Home / Pernikahan / Sebatas Pernikahan Bisnis / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Sebatas Pernikahan Bisnis: Chapter 51 - Chapter 60

120 Chapters

Kesempatan kedua…

Anjani terdiam ketika mobil Arjuna memasuki halaman parkir, ia mendengar suara ban berdecit. Setelah itu, ia melihat sosok Arjuna di hadapannya. Jantungnya pun seolah tak aman. “Kau datang?” tanya Arjuna.“Hmmm,”Anjani menjawab sekenanya. Gadis itu berusaha agar terlihat mampu tanpa ada Arjuna di sisinya. Sudah hampir dua minggu mereka pisah rumah dan sejak saat itu pula Anjani merasa cukup mampu mengendalikan dirinya untuk tidak menangis. Namun, ia tak mengingkari bahwa dirinya sangat merindukan Arjuna. Kemudian mereka kembali tak bertegur sapa. Anjani berlalu lebih dulu meninggalkan Arjuna yang menatap kepergian dirinya. Meja makan telah di dominasi suara garpu dan sendok yang tengah beradu. Nyonya Nirwasita memandangi cucu dan cucu mantunya bergantian. Arjuna duduk di sisi kiri dan Anjani di sisi kananya, membuat Nyonya Nirwasita tak henti menggelengkan kepala. Tingkah dua bocah itu bagai anak remaja yang sedang bertengkar, bahkan saling memandang pun mereka menghindar, membuat
Read more

Malam Panas

Cup! Anjani merasakan sebuah bibir mengecupnya lembut, lalu sedetik kemudian Arjuna memperdalam ciuman itu hingga berubah penuh gairah. Jemari Arjuna turun ke leher namun bibirnya terus memainkan irama, sesekali lidahnya menggelitik, membuat Anjani merasakan sensasi yang begitu luar biasa. Jiwanya seolah menginginkan lebih. Arjuna lantas memperdalam ciuman itu hingga tercipta melodi indah dari bibir sang gadis. Nafas mereka saling bertemu lalu menciptakan suasana semakin panas. Bahkan suhu ruangan yang dingin seolah tak bisa mendinginkan tubuh mereka yang terus bergejolak. Air keringat mulai terlihat di pelipis keduanya, Arjuna merasa tubuhnya semakin memanas, seperti tahu apa yang dipikirkan, Anjani membantu pria itu membuka kancing kemeja satu persatu dengan tidak sabaran, sementara bibir mereka masih saling berpagut. Arjuna mengangkat tubuh Anjani, membawanya dalam dekapan tanpa membiarkan bibir mereka terlepas. Bersamaan dengan itu, Arjuna berjalan mundur, membawa Anjani ke arah
Read more

Jangan berubah lagi, ya.

Beberapa saat kemudian, Anjani yang sudah bangun sejak tiga puluh menit lalu, memandang wajahnya di depan cermin, mengulang kembali memori yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata, tanpa sadar, ia membelai bibir yang menjadi mangsa Arjuna saat itu, rasanya menggelitik, ketika dirinya mengingat kembali ciuman hangat tersebut. Ia mengutuk pikiran kotornya di pagi hari. Sudut bibirnya terangkat, hingga sebuah tangan menyentuh pucuk kepala dan detik berikutnya mendaratkan sebuah kecupan disana, Anjani baru menyadari kehadiran Arjuna yang tengah berdiri dibelakangnya. Mereka saling memandang dari cermin. Senyuman dibalas dengan senyuman, baru kali ini Anjani merasa hidupnya begitu sempurna.Tangan Arjuna turun ke bahu dan disaat itu pula, Anjani meraih tangan yang telah mendekapnya erat, semalam. “Jangan berubah lagi, ya,” pinta Anjani dengan nada lirih. Tak memberinya jawaban, Arjuna memberi sebuah kecupan yang kedua di pucuk kepala gadis itu. Mereka turun untuk sarapan, karena wak
Read more

Mengganggu saja!

