Share

Membahas Apa?

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tiba-tiba saja HP Aesya berdering.

'Ziea?'

Aesya dengan cepat mengangkat telpon dari Kakak ipar rasa adik kandung-nya tersebut.

"Halo, Ziea, ada apa?" sapa-nya pelan dengan suara hangat dan lembut, membuat Matheo kembali memperhatikannya secara diam-diam. Di sisi lain, Reigha mengalihkan perhatiannya dari buku– sejenak menatap Aesya karena merasa terpanggil ketika kembarannya itu menyebut nama istrinya.

'Ini Aayara, Kak,' ucap seorang dari belakang sana.

Aesya sedikit terkejut, mendadak khawatir karena takut terjadi sesuatu pada Ziea. Ke--kenapa handphone Ziea ada pada Aayara?

"Yara? Kok bisa HP Ziea ada sama kamu?" tanya Aesya dengan nada sedikit panik. Kini Maxim yang menoleh, nama istrinya disebut!

'Dikasih sama orangnya langsung.'

"Trus Ziea di mana? Ziea baik-baik saja kan?" tanya Aesya pelan dan hati-hati– takut di dengar oleh Reigha.

'Super baik, Kak. Ini-- orangnya lagi kesurupan. Ketawa-ketawa bareng yang lain. Makanya sini cepat, kita lagi nonton drama …- Woi, nama dr
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Evi Mardiana
ko reiga dan ziea kegeser ceritanyaaaa suka bgt sma reiga dan ziea...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Harapan Ibu yang Tersakiti

    "Apa?" Pada pria di sana– minus Fauzan dan Matheo, sama-sama menyeru kata 'apa. Mereka sama-sama penasaran sebab Aesya sempat menyebut nama Ziea dan Aayara. "Aku sedang bertanya," ucap Reigha kembali, menyunggingkan smirk tipis dan kembali membaca buku– hal tersebut membuat wajah saudaranya muram dan menahan kesal. "Sialan kau, Ega! Aku sudah serius!" ketus Rafael, Reigha hanya diam– tak terusik sama sekali sembari fokus membaca bukunya. "Kau semakin mirip dengan Zebra. Menyebalkan!" dengkus Haiden. "Kenapa kalian tidak periksa sendiri? Siapa tahu mereka sedang berkumpul di satu tempat," ucap Reigha santai. Tanpa mengatakan apa-apa, Maxim seketika beranjak dari sana. Di susul oleh Rafael dan juga Haiden. Sedangkan Brigan, karena Reigha hanya diam dan memilih fokus pada buku tebalnya, Brigan memilih beranjak dari sana. Untuk apa dia bertahan di sana, menonton Reigha yang sedang membaca buku? Cih, lebih baik dia kembali di kamarnya dan memilih menonton tembok di kamar. Setidaknya

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Siapa Mamat?

    'Kan apa kubilang?!'Reigha memperhatikan Ziea– membuka arloji di pergelangan tangan dengan sudut bibir yang membentuk senyuman tipis yang indah dan menambah ketampanannya. Dia tak mengatakan apa-apa, hanya menatap intens ke arah istrinya yang masih berbaring; juga menatap Reigha dengan manik sayup dan pipi yang menggembung.Ziea tidak sedang berusaha untuk sok imut, dia begitu untuk menahan bibirnya yang sudah gatal untuk mengumpati suaminya tersebut. 'Bisa-bisanya setelah mengancamku dia masih tebar pesona? Cih, dia kira dia ganteng begitu?! Enggak! Nggak salah! Emang ganteng banget!' Reigha menyeringai tipis, beranjak dari sana dengan berjalan santai ke kamar mandi. "Ini namanya teknik ancaman." Ziea duduk, meletakkan tangan di dada untuk merasakan debaran jantungnya yang menggila. Dia buru-buru turun dari ranjang dan langsung menyusul Reigha dalam kamar mandi. Ceklek'Reigha menoleh ke arah pintu, menatap Ziea dengan sebelah alis terangkat. Sedangkan Ziea, dia menutup pintu

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Mirip Adegan?

