Share

Timbulnya Dendam

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Reigha menghampiri kekacauan, di mana Daddynya masih memukul Pamannya, dan di sisi lain ada Rafael yang bukannya merelai tetapi membantu Daddynya memukul Topan.

"Sayang, tolong pisahkan mereka. Pamanmu bisa tiada, Nak. Tolong yah, Sayang," pinta Satiya dengan nada lirih dan parau.

"Baik, Mom." Reigha menganggukkan kepala, berjalan santai ke keributan tersebut kemudian dia memisah Daddynya serta Rafael dari pamannya dan Brigan– dibantu oleh bodyguard serta pamannya, Thomas (ayah Serena).

"Daddy membuat Mommy takut. Jadi berhentilah," ucap dan peringat Reigha ketika Gabriel masih berniat ingin memukul Topan.

Gabriel menatap istrinya sekilas-- memperhatikan wajah murung dan khawatir sang istri, kemudian dia menatap nyalang ke arah Topan. "Dia merendahkan Mommy-mu, dan Daddy … matipun tidak akan terima jika ada yang berani mengatai istriku perempuan rendahan. Dia harus mati!" desis Gabriel dingin.

"Kasihan Mommy, Daddy. Jantung Mommy tidak kuat melihat Daddy seperti ini. Tolong tenan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Hikari 민윤기
aku jadi mikir itu brigen Laki" tapi kok muLutnya kek gitu ya... bahaya kaLo manusia banyak yg kek gitu...dasar sengkuni...
goodnovel comment avatar
nor Ain
dedegan jantung ku.. kluarga harmonis bertukar horor.. semua kerana brigen.. fuhhh aku mau tidur msih lg rs jantungku laju..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Kunci Cinta Matheo

    "Es krimmu sudah kau habiskan, ZieKu?" Ziea menggelengkan kepala, menatap suaminya tersebut dengan tatapan sendu dan sayup. "Tidak.""Kenapa, hum?" tanya Reigha lembut, mengusap pucuk kepala sang istri kemudian duduk di sebelah Ziea yang terlihat murung. "Aku tidak bernafsu lagi." Ziea berkata pelan, "setahuku dulu keluarga Kak Brigan itu baik. Tetapi kenapa yah makin ke sini, keluarga mereka makin kelihatan iri dengkinya.""Orang berubah seiring waktu berjalan, ZieKu." Reigha berucap rendah, masih mengusap kepala Ziea agar istrinya tersebut menenang. "dan tidak semua orang-orang di sekitar kita baik."Ziea memangut-mangut, paham dengan ucapan suaminya. "Tapi-- kok ada yah orang begitu? Suka merendahkan orang lain hanya demi agar dirinya terlihat lebih baik. Ouh iya, sekarang aku tahu kenapa Kak Brigan suka mencemooh dan merendahkan orang lain. Orang dia keturunan murni bapaknya. Ih, aku baru tahu kalau mulut Om Topan lemes kayak perempuan cabe-cabean," cerocos Ziea, masih kepikiran

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Lea Tidak Mendapat Restu

    "Serius napa, Ziea?" ucap Lea kesal dan dongkol, masih dengan pembahasan yang sama– apa kunci yang Ziea maksud sebelumnya. "Iya, Nyonya. Saya terlanjur penasaran dengan kunci yang ada maksud," ucap Matheo, menimpali perkataan Lea. Ziea mengibas tangan di depan wajah, "kuncinya mah berusaha dan berdoa," ucap Ziea, mendapat dengkusan dari Lea. "Mendadak tobat si Bangke ini. Yang serius lah!" "Aku serius, Monyet. Satu tambah satu berapa?" "Dua." Lea dan Matheo sama-sama menjawab. "Nah itu tahu." Ziea berucap nyolot. "Jangan sampai aku berubah jadi Pak Ladi sing yah!" Lea mengelus dada, menahan kesal dan dongkol pada sahabatnya tersebut, "hubungannya satu tambah satu apa sama kunci inggris, Cuk?! Ah, harus jadi bakso urat kalau bicara sama bangke satu ini." "Heh, Taik. Makanya otak itu jangan dijadikan pajangan doang. Sesekali digunakan, Cuk. Satu tambah satu sama dengan dua itu cuma kiasan." Ziea balik mengomel. Matheo hanya bisa menatap aneh, nanar dan tertekan diantara para

