Semua Bab Sebatas Pernikahan Bisnis: Bab 61 - Bab 70

120 Bab

Aku akan tunjukkan padamu

“Apakah kau akan meninggalkanku setelah kontrak kita berakhir?”Arjuna menjauh hingga Anjani pun ikut bergerak. Tubuh mereka saling menyerong, memandang dalam diam disaat berikutnya. Arjuna menangkup pipi sang gadis dengan telapak tangan kanan, mengusapnya lembut, lantas mengecup kening itu. Anjani begitu terkejut dibersamai rasa bahagia. Kecupan itu—merupakan jawaban yang sudah jelas meski tak diungkap dengan kata-kata.“Mulai sekarang—berhenti membicarakan kontrak itu,” ujar Arjuna, hingga timbul pertanyaan besar di benak Anjani. Maksudnya apa? Apa mereka akan menjalani kisah cinta yang sesungguhnya? Dalam hati Anjani berkata “tidak mungkin”. Ia jelas berharap benar, namun, ia tak ingin kembali kecewa. Mereka saling bersitatap dengan penuh keheningan, hanya terdengar suara tivi bercampur lolongan anjing di malam itu. “Aku akan tunjukkan padamu, bahwa aku bisa mencintaimu dengan sepenuh hati.” Arjuna menarik bahu gadis itu, lalu membawanya ke dalam dekapan. Arjuna merasa bahwa kin
Baca selengkapnya

Rencana Zivaa 2

Saat melewati barisan para tamu dimana merupakan pegawai yang berkepentingan serta pemegang saham, Anjani tak sengaja mendengar mereka mencibir dirinya. Sorot mata mereka seolah mengintimidasi sambil bertanya asal usulnya. Dalam lingkaran lengan itu, tangan Anjani bergetar, bibirnya berkedut—seperti ingin menginterupsi perbincangan mereka, namun, tentu Anjani tak seberani itu. Tanpa keluarga Barathawardana—Anjani hanyalah seorang yatim piatu yang bekerja di perusahaan rintisan. Gajinya berpuluh tahun, tentu tak akan bisa membeli kenyamanan yang didapatkan saat ini. “Kau tak perlu dengar apa yang mereka bicarakan. Kau ingat—saat bersamaku, kau hanya boleh fokus padaku.”Seperti mengerti isi kepala gadis itu, Arjuna mengusap punggung tangan Anjani yang bergetar. Mata hazel Anjani hampir mengambang, namun mendengar ucapan Arjuna membuat kekuatannya seolah bertambah. Benar—sekuat apapun badai menerpa, asalkan Arjuna tetap di sisinya, Anjani tak perlu takut. “Baiklah. Malam launching app
Baca selengkapnya

Dasar ceroboh!

Ammar, ini aku Anjani.Aku butuh bantuanmu, tolong temui aku di ruang eksekutif.Ammar sama sekali tak menaruh rasa curiga. Tulisan tangan itu, memang mirip sekali dengan tulisan Anjani. Tapi, mengapa pesan itu datang tidak dengan pesan singkat di ponselnya? Apa Anjani setakut itu hingga harus meninggalkan surat kaleng. Jantungnya mendadak bergemuruh. Di tengah khidmatnya makan malam, Ammar meninggalkan meja, membuat tanda tanya besar di benak para sahabatnya.“Hei, makanan sudah siap, kau mau kemana?”“Aku ke toilet, sebentar.”Ammar berlalu sambil mengancing kembali jas berwarna Navy. Langkahnya begitu tergesa menuju keluar hall, hingga sepasang mata mengamatinya. Tiba di ruang eksekutif, Anjani mencari keberadaan Ammar. Matanya menyorot berbagai sudut di ruang tertutup dengan ukuran 10x10 sentimeter. Sebuah ruangan yang didesain untuk rapat pimpinan—dengan meja persegi berukuran besar nan tegas berbahan kayu jati, hingga memberi kesan natural pada ruangan tersebut. Pandangan Anjan
Baca selengkapnya

Menghabiskan waktu denganmu...

