantik jika sedang tersenyum," goda Matheo, memperhatikan senyuman indah Aesya. "Diam!" Aesya berucap setengah memekik, reflek memalingkan wajah untuk menyembunyikan raut mukanya yang malu-malu serta salah tingkah. "Cik, pulang saja, Matheo. Kau lebih baik istirahat dari
Baca selengkapnya

Benar Mau Menikah Nona?

"Karena aku cemburu melihatmu memperhatikan tangan Matheo."Ziea mengerjab beberapa kali, memandang wajah tampan suaminya yang menampilkan mimik dingin serta flat. Tak lama, Ziea tersenyum malu-malu lalu cengengesan karena salah tingkah mendengar penuturan Reigha. 'Apa sih?! Hatiku murahan banget. Begini saja aku langsung baper.' batin Ziea yang masih cengengesan pada Reigha. "Nah, kan. Cocokan Mas yang pakai gelangnya. Biar aku lihatnya ke gelang yang ada di tangan Mas Rei, bukan tangan Pak Mamat," ucap Ziea dengan cengar-cengir bahagia. Reigha menaikkan kedua alis, memangut pelan sembari tersenyum tipis. "Benar juga," jawabnya pelan, mengambil tempat untuk duduk di sebelah Ziea. "Bagus?" tanya Reigha kemudian, meletakkan tangannya yang memakai gelang tersebut di atas bantal yang berada di pangkuan istrinya. "Sangat bagus sekali, Mas Rei." Ziea menaggukkan kepala, memilih menyingkirkan novelnya agar dia bisa dengan leluasa memerhatikan gelang tersebut. "Kau ingin sesuatu, ZieKu
Baca selengkapnya

Alasan Suka Apa?

"Tidak. Aesya tidak akan menikah dengan pria yang tidak punya keluarga, tidak punya status sosial dan tidak jelas asal usulnya seperti anda!" Bukan Aesya yang menjawab melainkan seorang pria yang tiba-tiba masuk dalam ruangan tersebut. Matheo dan Aesya seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut. Wajah Matheo terlihat tak bersahabat ketika menatap seorang pria yang kini berjalan ke arah mereka. Sedangkan Aesya, dia terlihat cuek-cuek saja. "Aku tidak menyangka jika Reigha bisa mempekerjakan orang yang tidak tahu diri seperti anda ini. Kau tahu siapa Aesya, tetapi kau berani jatuh cinta padanya. Cih," ucap Brigen, berdecis sinis di akhir kalimatnya. "Jika Rafael atau Reigha tahu kau lancang mencintai Aesya, aku yakin itu hari terakhir kau berada di dunia ini.""Cik." Aesya berdecak pelan. "Jangan berlebihan, Brigan. Ega sudah tahu dan dia tidak mempermasalahkannya," ucap Aesya agar Brigan berhenti menggertak Matheo. "Kau membela pria rendahan itu, Aesya?" Brigen menaikkan sebelah
Baca selengkapnya

Dinotice Sejak Kecil

"Karena Reigha menangkap Ziea yang akan jatuh saat bermain sepeda di halaman belakang rumah." Semua orang seketika menoleh ke arah Haiden, menatap antusias pada pria itu."Sok tahu," kesal Ziea– satu-satunya orang yang menatap berang pada Haiden. Mata Ziea menyipit, bibirnya membentang garis horizontal; memperlihatkan raut muka kesal bercampur bete. Cocok! Lea dan Kakaknya sangat cocok. Sama-sama tukang cepu dan penyebar aib. Ah,, bukan aib tetapi itu hal yang memalukan bagi Ziea untuk diketahui banyak orang. Haiden benar. Awal mula Ziea mulai punya rasa suka dan kagum pada Reigha itu karena pria tersebut menolongnya yang hampir jatuh masuk ke kolam ketika bermain sepeda. Saat itu rumah mereka ramai, banyak orang yang datang ke sana dan Ziea lupa itu acara apa. Yang jelas, pada sepupunya hadir di sana– termasuk Reigha. Ziea yang tak punya teman yang seusia dengannya melihat bermain di taman belakang rumahnya. Ternyata di sana ada Reigha yang sedang duduk diam, di mana depan pria
Baca selengkapnya

Lamaran yang Mempertaruhkan Nyawa

"Tapi saat itu kau terus memandangiku sampai kau tidak fokus ke jalan dan berakhir menabrak tembok," ucap Reigha-- mengingat-ingat betapa lucunya tingkah istrinya saat itu. Mata Ziea membulat, menatap syok dan horor ke arah suaminya. "Ma--mana ada?" elaknya cepat dan gugup. "Acieeeee …." Lea dan Aesya kembali meledek Ziea, membuat pipi Ziea rasanya terbakar dan gosong. Sial! Rasanya Ziea ingin memusnahkan kata cie dari muka bumi ini. Menyebalkan sekali! "Cik, Mas Rei dan Kak Deden bisa pindah nggak ke tempat kalian tadi?! Menyebalkan sekali sih," ketus Ziea sembari mendorong-dorong pundak Reigha agar menyingkir dari sana. "Atau aku yang pergi?!" ancam Ziea, menatap berang ke arah Reigha. "Cih." Reigha berdecis geli, memperhatikan raut muka istrinya yang terlihat sangat menggemaskan. Reigha sama sekali tak pindah, tetap duduk di sebelah istrinya dan kembali tenggelam pada bacaannya. 'Padahal aku ingin berbicara sesuatu pada Ziea dan Lea, tetapi Kak Haiden dan Ega malah pindah ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
34
DMCA.com Protection Status