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Tamu yang Mengejutkan di Kamar Lea

    "Kamu itu bodoh, tidak punya prestasi apapun, tidak bisa diandalkan, tidak berguna, dan pembawa sial," ucap Mira dengan nada yang mengoyak hati Lea. Sejenak Lea menundukkan kepala, menyembunyikan matanya yang sudah basah dan berkaca-kaca. Dadanya sangat sesak, tak tahan mendengar ucapan menyakitkan dari Mamanya. 'Tuhan, Masih pantaskah wanita ini kupanggil ibu? Aku tahu jasanya untuk melahirkanku di dunia ini tak akan terbalas oleh apapun. Tetapi luka yang dia torehkan padaku, sakitnya mengalahkan rasa cinta sebesar apapun di dunia ini. Sedikitpun cintanya sama sekali tidak pernah singgah untukku.' batin Lea, memberanikan diri mendongak dan menatap Mamanya dengan tatapan terluka. "Kalau begitu, kenapa kalian malah menemuiku? Kenapa tidak menemui keluarga Mahendra saja? Katakan pada Pak Haiden jika aku tidak pantas padanya dan putri kesayangan kalian itu yang lebih pantas untuknya. Sana-- temui langsung orangnya, dari pada kalian di sini cuma dapat sial dariku," ucap Lea dengan nada

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Seserahan Menakjubkan

    "Pa--Pak Haiden?!" kaget Lea dengan nada pelan, menatap Haiden yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Dengan panik, Lea mendorong Haiden untuk mundur dari depannya kemudian menyembulkan kepala sembari celingak-celinguk untuk melihat om dan tantenya. Ah, maksudnya Mama dan Papa barunya. "Ngapain Pak Haiden nongol di sini?" tanya Lea yang masih celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Papa dan Mamanya. "Menemuimu," jawab Haiden, memerhatikan Lea dengan saksama. Ah, wanita ini kenapa semakin terlihat cantik dan lucu? "Om dan Tantemu sudah pergi," ucap Haiden kemudian, tahu apa yang dicari oleh wanita pujaan hatinya tersebut. Lea seketika itu juga menegakkan kepala. "Kemana?" tanya Lea dengan sebelah alis terangkat. Sialan! Dia ditinggal sendiri di sini. Mana Orang tua barunya tersebut memasukkan harimau buas lagi ke rumah mereka ini. Meskipun suka genit pada Haiden, tetapi di situasi seperti ini Lea jadi merinding disko. Terlebih hujan sedang turun lebat di luar. Tapi-- k

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Tamu Menyebalkan Ziea

    Setelah sesi curhat dengan pria itu, Lea saat ini tengah memasak nasi goreng untuk dibawa pulang oleh Haiden. Ternyata Haiden kemari-- bisa dikatakan tidak benar-benar untuk dirinya. Pria itu datang karena Ziea tengah di kediaman Mahendra dan sedang mengidam nasi goreng buatan Lea. Real nasi goreng yah, bukan nasi tumis dengan kecap manis. Tetapi ini nasi digoreng!Jika Lea ada dilantai bawah dan tengah memasak nasi goreng, Haiden tetap berada di kamar perempuan itu. Di mana dia saat ini tengah mengotak-atik benda-benda di atas sebuah meja dalam kamar tersebut. Ada banyak miniatur, mulai dari yang setengah jadi, sudah jadi atau masih bahan mentah. "Menakjubkan," gumam Haiden pelan, menyunggingkan smirk tipis dengan tatapan sayup dan berat ke arah salah satu miniatur di sana. Yah, menakjubkan karena calon istrinya punya jiwa seni yang tinggi. Cih, Azalea-nya memang unik. Bukan hanya pribadinya yang kerap kali bikin geleng-geleng kepala, tetapi kemampuan tersembunyi calon istrinya te

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Apa Rencananya?