Tok… Tok… Tok…Kecupan manis baru saja mendarat di mata kanan gadis itu, suara ketukan pintu menjeda mereka. Tak menghiraukan, Arjuna hendak mendaratkan kecupan selanjutnya di bibir sang istri, namun, ketukan pintu disana semakin kencang, hingga membuat konsentrasinya pecah. Arjuna pun bangkit, menghela nafas kasar dan menunjukkan raut wajah kesal. Disaat yang sama, Anjani bangkit, merapikan rambutnya yang mungkin sudah berantakan. Lalu kakinya berpijak, mencoba mengekori Arjuna. Arjuna membuka pintu lalu menampilkan sosok yang begitu mengejutkan.“Kau?”Arjuna memekik, matanya memicing, menatap seseorang yang tak seharusnya disana. “Mengapa kau ada disini?” tanya pria itu, heran. Pria lain terkesiap, matanya mengerjap beberapa kali. Terkejut mungkin, niat hati datang untuk koordinasi pekerjaan, ia justru mendapat tatapan sinis atasannya. Yups. Di ambang pintu itu telah berdiri Kris membawa setumpuk dokumen yang dibutuhkan. “Bukankah kau yang menyuruhku membawa dokumen penting ini u
Read more

Tertangkap basah…

Sepasang mata menjauh dari tempat itu setelah merasa hatinya mulai berkecamuk. Langkah kaki bergerak lebih cepat, hingga tanpa sadar orang tersebut menyebabkan kekacauan dengan menabrak seorang pelayan yang tengah mengantar hidangan hingga membuat hidangan tersebut berserakan karena kecerobohannya.Empat pasang mata lain mengamati ke arah tersebut, namun, penyebab kekacauan itu sudah berlalu pergi. Dalam hati, Anjani bergumam, semoga yang ia lihat tidaklah nyata. Ia lantas kembali mengalihkan pandangan serta obrolan di meja makan.“Sampai mana tadi?” tanya Nenek, setelah santapan makan siang habis, mereka berbincang sambil menghabiskan hidangan penutup disana.“Cicit, Nek,” jawab Naomi dengan cepat.“Oh iya, betul. Jadi kapan berikan Nenek cicit?” Pertanyaan itu spontan membuat Anjani terkejut. Nyatanya tak hanya gadis itu, Arjuna pun sama terkejutnya. Mata mereka membulat. Sendok es krim yang baru masuk ke mulut, terhenti sedikit lebih lama. “Nek, please!”Arjuna memohon, memandang
Read more

Rencana Zivaa

“Jadi benar dugaanku selama ini—kalian hanya berpura-pura saling mencintai!”Arjuna dan Anjani menoleh pada sumber suara yang berjarak satu meter sisi kiri mereka. Setelahnya, mata mereka membulat, melihat seorang gadis menuntutnya.“Jawab?!” pekik gadis tersebut membuat beberapa turis melihat ke arah mereka.Tak ada jawaban dari keduanya. “Susah payah aku meragukan ucapan Rama tentang kalian, tapi, justru kini aku terlihat sangat bodoh. Karena tak menyadari kebohongan kalian!”Kepalan tangan dibersamai gertakan gigi, terpancar dari sinar mata gadis disana. Rasanya, ingin sekali ia membunuh kedua orang disana dengan rasa sakit yang sama, seperti yang ia rasakan. Tuntutan gadis itu, sama sekali tak membuat Arjuna maupun Anjani berkutik. “Eung … Kay-la?” gumam Anjani. “Tutup mulutmu, jalang! Jangan pernah sebut namaku dengan mulut kotormu itu!” Kalimat itu kontan membuat Arjuna murka. Matanya menelisik lebih dalam. Namun, Kayla benar-benar seperti tengah kerasukan, hingga membuatnya
Read more

Benih Cinta Sang Arjuna

“I-ibu…” Anjani beranjak. “Tak perlu sungkan, aku hanya ingin mengobrol denganmu.”Selanjutnya, Zivaa duduk di sofa tanpa diperintahkan. Anjani gegas menghampiri, lalu duduk di sisi sofa single yang diduduki oleh ibu mertuanya entah sebutan apa yang cocok untuk wanita itu, namun, ibu mertua memang tidak terlalu buruk. Toh, Arjuna memiliki darah yang kuat, karena wanita itu merupakan kembaran mendiang ibunya. Sungguh rumit. “Mau dibuatkan kopi atau teh, Bu?” tawar Anjani dengan nada getir.“Tak perlu—aku hanya sebentar.” Meski sebentar, Anjani merasa sangat canggung menghadapi Nyonya Zivaa. Hal itu membuatnya semakin merasa bahwa kasta mereka sangatlah jauh berbeda.“Apa ada yang ingin Ibu katakan?”Anjani to the point. Mendengar pertanyaan itu, Zivaa tertawa, diikuti seringai di bibirnya.“Baiklah. Aku akan langsung ke intinya saja.”Zivaa tersenyum tipis lalu memandang Anjani yang juga memandangnya penuh arti. “Jadi—apa imbalan yang kau dapat dengan menikahi Arjuna …”Zivaa meng
Read more

Jangan mengacaukan istriku!