    Sedangkan Reigha, dia hanya menatap datar ke arah istrinya. Reigha menghela napas pelan, mencuci tangan di sebuah pancuran lalu mengeringkan tangan dengan handuk khusus pengering tangan. Darimana Reigha dapat? Tentu ada maid yang bertugas khusus untuk itu. Maid tersebut berdiri tak jauh dari Reigha, memegang nampan berisi handuk tersebut. Setelah itu Reigha langsung menghampiri Aesya– berdiri tepat di belakang istrinya yang sudah menegang kaku dan muram. "Ada apa?" tanya Reigha rendah, menatap datar ke arah Matheo kemudian beralih menatap Aesya. Tersentak mendengar suara berat suaminya, Ziea reflek bergeser– menyingkir dari depan Reigha. Namun sialnya tangan Reigha lebih dulu melingkar di pinggangnya, menahan Ziea untuk tak berpindah tempat. Itu membuat Lea yang memperhatikan jadi kikuk sendiri. Hanya bisa senyum-senyum geli karena melihat raut muka Ziea yang muram dan masam. "Ega, bisa tidak hari ini Matheo tidak bekerja? Dia sedang sakit dan itu karena aku menyuruhnya menger

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Ayo Menikah

    "Harusnya Nona tidak menemui Tuan dan mengatakan hal seperti tadi. Lihat sekarang, semua pekerjaan dialihkan pada Nona," tegur Matheo, menatap Aesya dengan air muka tidak enak dan sendu. Saat ini dia dan Aesya berada di ruang kerja Reigha, mereka hanya berdua di sana; tengah menyelesaikan sebuah dokumen penting yang esok akan dibawa oleh Fauzan, untuk diantar pada Exel. Karena tidak enak hati, Matheo tidak pulang. Meskipun Reigha sendiri yang memerintahkan, tetapi Matheo memilih untuk membangkang. Sungguh! Dia tidak enak hati pada Aesya. "Diamlah." Aesya berucap ketus, menatap sekilas pada Matheo kemudian kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. "Lebih baik kau pulang dan istirahat dengan baik.""Untuk apa?" Matheo meraih sebuah dokumen, membuka laptop miliknya sendiri. Meskipun dia demam, tetapi dia tetap akan mengerjakannya. Dia tidak akan membiarkan Aesya mengerjakan ini sendirian. Aesya hanya punya waktu empat jam sebelum makan malam, dan Matheo yakin Aesya tidak akan bisa meng

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Tangan yang Membuat Cemburu

    Jantung Aesya berdebar kencang dan tak karuan dalam sana, menatap Matheo yang juga menatapnya dengan serius, dalam dan intens. ***Deg deg deg Tidak tahan dengan tatapan Matheo, Aesya sontak memalingkan wajah. Dia berdecak dan mendengkus kesal– berusaha menutupi sesuatu yang membuatnya resa dan gelisah. Hell, ada apa dengannya? Tatapan itu-- tatapan Matheo membuatnya melemah. Aesya tidak suka ini. "Cik, aku sedang bekerja, Matheo," ketus Aesya, memperingati Matheo agar tidak menggangunya."Ouh, berarti setelah Nona selesai bekerja, kita bisa menikah?" "Sinting." Aesya bergumam pelan, kembali mendengkus. Namun, detik berikutnya dia tersenyum tipis– geli karena ucapan Matheo. Antusias seperti anak kecil. Cih. "Anda cantik jika sedang tersenyum," goda Matheo, memperhatikan senyuman indah Aesya. "Diam!" Aesya berucap setengah memekik, reflek memalingkan wajah untuk menyembunyikan raut mukanya yang malu-malu serta salah tingkah. "Cik, pulang saja, Matheo. Kau lebih baik istirahat dari

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Benar Mau Menikah Nona?

    "Karena aku cemburu melihatmu memperhatikan tangan Matheo."Ziea mengerjab beberapa kali, memandang wajah tampan suaminya yang menampilkan mimik dingin serta flat. Tak lama, Ziea tersenyum malu-malu lalu cengengesan karena salah tingkah mendengar penuturan Reigha. 'Apa sih?! Hatiku murahan banget. Begini saja aku langsung baper.' batin Ziea yang masih cengengesan pada Reigha. "Nah, kan. Cocokan Mas yang pakai gelangnya. Biar aku lihatnya ke gelang yang ada di tangan Mas Rei, bukan tangan Pak Mamat," ucap Ziea dengan cengar-cengir bahagia. Reigha menaikkan kedua alis, memangut pelan sembari tersenyum tipis. "Benar juga," jawabnya pelan, mengambil tempat untuk duduk di sebelah Ziea. "Bagus?" tanya Reigha kemudian, meletakkan tangannya yang memakai gelang tersebut di atas bantal yang berada di pangkuan istrinya. "Sangat bagus sekali, Mas Rei." Ziea menaggukkan kepala, memilih menyingkirkan novelnya agar dia bisa dengan leluasa memerhatikan gelang tersebut. "Kau ingin sesuatu, ZieKu

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Alasan Suka Apa?