    "Salam, Tuan dan Nyonya Pratama," ucap Haiden dengan sopan, duduk di sebuah sofa kosong– di depan ketiga tamu spesialnya tersebut. Bagaimana pun orang tua dihadapannya ini merupakan orang tua calon istrinya. Seburuk apapun mereka pada Lea, bukan dengan cara bersikap tidak sopan Haiden membalasnya. "Ah, salam, Tuan Haiden." Yoga dan Mira sama-sama tersenyum, memberikan salam pada sang tuan muda dari keluarga Mahendra tersebut. Di sisi lain, Arumika sudah tersenyum malu-malu-- senang dan berdebar harinya karena kemunculan Haiden di sini. Ya Tuhan! Pria ini sangat tampan dan hot. Dia punya visual yang membuat jantung kaum hawa kejang-kejang. Arumika semakin tidak sabar untuk menikah dengan pria ini. Dia tidak sabar menjadi Nyonya di rumah megah dan mewah ini. Setelah menikah dengan Haiden, dia yakin dia akan menjadi ratu di kehidupan pria ini. "To the point saja, Tuan Pratama. Apa tujuan kalian datang kemari?" ucap Haiden dengan nada datar, duduk secara bossy di tempatnya sembari men

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Kumpul Keluarga

    Saat ini Ziea sedang di teras belakang rumahnya, sedang bersantai dengan keluarganya yang lain. Orang tuanya sudah pulang dan mereka berkumpul di halaman belakang, kebiasaan mereka agar bisa menghabiskan waktu bersama-sama. Ini sudah malam, dan Reigha batal pulang malam ini. Suaminya akan kembali ke Paris besok pagi. Alasannya simpel, karena Reigha masih ingin bermanja ria dengan sang istri. Daddy, Kakak dan suaminya tengah membicarakan suatu hal. Sedangkan Ziea, dia tengah makan buah-- disuap oleh Mommynya. Bukan kemauannya, jujur saja Ziea menolak dimanjakan oleh Daddy, Kakak dan Mommynya. Tetapi mau bagaimana lagi, ketiga makhluk yang sangat ia cintai tersebut selalu saja memperlakukan Ziea seperti anak kecil. Sama seperti Mommynya, di mana Mommynya mengupas buah untuknya, memotongnya kemudian menyuapi Ziea. Padahal Ziea berniat mengupas buah mangga itu sendiri, tetapi Mommynya mengatakan 'nanti jarimu kena pisau, Sayang. Sini, Mommy saja yang kupas.' Selalu seperti itu!"Mani

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Tom dan Jerry Mahendra

    Namun, belum sempat Ziea membaca pesan dari sahabatnya tersebut-- seseorang lebih dulu merampas HP tersebut. "Apaan sih, Kak?!" kesal Ziea, "balikin nggak?!" jerit dan marah Ziea-- berniat merampas HP-nya dari tangan Haiden. Namun, kakaknya tersebut menahan kepala Ziea– Haiden menempelkan telapak tangan di jidat Ziea sehingga membuat adiknya tersebut kesulitan menjangkau Hp di tangan satunya lagi. Kenzie yang melihat itu dari tempatnya hanya bisa mendengkus. Seperti biasa, kedua anaknya tersebut selalu ribut! Kalau tidak bertemu keduanya saling merindu, tetapi kalau berjumpa-- begini. Bertengkar, ribut, dan terus berdebat. "Kau lihat kan kelakuan mereka? Sama-sama sudah dewasa tetapi terus saja bertengkar seperti anak kecil. Hah, pemandangan inilah makanan sehari-hari Daddy," ucap Kenzie pada menantunya, mendapat kekehan kecil dari Reigha. "Tabiat adik kakak memang seperti itu, Daddy," jawab Reigha pelan dan rendah, memperhatikan istrinya yang tengah mengomel kesal pada Haiden yan

