Home / Pernikahan / Sebatas Pernikahan Bisnis / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Sebatas Pernikahan Bisnis: Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

Kehilangan…

Setelah memeriksakan kehamilannya, Anjani dan Arjuna menjenguk Nenek yang masih terbaring lemah. Sudah seminggu berlalu, namun, Nirwasita masih memerlukan alat untuk tetap bertahan hidup. Selang masuk ke mulutnya dan detak jantung dipantau melalui layar monitor. Penyakit dan usia memang tidak bisa membohongi bahwa kini nyawanya tengah ada di antara hidup dan mati. “Nek … buka matamu, kumohon! Lihatlah … ini calon cicitmu … lucu ‘kan?”Di tepi ranjang, Anjani menunjukkan hasil USG dengan air mata mengambang. Meski Nirwasita masih terpejam, Anjani berharap neneknya bisa mendengar apa yang ia ungkapkan disana. Sejak awal, Nirwasita sangat menantikan kehadiran seorang cicit, namun, takdir sungguh tak bisa ditentukan. Dengan memelas, Arjuna mengusap lembut, pucuk kepala istrinya.“Nenek akan baik-baik saja, kau tak perlu cemas,” ucap Arjuna meyakinkan Anjani dan dirinya sendiri. Anjani mengangguk pelan, air mata tak mampu ia bendung. Rasa rindu memenuhi raganya. Ia rindu kasih sayang san
Read more

Wasiat

“Kumohon bangun, Nek!”Hari itu langit mendung. Tepat menjelang petang, Nirwasita wafat di usia 71 tahun. Segerombolan orang berseragam putih pun berdatangan, membuat suasana jadi sangat memilukan. Keesokan hari—setelah pemakaman, Arjuna terdiam di kursi kerja Nirwasita. Dalam ruang gelap itu, Arjuna memandang potret pigura di sudut meja, memperlihatkan potret keluarga Barathawardana yang sesungguhnya, Nirwasita, Baratha, Yudhistira, Sivaa, dan Arjuna kecil. Tak menyangka, bahwa potret itu tetap dipajang meski keharmonisan keluarganya telah hilang. Arjuna tertegun. Hatinya kembali merasa hampa, padahal kepergian mendiang Nirwasita belum genap dua puluh empat jam. Pandangan Arjuna pun kosong, pikirannya melayang, memutar waktu saat dirinya dan Rama ada disana, di kamar rumah sakit, sebelum Nirwasita pergi untuk selamanya.Arjuna dan Rama mendekat. Keduanya berdiri di sisi masing-masing ranjang. Keduanya memandang wajah sang nenek dalam jarak yang begitu dekat. Nirwasita menggenggam ta
Read more

Mari … berteman!

“Kau—mau menemuinya?” tawar Anjani, mencoba memastikan. Setelah kematian Nirwasita, Anjani harus berjuang agar tercipta kekeluargaan yang erat antara Arjuna dan Rama.Arjuna tak menjawab hingga satu kecupan di bibirnya mengejutkan pria itu.“Kuanggap kau setuju,”Anjani menyimpulkan dan pria itu tersenyum tipis sambil memalingkan wajahnya, tersipu.“Kau sedang menggodaku, ya?”Tatapan tajam menusuk netra Anjani, ia melihat senyum tipis itu berubah menjadi senyuman nakal. Setelahnya, Anjani tak berkutik mendapat sentuhan demi sentuhan yang lembut—bagaimana tidak, Anjani tengah hamil muda hingga membuat Arjuna takut dan merasa serba salah. Malam itu, ia melakukannya dengan hati-hati. Kecupan mendarat di leher jenjang sang gadis, membuat Anjani terbuai—mata terpejam … tubuhnya merasakan kehangatan sang suami—yang entah sejak kapan pakaian itu sudah tanggal. Malam berlanjut dengan melodi indah percintaan. Baik Anjani maupun Arjuna mencoba saling berbagi kasih sayang.***“Lagi-lagi Tuanmu
Read more

