Beberapa saat kemudian, Anjani yang sudah bangun sejak tiga puluh menit lalu, memandang wajahnya di depan cermin, mengulang kembali memori yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata, tanpa sadar, ia membelai bibir yang menjadi mangsa Arjuna saat itu, rasanya menggelitik, ketika dirinya mengingat kembali ciuman hangat tersebut. Ia mengutuk pikiran kotornya di pagi hari. Sudut bibirnya terangkat, hingga sebuah tangan menyentuh pucuk kepala dan detik berikutnya mendaratkan sebuah kecupan disana, Anjani baru menyadari kehadiran Arjuna yang tengah berdiri dibelakangnya. Mereka saling memandang dari cermin. Senyuman dibalas dengan senyuman, baru kali ini Anjani merasa hidupnya begitu sempurna.Tangan Arjuna turun ke bahu dan disaat itu pula, Anjani meraih tangan yang telah mendekapnya erat, semalam. “Jangan berubah lagi, ya,” pinta Anjani dengan nada lirih. Tak memberinya jawaban, Arjuna memberi sebuah kecupan yang kedua di pucuk kepala gadis itu. Mereka turun untuk sarapan, karena wak
Read more