“Kumohon bangun, Nek!”Hari itu langit mendung. Tepat menjelang petang, Nirwasita wafat di usia 71 tahun. Segerombolan orang berseragam putih pun berdatangan, membuat suasana jadi sangat memilukan. Keesokan hari—setelah pemakaman, Arjuna terdiam di kursi kerja Nirwasita. Dalam ruang gelap itu, Arjuna memandang potret pigura di sudut meja, memperlihatkan potret keluarga Barathawardana yang sesungguhnya, Nirwasita, Baratha, Yudhistira, Sivaa, dan Arjuna kecil. Tak menyangka, bahwa potret itu tetap dipajang meski keharmonisan keluarganya telah hilang. Arjuna tertegun. Hatinya kembali merasa hampa, padahal kepergian mendiang Nirwasita belum genap dua puluh empat jam. Pandangan Arjuna pun kosong, pikirannya melayang, memutar waktu saat dirinya dan Rama ada disana, di kamar rumah sakit, sebelum Nirwasita pergi untuk selamanya.Arjuna dan Rama mendekat. Keduanya berdiri di sisi masing-masing ranjang. Keduanya memandang wajah sang nenek dalam jarak yang begitu dekat. Nirwasita menggenggam ta
Read more