“Akh…”Air mata tanpa sadar menetes. Anjani tak pernah merasa sesakit itu. Mungkin, karena rasa sakit di kakinya bercampur dengan rasa sakit karena diabaikan oleh pria tersebut.“Dasar ceroboh!”Arjuna memalingkan wajah, menghela nafas kasar, lalu menyumpah serapahi kecerobohan Anjani. Emosinya seketika redam, tak berdaya melihat Anjani merasa begitu kesakitan. Kakinya gegas menuruni anak tangga, meraih tangan Anjani, lalu memapah gadisnya. Arjuna tak lagi memiliki niat naik ke lantai dua, ia pun membawa Anjani menuruni anak tangga menuju kamar mereka. Dalam pangkuan, Anjani mengikat kedua tangan di leher Arjuna hingga membuat jarak wajah mereka begitu dekat. Anjani lantas mengamati wajah sang suami dari samping, walaupun pria itu tetap bergeming, memandang lurus dan tak ingin berbicara dengannya.“Maafkan aku…” ujarnya dengan penuh keraguan, mata hazelnya dengan lekat menatap garis tegas di wajah sang suami. Namun, Arjuna tetap saja bergeming. Ia tak memandang ataupun menyahut ucapa
Baca selengkapnya

Kekhawatiran Nirwasita

Arjuna menyusuri koridor rumah sakit sambil mendorong kursi roda gadis itu. Setelah menemui dokter, Anjani mendapatkan gips di bagian ankle. Ternyata malam itu—ketika Anjani mengejar Arjuna, suara kertak yang terdengar adalah akibat pergeseran tulang kaki gadis itu. Beruntung tidak parah, sehingga tidak perlu adanya pembedahan.“Lain kali hati-hati … sudah tahu pakai heels tinggi—tapi nekat mengejarku … di tangga pula.”Di depan Arjuna—seorang gadis yang tengah duduk di kursi roda tampak kesal, bibirnya menggerutu dengan wajah merengut. Jika saja Arjuna lebih peka saat itu, mungkin Anjani tak akan terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Semua ini jelas kesalahan pria itu.“Sudahlah … kalian itu seperti anak kecil saja!”Seseorang mematahkan perdebatan di antara mereka. Kris menaruh tangan kanannya di balik saku celana sambil berjalan santai. Bukan menggantikan Arjuna mendorong kursi roda tersebut, Kris justru berlagak seperti tuan disana.“Dan seharusnya kau lebih paham, Tua
Baca selengkapnya

Lima tahun yang lalu…

Lima tahun yang lalu…Suara dentuman musik menggema di sebuah mobil yang tengah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Di atas bumi, kota Johor Bahru, Malaysia, seorang pria dengan sahabatnya riang gembira setelah menyambut hari kelulusan program doktor mereka. Siang itu, langit tampak begitu gelap, namun belum turun hujan. Mereka yang tengah berbahagia nampak mengabaikan jalanan kota yang begitu lengang. Laju mobil semakin kencang ketika pedal gas ditekan habis oleh pria berwajah oriental di kursi kemudi. Sambil bernyanyi dan tertawa mereka hampir tak melihat lampu lalu lintas, hingga di waktu berikutnya, seorang gadis menyebrang tanpa sadar dan tak bisa dihindari. Sepersekian detik, si pengemudi lantas menekan pedal rem hingga suara ban berdecit memekik telinga. Bruk! Si pengemudi menggenggam erat stir mobil dengan kening yang hampir terbentur. Tangan bergetar dan jantung hampir lepas dari tempatnya. Seketika itu pula nafas memburu. Disisinya—sang sahabat memejamkan mata sambi
Baca selengkapnya

Rahasia Besar

Setelah mendengar ucapan itu—otak Anjani berkelebat tentang kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi. “Per-janji-an … per-ni-kah-an?” tanyanya pelan seraya mengulangi ucapan Arjuna. Matanya memanas dan bibirnya berkedut. Hatinya? Tentu tak karuan. Apa yang ingin Arjuna lakukan dengan perjanjian itu? Melihat tatapan Anjani—Arjuna bisa menebak apa yang ada dipikiran sang istrinya. Bibirnya tersenyum, menyeringai. Selanjutnya, Arjuna menggoda. “Hampir satu tahun sejak perjanjian ini disepakati … mungkin sudah waktunya kita akhiri.”Deg. Mata Anjani membulat, memandang kosong netra Arjuna yang tengah berbinar. Apa ini? Mengapa hatinya tiba-tiba sakit. “Sudah-i?” gumam Anjani, lagi. “Mari ikut aku,”Arjuna menuntun gadis itu ke tempat lain. Dengan pelan, Arjuna menyeimbangi langkah Anjani yang masih tertatih namun sudah lumayan lancar untuk berjalan. Tiba di pekarangan rumah … lantai dasar, Anjani dibuat bingung dengan tong sampah yang terbuat dari besi telah mengobarkan api. Tidak
Baca selengkapnya