    "Tidak. Aesya tidak akan menikah dengan pria yang tidak punya keluarga, tidak punya status sosial dan tidak jelas asal usulnya seperti anda!" Bukan Aesya yang menjawab melainkan seorang pria yang tiba-tiba masuk dalam ruangan tersebut. Matheo dan Aesya seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut. Wajah Matheo terlihat tak bersahabat ketika menatap seorang pria yang kini berjalan ke arah mereka. Sedangkan Aesya, dia terlihat cuek-cuek saja. "Aku tidak menyangka jika Reigha bisa mempekerjakan orang yang tidak tahu diri seperti anda ini. Kau tahu siapa Aesya, tetapi kau berani jatuh cinta padanya. Cih," ucap Brigen, berdecis sinis di akhir kalimatnya. "Jika Rafael atau Reigha tahu kau lancang mencintai Aesya, aku yakin itu hari terakhir kau berada di dunia ini.""Cik." Aesya berdecak pelan. "Jangan berlebihan, Brigan. Ega sudah tahu dan dia tidak mempermasalahkannya," ucap Aesya agar Brigan berhenti menggertak Matheo. "Kau membela pria rendahan itu, Aesya?" Brigen menaikkan sebelah

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Dinotice Sejak Kecil

    "Karena Reigha menangkap Ziea yang akan jatuh saat bermain sepeda di halaman belakang rumah." Semua orang seketika menoleh ke arah Haiden, menatap antusias pada pria itu."Sok tahu," kesal Ziea– satu-satunya orang yang menatap berang pada Haiden. Mata Ziea menyipit, bibirnya membentang garis horizontal; memperlihatkan raut muka kesal bercampur bete. Cocok! Lea dan Kakaknya sangat cocok. Sama-sama tukang cepu dan penyebar aib. Ah,, bukan aib tetapi itu hal yang memalukan bagi Ziea untuk diketahui banyak orang. Haiden benar. Awal mula Ziea mulai punya rasa suka dan kagum pada Reigha itu karena pria tersebut menolongnya yang hampir jatuh masuk ke kolam ketika bermain sepeda. Saat itu rumah mereka ramai, banyak orang yang datang ke sana dan Ziea lupa itu acara apa. Yang jelas, pada sepupunya hadir di sana– termasuk Reigha. Ziea yang tak punya teman yang seusia dengannya melihat bermain di taman belakang rumahnya. Ternyata di sana ada Reigha yang sedang duduk diam, di mana depan pria

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Extra Part dalam Extra Part

    "Aku mencintaimu, Haiden. Aku ma--mau dijadikan istri kedua atau selingkuhanmu. Plis!" Seseorang yang diam-diam mengintip dari tempatnya, mengepalkan tangan. Lea termenung, berjongkok di balik sebuah tembok. Sejak kemarin dia dan Haiden sudah di penginapan, tempat mereka akan melakukan resepsi pernikahan dengan pasangan Matheo dan Aesya. Malam ini adalah pesta pernikahannya dengan Haiden. Setelah di penginapan ini, Lea dan Haiden memang jarang berinteraksi. Haiden seperti menjaga jarak. Keharusan! Haiden dan dia tidak tidur satu kamar sebab tradisi keluarga suaminya, di mana sebelum acara benar-benar selesai, mereka tidak diperbolehkan satu kamar dan interaksi dibatasi. Tadi malam, Lea tidur dengan sepupu perempuan suaminya–dia benar-benar dijaga. Tradisi aneh, tetapi Lea cukup menyukainya. Kembali ke sekarang. Karena acara akan dimulai dan Lea ingin hadir bersamaan dengan Haiden ke tempat pesta, dia berniat menyusul Haiden. Namun, di tengah jalan dia mendapati suaminya sedang b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [Ending EP]

    "Akhirnya kau menjadi milikku, Azalea," bisik Haiden, setelah memasang cincin di jemari manis istrinya. Setelah itu, dia menarik kecil Lea kemudian mencium kening perempuan yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Lea terdiam dengan perasaan aneh yang menyelusup dalam hati, dia hanya merenung–membiarkan Haiden mencium keningnya. Haiden melepas kecupan hangat tersebut, tetapi masih terus menatap wajah cantik Lea. Sayang, perempuan ini sangat pelit–memilih menunduk dibandingkan memperlihatkan kecantikannya pada Haiden. Haiden menangkup pipi Lea secara lembut, mengangkatnya sedikit memaksa–sekarang Lea telah mendongak ke arahnya, menatapnya dengan mata hangat bertabur sparkling. "Hello, Wife," sapa Haiden dengan rendah, tersenyum lembut ke arah Lea. Tak dapat menahan kegembiraan dalam hati, Lea seketika mengibarkan senyuman yang sangat indah. Ada perasaan berdebar ketika Haiden mengatakan hal tadi. Namun, debaran kali ini terasa gembira dan menakjubkan. "Hai, Mas suami," jawab Le