Ibu…

“Mari … berteman—dan melangkah bersama-sama…”Rama terkesiap. Matanya membulat namun terlihat binar yang tak mampu diungkap dengan sepatah kata. Apa ia tak salah dengar? Bibirnya ingin berucap, namun, rahangnya begitu sulit bergerak. Pandanganya silih berganti menyapu tatapan Arjuna dan Anjani disana. Di saat berikutnya, Anjani mengangguk pelan seraya berisyarat “terima saja”. Tak ada jawaban, Arjuna melangkah dengan cepat menuju kaki adiknya berpijak. Sedetik kemudian, bukan pelukan yang nampak dari mereka, melainkan sebuah pukulan yang mendarat di perut Rama saat itu. Sentak pria itu pun meringis, tas yang tersampir di bahunya lantas terjatuh. Seketika itu pula, Anjani terkejut. Matanya membulat sambil menutup mulut. “Sayang—”“Itu pukulan terakhir dariku—karena kau telah menyebabkan kekacauan antara diriku dan kakak iparmu,” terang Arjuna, setelah itu, Arjuna memeluk Rama dengan erat. “Aku harap kau bisa berubah menjadi lebih baik, Bro.”Tak mampu berkata-kata, Rama pun terharu,
Read more

Aku sedang tidak baik-baik saja

Dua minggu sebelumnya… “Sudah lama Ibu tak mendengar kabar Anjani … gadis itu baik-baik saja, ‘kan?”Seorang wanita paruh baya memandang sang putra dengan penuh harap. Matanya menelisik gerak-gerak pria itu yang enggan menoleh padanya. Terlihat sekali bahwa pria tersebut tengah menyibukkan diri memandang layar macbook—entah apa yang dikerjakan olehnya, seakan ia tengah menghindari perbincangan tentang gadis yang dimaksud. “Ammar … apa kau mendengar Ibu?”Ammar hanya mengangguk, namun enggan menjawab pertanyaan tersebut. Sejujurnya, Ammar hanya merasa bahwa Anjani banyak berubah. Setelah insiden di acara launching, hatinya mulai berkecamuk, seakan tak lagi ingin mempercayai gadis itu. Rasanya ingin sekali marah—tapi apa daya … perasaannya tak bisa bohong bahwa Ammar masih sangat mencintai gadis itu. “Ammar—Ibu rindu dengannya,” tutur sang ibu dengan logat melayu yang kental. “Ibu … Anjani sudah punya kehidupan sendiri—dia sudah menikah, Bu!” Kesal karena terlalu didesak, akhirnya
Read more

Terjebak Masa Lalu

Arjuna menaiki anak tangga.Selama tinggal di kediaman mendiang Nirwasita, Arjuna dan Anjani tidur di lantai atas, sementara Rama tidur di kamar bawah. Setelah berbincang dan mencoba mendalami karakter masing-masing yang tak mereka ketahui selama ini, baik Arjuna dan Rama pun kembali beristirahat. Arjuna melangkahkan kaki menaiki anak tangga dengan tergesa, namun, saat tiba di depan kamar, ketika Arjuna hendak membuka pintu, sayup-sayup ia mendengar Anjani seperti tengah berbicara dengan seseorang.Pintu terbuka sedikit—dari kejauhan … Arjuna memandang lekat punggung sang istri yang tak berhenti berlalu lalang. Sesekali terdengar hela nafas kasar yang keluar dari bibir sang gadis dan sesekali pula Anjani mengusap wajah yang terlihat cemas. “Ammar … kau baik-baik saja? Bagaimana dengan Ibu?” tanya Anjani tak sabar setelah panggilan itu tersambung. “Aku sedang tidak baik-baik saja, Anjani … Ibu dalam kondisi kritis.”Mendengar kalimat itu, Anjani langsung terduduk di tepi ranjang. Arj
Read more

Tolong pikirkan perasaan Arjuna

“Hari ini aku akan berkunjung ke Bogor untuk melihat Rama di kantor barunya,” ujar Arjuna ketika Anjani tengah mengikatkan dasinya. Jarak yang begitu dekat membuat Arjuna dapat menghidu aroma rose yang menyeruak dari tubuh gadis itu. Menyegarkan, pikirnya. “Hmmmm,” gumam Anjani tak ingin menatap mata sang suami. Ada rasa kecewa karena Arjuna tak bisa mengantarnya konsultasi ke dokter. Arjuna pun mengamati gerak-gerik Anjani yang terlihat berbeda. Disaat berikutnya, ia menghentikan tangan sang istri yang masih berusaha mengikatkan dasi. “Kau baik-baik saja, ‘kan?”Kini mata mereka bersitatap di udara. Anjani tersenyum tipis, namun, matanya memancarkan kekecewaan. “Maafkan aku karena tak bisa menemanimu hari ini—”“Tak masalah.”Anjani tersenyum lagi, namun di hatinya masih menyimpan rasa kecewa yang mendalam. Arjuna mengusap pipi itu lalu memandangnya dengan lekat. Di ruang makan, Rama sudah lebih dulu menyantap sarapan. Ia patutnya bersyukur karena masih diberi kesempatan menikmat
Read more