Rahasia Besar 2

Baik Arjuna dan Arwan bersitatap di udara, pancaran kebencian berkilat dari sorot mata pria paruh baya disana. “Aku tak tahu apakah hidupmu akan baik-baik saja setelah mengetahui rahasia besar ini, Arjuna.”Deg. Rahasia apa yang sebenarnya tak diketahui Arjuna? Mengapa pancaran mata Arwan begitu menakutkan baginya. Arjuna menelan ludah, memahami situasi yang terjadi. Matanya memandang tajam ke arah pria itu—yang jika dilihat lebih dalam … mirip dengan mendiang ibunya. “Ra-hasia … be-sar?”“Kejadian lima tahun lalu tentang proyek Paradise.”Arjuna tertegun. Matanya memanas. Proyek itu—proyek yang tengah di analisa oleh Anjani. Ada apa? Pikirannya melayang pada hal yang tidak diinginkan. “Kau tahu kebakaran yang terjadi di lahan proyek itu?”Arjuna menggeleng pelan. Setahu dirinya, kasus itu sudah lama ditutup, bahkan saat ia tengah menjalankan studi di Malaysia. “Ada apa dengan proyek itu?”Arwan tertawa sinis. Bahkan Arjuna tidak tahu apa yang terjadi dengan perusahaannya, tapi ia
Baca selengkapnya

Tak ingin percaya…

Mata Arjuna membulat. Bibirnya menganga tak percaya. Jantungnya bergemuruh.“Kasus ini sempat naik ke pengadilan, karena warga yang selamat menuduh Barathaland Group memanipulasi keadaan … akibat protes penggusuran yang dilayangkan warga.”Arjuna menelan ludah. Tiba-tiba ia terngiang dengan kalimat yang terlontar dari mulut Arwan. “Proyek itu memakan banyak korban karena keserakahan seseorang—bukan hak yang diberikan melainkan hanya penderitaan banyak orang.”“Namun—tidak sampai satu minggu, kasus tiba-tiba ditutup.”“Karena?”Kris tak menjawab, ia menggedikkan bahu. Banyak hal yang belum diketahui sepenuhnya. “Tapi selama ini tak ada pemberitaan yang berarti tentang ini?”“Kau benar—itu karena dalang di balik kasus ini sangat kuat dan memiliki pengaruh yang besar.”“Siapa?”Kris menggeleng. Ia pun tak tahu sejauh itu. Arjuna menelan ludah. Hatinya tiba-tiba sakit. Bagaimana jika Anjani tahu bahwa kematian orang tuanya ada sangkut paut dengan Barathaland Group. Pria itu menyandarkan
Baca selengkapnya

Hamil?

Derap langkah kaki terdengar mendekat, namun, Anjani tetap bergeming sambil terus mengusap perut bagian bawah. Ia menerka apakah dirinya … hamil?“Hei. Kau melamun?”Sepasang tangan melingkar, menimpa punggung tangan gadis yang tengah meraba perutnya. Anjani masih tak begitu yakin. Ia lantas memandang pria itu dari pantulan cermin, senyumnya mengembang, begitupun sebaliknya. Arjuna yang lebih tinggi darinya, menempatkan dagu di bahu itu, membuat Anjani terasa berat. “Kau sudah bangun?” Tangan kanan Anjani meraih kepala pria itu, mengusapnya dengan lembut tanpa berbalik. Dari pantulan cermin itu, Anjani bisa melihat Arjuna yang hanya berbalut handuk di bagian tubuh bawah. Pria itu mengangguk. Anjani memandangi otot lengan Arjuna yang tampak kekar meski tak sebesar binaragawan—dengan tubuh itulah dirinya bisa merasakan kehangatan sehingga berhasil membuat ia jatuh hati sampai saat ini. Gadis di balik cermin itu tersadar dari lamunan kotornya di pagi hari. “Cepat mandi—jika tidak kau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status