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pernikahan

    "Kau mau kemana?"Haiden berdecak pelan lalu mendengus. Dia berniat putar balik, tetapi suara dingin itu menghentikan niatannya. Dengan raut muka dingin, Haiden memutar tubuh menghadap Reigha. Melihat wajah datar sahabat sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden menggaruk telinga. Dia mendengus lalu berjalan ke arah Reigha. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haiden, menatap curiga pada Reigha. "Ziea," jawab Reigha datar dan singkat, duduk tenang di tempatnya–tak terganggu oleh kehadiran Haiden yang saat ini telah berdiri di sebelahnya. "Kau tidak bertanya kenapa aku di sini?" Haiden menaikkan sebelah alis, bersedekah dingin. Sejujurnya dia menunggu Reigha bertanya hal tersebut padanya. Saat dia berjalan dari mobil hingga ke tempat ini– tepat di sebelah Reigha berdiri, dia sudah memikirkan alasan apa yang akan dia katakan pada Reigha semisal Reigha menginterogasinya. Reigha menoleh malas ke arah Haiden. "Persetan!" jawabnya cukup santai, tetapi menyebalkan secara saksama. Haiden

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Ancaman Daddy

    "Lea sayang, kamu kenapa?""Papa dengar ada keributan di kamarmu, apa terjadi sesua …- Tuan Haiden?!" Mata Denis membelalak, kaget ketika melihat calon menantunya ada di dalam kamar putrinya. "Pria ini menelusup masuk dalam kamar Azalea. Untung aku lebih dulu menelusup ke kamar putrimu, Ayah mertua," ucap Haiden santai, sengaja mengatakan 'putrimu dan Ayah mertua, trik agar om yang merangkap menjadi ayah kekasihnya tersebut tersanjung. 'Anjay, jujur sekali orang ini. Bikin empeduku ketar ketir ajah,' batin Lea, menatap horor dan melongo syok ke arah Haiden. Mulutnya bahkan terbuka lebar, saking tak percayanya dia dengan Haiden. "Oh iya, Nak Haiden. Untung kamu menelusup lebih dulu," jawab Denis cukup riang, mengganti panggilan Tuan pada Haiden menjadi Nak. Hanya menyebut Lea sebagai putrinya dan dipanggil Ayah mertua oleh Haiden, hatinya meluluh–luar biasa senang. "Azalea bilang dia teman ayah," ucap Haiden, melirik sekilas pada tubuh tua yang sudah tak berdaya di lantai. Kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pada Akhirnya Kepergok

    Benni yang telah berhasil mencongkel jendela kamar Lea seketika menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Akhirnya, Lea ku yang cantik dan manis-- malam ini aku mendapatkanmu!" ucap Benni, merasa senang serta tak sabar untuk melaksanakan aksinya. Perlahan dia membuka jendela kamar lalu masuk secara hati-hati serta mengendap-endap. Beruntung kamar Lea minim pencahayaan, jadi dia bisa menyelinap dengan gampang. ***Krek'Mendengar bunyi jendela terbuka secara perlahan, mata Haiden yang sempat terpejam seketika kembali terbuka. Dia menoleh ke arah jendela dalam kamar, matanya bisa dikatakan tajam dalam kegelapan sehingga dia bisa melihat siluet seseorang yang tengah menyelinap masuk ke kamar calon istrinya ini. Alis Haiden menekuk tajam, seketika terpancing amarah–jelas itu siluet seorang laki-laki! Tak mungkin Lea mengundang pria dalam kamar, meskipun sedikit genit tetapi dia kenal betul dengan pribadi calon istrinya. Lea hanya genit diluar, aslinya Lea sangat menjaga diri dsn b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Siasat Jahat

