Iya, Tuan mungkin karena kita kangen Bu Amira, makanya mendengar suara Mbak Naira saja seperti syara Bu Amira." Bi Asmi menimpali ucapanku membuat aku merasa dibela.Beruntung saat tegang seperti ini juga, Bu Rahma memanggilku, dengan menyebut Naira. Jadi bisa membuktikan kepada Mas Romi dan Bi Asmi, kalau di kamar ini tidak ada Amira."Iya, Bu," sahutku, sambil menghampiri mertuaku."Na-ira, Ibu haus," ujarnya."Sebentar, Bu," ucapku kemudian.Aku pun segera mengangkat kepala Bu Rahma. Kemudian menambahkan bantal di bawahnya, supaya menjadi tinggi. Biar dia bisa minum dengan tenang, sebab aku takut dia tersedak. Setelah itu aku mengambil gelas yang berisi air lalu meminumkannya, dengan menempelkan sedotan ke mulutnya."Bu, terima kasih, ya Bu. Karena Ibu mau membantu penyamaranku," bisikku.Bu Rahma pun mengangguk, kemudian menyedot kembali, air yang aku berikan kepadanya."Bu, Romi mau keluar dulu ya! Mau ada perlu sebentar," pamitnya."Iya, Ro-mi, hati-hati," pesan Bu Rahma kepada
Read more