Aku tidak akan pergi…

Sepanjang jalan kembali ke kantor … Anjani terdiam, merenungi ucapan-ucapan Naomi. Benar juga jika dipikir—beberapa waktu lalu, ketika dirinya meminta izin pada Arjuna, ada raut wajah yang tak bisa ia ditebak. Apa yang dikatakan Naomi itu benar, mungkin saja Arjuna tidak sepenuhnya menyetujui keinginannya untuk terbang ke Malaysia. Anjani memandang ke luar jendela, tangan kirinya bersiku pada pintu sambil tak henti menggigiti jari. “Apa ada kata-kataku yang menyakiti, Anjani?”Dalam keheningan, Naomi membuka obrolan. Sekitar sepuluh menit lagi mereka tiba di kantor. Namun sejak terakhir Naomi menasehatinya, Anjani terlihat begitu sedih. Ia pun merasa sangat bersalah jika benar kalimatnya telah membuat gadis itu tersakiti. “Tidak, Naomi—kau benar,” sahut Anjani melemah. “Aku bukan tak setuju kau menemui Bu Maryam—tapi hubunganmu dan Arjuna saat ini sudah jauh lebih bahagia … aku harap tak ada lagi yang bisa memisahkan kalian. Tolong—jangan hadirkan siapapun dalam rumah tangga kalia
Read more

Mimpi Buruk

“Kupikir kau berbeda dengan gadis lain—tapi nyatanya kau sama saja. Demi kedudukan dan harta … kau menjual dirimu pada seseorang yang bahkan tidak pernah kau temui sebelumnya. Aku kecewa, Anjani—”“Bukan begitu, Bu … aku—”“Kau mengatakan bahwa dirimu ingin pulang ke Indonesia hanya untuk melepas rindu dengan tanah airmu—nyatanya kau menikah diam-diam tanpa sepengetahuanku dan bodohnya, Ammar tak pernah menceritakannya padaku! Dia memendam semuanya sendiri—lalu kau anggap aku apa, Anjani?”“Bu—”Anjani hendak meraih tangan Maryam, namun, wanita itu gegas menghindar, seakan tak sudi dipegang oleh gadis tersebut. Raut kecewa langsung nampak di wajah Maryam—jantungnya berdetak dengan cepat karena menahan emosi. “Aku tahu apa yang ada dipikiranmu saat ini—kau ingin hidup lebih baik ‘kan? Jadi menikah dengan orang paling kaya adalah jalan instan bagimu!”Anjani menggeleng. Kalimat yang terlontar sungguh membuatnya terluka. Hatinya kini hancur berkeping tak tersisa. Bening air mata menete
Read more

Emilia Clarke

Setelah melewati malam panjang—Anjani merasakan kantuk yang luar biasa. Sejak mimpi itu berulang kali terjadi, gadis itu tak pernah bisa tidur dengan lelap setiap malam, akibatnya Anjani kerap terbangun. Kini, tubuhnya merasakan dampak lelah tak bertenaga setiap paginya. Namun, berbagai aktifitas tanggung jawab, membuat Anjani tak bisa absen begitu saja. Seperti pagi ini, ia harus memimpin rapat divisi. Dan jika saja ia bisa meminta untuk menjalani hari-harinya dengan normal, tanpa berkerja dan mengurus suami saja, sungguh sebuah anugerah baginya. “Kau sakit?” Sinta berjalan menghampiri gadis yang terkulai di sofa. Baru-baru ini, Anjani kerap memakai dress oversize dengan sepatu kets supaya membuatnya lebih nyaman. Sebab, sejak kehamilan itu, ia merasa tubuhnya jauh berubah, lebih mudah gerah, lelah, dan selalu membuat dirinya ingin mengeluh. Beruntung saja, Anjani sosok yang bisa menahan rasa sakitnya sendiri. Terkadang ia tak ingin Arjuna tahu tentang kesulitan-kesulitannya. Akiba
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status