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Extra Part dalam Extra Part

    "Aku mencintaimu, Haiden. Aku ma--mau dijadikan istri kedua atau selingkuhanmu. Plis!" Seseorang yang diam-diam mengintip dari tempatnya, mengepalkan tangan. Lea termenung, berjongkok di balik sebuah tembok. Sejak kemarin dia dan Haiden sudah di penginapan, tempat mereka akan melakukan resepsi pernikahan dengan pasangan Matheo dan Aesya. Malam ini adalah pesta pernikahannya dengan Haiden. Setelah di penginapan ini, Lea dan Haiden memang jarang berinteraksi. Haiden seperti menjaga jarak. Keharusan! Haiden dan dia tidak tidur satu kamar sebab tradisi keluarga suaminya, di mana sebelum acara benar-benar selesai, mereka tidak diperbolehkan satu kamar dan interaksi dibatasi. Tadi malam, Lea tidur dengan sepupu perempuan suaminya–dia benar-benar dijaga. Tradisi aneh, tetapi Lea cukup menyukainya. Kembali ke sekarang. Karena acara akan dimulai dan Lea ingin hadir bersamaan dengan Haiden ke tempat pesta, dia berniat menyusul Haiden. Namun, di tengah jalan dia mendapati suaminya sedang b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [Ending EP]

    "Akhirnya kau menjadi milikku, Azalea," bisik Haiden, setelah memasang cincin di jemari manis istrinya. Setelah itu, dia menarik kecil Lea kemudian mencium kening perempuan yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Lea terdiam dengan perasaan aneh yang menyelusup dalam hati, dia hanya merenung–membiarkan Haiden mencium keningnya. Haiden melepas kecupan hangat tersebut, tetapi masih terus menatap wajah cantik Lea. Sayang, perempuan ini sangat pelit–memilih menunduk dibandingkan memperlihatkan kecantikannya pada Haiden. Haiden menangkup pipi Lea secara lembut, mengangkatnya sedikit memaksa–sekarang Lea telah mendongak ke arahnya, menatapnya dengan mata hangat bertabur sparkling. "Hello, Wife," sapa Haiden dengan rendah, tersenyum lembut ke arah Lea. Tak dapat menahan kegembiraan dalam hati, Lea seketika mengibarkan senyuman yang sangat indah. Ada perasaan berdebar ketika Haiden mengatakan hal tadi. Namun, debaran kali ini terasa gembira dan menakjubkan. "Hai, Mas suami," jawab Le

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pernikahan

    "Kau mau kemana?"Haiden berdecak pelan lalu mendengus. Dia berniat putar balik, tetapi suara dingin itu menghentikan niatannya. Dengan raut muka dingin, Haiden memutar tubuh menghadap Reigha. Melihat wajah datar sahabat sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden menggaruk telinga. Dia mendengus lalu berjalan ke arah Reigha. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haiden, menatap curiga pada Reigha. "Ziea," jawab Reigha datar dan singkat, duduk tenang di tempatnya–tak terganggu oleh kehadiran Haiden yang saat ini telah berdiri di sebelahnya. "Kau tidak bertanya kenapa aku di sini?" Haiden menaikkan sebelah alis, bersedekah dingin. Sejujurnya dia menunggu Reigha bertanya hal tersebut padanya. Saat dia berjalan dari mobil hingga ke tempat ini– tepat di sebelah Reigha berdiri, dia sudah memikirkan alasan apa yang akan dia katakan pada Reigha semisal Reigha menginterogasinya. Reigha menoleh malas ke arah Haiden. "Persetan!" jawabnya cukup santai, tetapi menyebalkan secara saksama. Haiden