    Klik'Lampu menyala, bersamaan dengan mata Lea yang membelalak–menatap kaget pada sosok pria yang sekarang telah berada di pinggir ranjangnya. Menyadari pakaiannya yang kurang sopan, Lea buru-buru meraih bantal lalu menutupi bagian dada. Piyama yang Lea kenalan cukup seksi pada bagian atas, lengan berbentuk tali–membuat pundak Lea telanjang. "Pak Haiden ngapain ke sini?!" pekik Lea, setengah berbisik dan menggeram. Dia kesal pada pria ini karena kemunculannya membuat Lea merasa takut. Lea pikir siapa?! Tapi-- … hei, Lea sekarang jauh lebih takut. Haiden ada di kamarnya dan … ba--bagaimana bisa? "Kau tidak berbicara denganku ketika kuantar pulang," ucap Haiden santai, duduk lalu berakhir membaringkan diri di ranjang Lea. Lea kembali melototkan mata, kali ini tak menduga jika Haiden menjadikan itu alasan untuk bisa kemari. "Kita sudah bicara dan Pak Haiden sekarang juga pulang.""Aku datang dengan niat baik, Azalea. Kenapa kau mengusirku? Kau tidak suka bertemu denganku?" "Pak, ma

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Datang dalam Kamar

    Brak' Haiden membuka pintu mobil secara kuat, kemudian menarik kasar seseorang dari dalam mobil. "KELUAR!" marah Haiden, membentak perempuan tersebut secara kasar–tak peduli jika yang ia kasari tersebut adalah perempuan. Namanya Haiden Mahendra! Tempramental dan bisa meluapkan kemarahannya pada siapapun–kecuali pada adiknya! Sekarang, Haiden sangat marah karena Lea memilih pulang tanpa diantar olehnya, dan sekarang dia memanfaatkan kemarahannya tersebut pada Melodi–alasan calon istrinya memilih pergi. "Ha--Haiden … argk! Perutku sakit!" pekik Melodi yang sudah tergeletak jatuh di halaman, satu tangan menyangga tubuh dan satu lagi memegangi perut yang terasa kram dan sakit. Bukan penyakit parah, hanya alergi susu dan dia memang sengaja meminum susu supaya bisa cari perhatian pada Haiden. "Persetan!" maki Haiden, segera masuk dalam mobil kemudian buru-buru mengendari mobil–ngebut untuk menyusul Lea. "Haiden!!" teriak Melodi sekencang mungkin, akan tetapi sayang karena Haiden ta

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP]Prioritas?

    Lea akhirnya selamat dari kesalah pahaman Ziea padanya dan Haiden. Reigha menemukan mereka dengan mudah, sedikit marah sebab menganggap Haiden tidak sopan pada Ziea. Yah, sebab Haiden bertelanjang dada! Keduanya mengobrol lalu tiba-tiba Reigha mendadak satu jalur dengan Haiden, melarang Ziea untuk tak mengatakan apa-apa pada siapapun mengenai kejadian di toilet sebab itu bukan urusan Ziea dan dia. Untungnya Ziea sangat patuh pada suaminya, jadi Lea dan Haiden selamat dari bocah kematian bernama Ziea tersebut. "Ini pakaian Ziea, masih baru dan tak pernah dipakai olehnya. Gunakan ini supaya tak ada yang salah paham lagi," ucap Haiden pada Lea, menyerahkan sebuah pakaian baru untuk sang kekasih. Mereka berada di kamar Haiden, terpaksa sebab tempat inilah yang paling aman dari intaian siapapun. Lagipula kamarnya bersebelahan dengan kamar Ziea dan Reigha, sahabat sekaligus sepupu serta iparnya tersebut telah ia suruh berjaga di depan. "Iya, Pak." Lea meraih pakaian tersebut kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Menghilangkan Bukti dan Jejak

    "Aaa--" Lea berteriak namun buru-buru membekap mulut. Dia langsung meringsut ke sudut toilet, merapatkan kemeja pada tubuh sembari menatap pucat pias ke arah Haiden. "Bilang kalau Pak Haiden tidak melihat apapun!" paniknya, lalu buru-buru mengancing kemeja tersebut. Lebih cepat dia membungkus tubuhnya, lebih aman dia dari pria mesum ini. Ternyata oh ternyata! "Jika aku mencopot bramu, aku melihat semuanya," jawab Haiden santai, bersedekap sembari menyunggingkan smirk tipis ke arah Lea. Kini dia telah menghadap ke arah perempuan itu, memperhatikan Lea yang sedang mengancing kemeja secara terburu-buru dengan tatapan yang begitu intens. Pipi Lea memerah–sudah seperti tomat busuk. Dia mengerjab beberapa kali. Kalau dipikir-pikir Haiden tak mungkin se mesun itu. Namun, jika dipertimbangkan secara matang Haiden bahkan pernah hampir kelepasan–hampir merenggut kesuciannya sebab berkunjung dan kebetulan hujan tengah turun. "A--aku tidak peduli, yang penting serangan, Pak Haiden tolong ming

DMCA.com Protection Status