“Lalu—kuminta kau kirim mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik Zivaa dan Rama.” Kris mengangguk. Kali ini ia melihat keseriusan di wajah Arjuna. Entah apa yang tengah di rencanakan oleh sahabatnya itu. Meski sudah sejak lama mengetahui rahasia Arjuna, namun, Kris tak menyangka bahwa akan serumit ini. Kris pun berlalu setelah mendapatkan perintah tersebut. “Aku pastikan kalian akan meninggalkan negara ini secepatnya.”Dengan mata berkilat, Arjuna tanpa sadar meremas berkas di tangannya. Sementara itu di tempat lain, Anjani meninjau lokasi Convention Hall tempat diadakannya puncak acara launching apps yang menjadi agenda rapat tahunan Barathaland Group, program kerja yang telah dijanjikan saat Arjuna terpilih sebagai pimpinan. Di tempat itu, Anjani bertemu dengan Ammar, penanggung jawab apps yang akan di launching. Mereka berdiri di tengah Hall sambil berbincang tentang program tersebut. Setelah menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga yang lumayan besar, akhirnya program selesai. Namun,
Read more

Hidup dalam Drama

“Aku sedang tidak ada di dalam drama, ‘kan?” tanya Anjani yang sedikit bergidik. “Tsk. Kau bercanda?”Arjuna melangkah mendahului Anjani dengan senyum menyeringai. Melihat wajah polos nan manis Anjani, kontan membuat Arjuna terpesona, namun, ia tutupi dengan sikap maskulinnya. Sedetik kemudian, gadis itu berjalan lebih cepat, lalu merangkul lengan Arjuna. Para pengawal menunduk seraya hormat pada atasan mereka. Keduanya melangkah, melewati barisan para pengawal. Sesampainya di dalam, Anjani bagaikan orang ‘udik’ yang baru masuk ke kota. Matanya menjelajah ruangan bergaya interior modern serta pencahayaan yang cukup bersinar, hingga membuat mansion itu terlihat sangat luas. Anjani mengerjap beberapa kali sambil tersadar. Seharusnya, Anjani tidak ‘seudik’ itu. Meski ia terlahir dari keluarga paling sederhana, tapi, relasi dan rekan kerjanya di Malaysia dulu memiliki kasta di atasnya, sehingga ia sering berlalu lalang di kediaman mereka. Akan tetapi, kali ini Anjani merasa berbeda, kar
Read more

Bagai Luke dan Cassie

“Aku akan panggilkan suamiku. Jadi tolong siapkan sesegera mungkin, ya, Chef.”Chef Edwin mengangguk. “Baik, Nyonya.”Setelahnya Anjani berlalu. Anjani tiba di kamar. Ia dengan pelan menutup pintu itu kembali. Netranya menangkap sosok Arjuna yang ternyata sedang terlelap dengan posisi duduk, kepalanya bersandar di atas keyboard mac yang masih standby. Langkah kakinya, membawa Anjani mendekat pada meja disana. “Dasar workaholic.”Anjani menggeser sedikit macbook itu dengan pelan agar tak membangunkan sang suami, dipandangnya sesaat layar tersebut, tampak sebuah window yang bertulis “proyek paradise”. Anjani kembali teringat tentang proyek yang sudah lama tertunda itu, tanpa rasa penasaran ia lantas menutup layar lalu menjauhkannya dari Arjuna. Anjani berlutut setelahnya, menopang dagunya di meja, sambil memandang lekat Arjuna. “Kau sungguh tampan, Arjuna,” desis Anjani, jemarinya bermain di wajah sang suami mulai dari ujung kening, turun ke pangkal hidung, lalu tiba di bibir pria itu
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status