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Ancaman Daddy

    "Lea sayang, kamu kenapa?""Papa dengar ada keributan di kamarmu, apa terjadi sesua …- Tuan Haiden?!" Mata Denis membelalak, kaget ketika melihat calon menantunya ada di dalam kamar putrinya. "Pria ini menelusup masuk dalam kamar Azalea. Untung aku lebih dulu menelusup ke kamar putrimu, Ayah mertua," ucap Haiden santai, sengaja mengatakan 'putrimu dan Ayah mertua, trik agar om yang merangkap menjadi ayah kekasihnya tersebut tersanjung. 'Anjay, jujur sekali orang ini. Bikin empeduku ketar ketir ajah,' batin Lea, menatap horor dan melongo syok ke arah Haiden. Mulutnya bahkan terbuka lebar, saking tak percayanya dia dengan Haiden. "Oh iya, Nak Haiden. Untung kamu menelusup lebih dulu," jawab Denis cukup riang, mengganti panggilan Tuan pada Haiden menjadi Nak. Hanya menyebut Lea sebagai putrinya dan dipanggil Ayah mertua oleh Haiden, hatinya meluluh–luar biasa senang. "Azalea bilang dia teman ayah," ucap Haiden, melirik sekilas pada tubuh tua yang sudah tak berdaya di lantai. Kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pada Akhirnya Kepergok

    Benni yang telah berhasil mencongkel jendela kamar Lea seketika menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Akhirnya, Lea ku yang cantik dan manis-- malam ini aku mendapatkanmu!" ucap Benni, merasa senang serta tak sabar untuk melaksanakan aksinya. Perlahan dia membuka jendela kamar lalu masuk secara hati-hati serta mengendap-endap. Beruntung kamar Lea minim pencahayaan, jadi dia bisa menyelinap dengan gampang. ***Krek'Mendengar bunyi jendela terbuka secara perlahan, mata Haiden yang sempat terpejam seketika kembali terbuka. Dia menoleh ke arah jendela dalam kamar, matanya bisa dikatakan tajam dalam kegelapan sehingga dia bisa melihat siluet seseorang yang tengah menyelinap masuk ke kamar calon istrinya ini. Alis Haiden menekuk tajam, seketika terpancing amarah–jelas itu siluet seorang laki-laki! Tak mungkin Lea mengundang pria dalam kamar, meskipun sedikit genit tetapi dia kenal betul dengan pribadi calon istrinya. Lea hanya genit diluar, aslinya Lea sangat menjaga diri dsn b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Siasat Jahat

    Klik'Lampu menyala, bersamaan dengan mata Lea yang membelalak–menatap kaget pada sosok pria yang sekarang telah berada di pinggir ranjangnya. Menyadari pakaiannya yang kurang sopan, Lea buru-buru meraih bantal lalu menutupi bagian dada. Piyama yang Lea kenalan cukup seksi pada bagian atas, lengan berbentuk tali–membuat pundak Lea telanjang. "Pak Haiden ngapain ke sini?!" pekik Lea, setengah berbisik dan menggeram. Dia kesal pada pria ini karena kemunculannya membuat Lea merasa takut. Lea pikir siapa?! Tapi-- … hei, Lea sekarang jauh lebih takut. Haiden ada di kamarnya dan … ba--bagaimana bisa? "Kau tidak berbicara denganku ketika kuantar pulang," ucap Haiden santai, duduk lalu berakhir membaringkan diri di ranjang Lea. Lea kembali melototkan mata, kali ini tak menduga jika Haiden menjadikan itu alasan untuk bisa kemari. "Kita sudah bicara dan Pak Haiden sekarang juga pulang.""Aku datang dengan niat baik, Azalea. Kenapa kau mengusirku? Kau tidak suka bertemu denganku?" "Pak, ma

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Datang dalam Kamar

    Brak' Haiden membuka pintu mobil secara kuat, kemudian menarik kasar seseorang dari dalam mobil. "KELUAR!" marah Haiden, membentak perempuan tersebut secara kasar–tak peduli jika yang ia kasari tersebut adalah perempuan. Namanya Haiden Mahendra! Tempramental dan bisa meluapkan kemarahannya pada siapapun–kecuali pada adiknya! Sekarang, Haiden sangat marah karena Lea memilih pulang tanpa diantar olehnya, dan sekarang dia memanfaatkan kemarahannya tersebut pada Melodi–alasan calon istrinya memilih pergi. "Ha--Haiden … argk! Perutku sakit!" pekik Melodi yang sudah tergeletak jatuh di halaman, satu tangan menyangga tubuh dan satu lagi memegangi perut yang terasa kram dan sakit. Bukan penyakit parah, hanya alergi susu dan dia memang sengaja meminum susu supaya bisa cari perhatian pada Haiden. "Persetan!" maki Haiden, segera masuk dalam mobil kemudian buru-buru mengendari mobil–ngebut untuk menyusul Lea. "Haiden!!" teriak Melodi sekencang mungkin, akan tetapi sayang karena Haiden ta

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP]Prioritas?

    Lea akhirnya selamat dari kesalah pahaman Ziea padanya dan Haiden. Reigha menemukan mereka dengan mudah, sedikit marah sebab menganggap Haiden tidak sopan pada Ziea. Yah, sebab Haiden bertelanjang dada! Keduanya mengobrol lalu tiba-tiba Reigha mendadak satu jalur dengan Haiden, melarang Ziea untuk tak mengatakan apa-apa pada siapapun mengenai kejadian di toilet sebab itu bukan urusan Ziea dan dia. Untungnya Ziea sangat patuh pada suaminya, jadi Lea dan Haiden selamat dari bocah kematian bernama Ziea tersebut. "Ini pakaian Ziea, masih baru dan tak pernah dipakai olehnya. Gunakan ini supaya tak ada yang salah paham lagi," ucap Haiden pada Lea, menyerahkan sebuah pakaian baru untuk sang kekasih. Mereka berada di kamar Haiden, terpaksa sebab tempat inilah yang paling aman dari intaian siapapun. Lagipula kamarnya bersebelahan dengan kamar Ziea dan Reigha, sahabat sekaligus sepupu serta iparnya tersebut telah ia suruh berjaga di depan. "Iya, Pak." Lea meraih pakaian tersebut kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Menghilangkan Bukti dan Jejak

    "Aaa--" Lea berteriak namun buru-buru membekap mulut. Dia langsung meringsut ke sudut toilet, merapatkan kemeja pada tubuh sembari menatap pucat pias ke arah Haiden. "Bilang kalau Pak Haiden tidak melihat apapun!" paniknya, lalu buru-buru mengancing kemeja tersebut. Lebih cepat dia membungkus tubuhnya, lebih aman dia dari pria mesum ini. Ternyata oh ternyata! "Jika aku mencopot bramu, aku melihat semuanya," jawab Haiden santai, bersedekap sembari menyunggingkan smirk tipis ke arah Lea. Kini dia telah menghadap ke arah perempuan itu, memperhatikan Lea yang sedang mengancing kemeja secara terburu-buru dengan tatapan yang begitu intens. Pipi Lea memerah–sudah seperti tomat busuk. Dia mengerjab beberapa kali. Kalau dipikir-pikir Haiden tak mungkin se mesun itu. Namun, jika dipertimbangkan secara matang Haiden bahkan pernah hampir kelepasan–hampir merenggut kesuciannya sebab berkunjung dan kebetulan hujan tengah turun. "A--aku tidak peduli, yang penting serangan, Pak Haiden tolong ming

DMCA.com Protection Status