Semua Bab Kisah Para Penggetar Langit: Bab 211 - Bab 220

254 Bab

Bab 211

Bukankah ini kembali kepada obrolan mereka di awal tadi? Bahwa kesempurnaan suatu ilmu terletak kepada orangnya, dan bukan kepada ilmunya.Itulah mengapa manusia menjadi makhluk yang berkuasa di bumi. Saat mereka menggunakan akal pikirannya. Itulah yang membuat manusia lebih unggul daripada makhluk lain.Saat manusia menjadi manusia.Karena puncak tertinggi kemanusiaan, tidak terletak pada tingginya pangkat, banyaknya harta, ataupun dalamnya ilmu. Tetapi terletak pada kemanusiaannya. Pada kelemahannya. Pada sifat-sifatnya. Pada akal pikirannya.Begitu sederhana!Tapi juga begitu sukar dipahami.Cio San tak bisa berkata-kata.Ia hanya bisa menjura.Lalu bibirnya mengucap, “Tayhiap.”Suma Sun meneteskan air mata. Jika kata ‘Pendekar Besar’ itu terucap dari bibir Cio San kepadanya, seolah-olah tuntaslah semua urusannya di muka bumi ini. Seolah-olah, lengkaplah arti kehidupannya di kolong langit ini.Dua sahabat. Empat tetesan air mata, dari dua pasang mata yang tulus.Malam semakin gelap
Baca selengkapnya

Bab 212

Pendekar sehebat apapun, sekuat apapun ia minum arak, pastilah akan mempengaruhi keadaannya. Bagaimana mungkin ia malah mengajak minum-minum? Jarak 4 hari ini, seharusnya diisi dengan latihan keras, meditasi mendalam, dan istirahat yang cukup.Tapi Cio San cukup tahu diri untuk tidak memperingatkan Suma Sun. Karena ia percaya sepenuhnya kepada Suma Sun. Bahwa nanti kalah dan menangnya Suma Sun, ia tidak berhak mencampuri keputusan apapun yang diambil oleh sahabatnya itu.Karena baginya, kalah atau menang, mati atau hidup, salah atau benar, Suma Sun adalah sahabatnya.Maka ia lah orang pertama yang bangkit berdiri menyambut ajakan Suma Sun untuk minum arak. Ang Lin Hua, Luk Ping Hoo, dan Kao Ceng Lun pun akhirnya bangkit mengikuti mereka ke arah warung.Warung yang memang tidak pernah sepi selama beberapa hari, kini ketambahan banyak orang yang mendengar kabar bahwa Suma Sun berada di sekitar situ. Mereka tentunya sejak semalam telah mendengar kabar tantangan surat terbuka Kam Sin Kiam
Baca selengkapnya

Bab 213

Selama ini, ia membawa kematian kepada orang lain. Jiwanya sepi dan dingin. Kini saat kematian akan datang menghampirinya, ia begitu hangat, bahagia, dan merasa damai.Tidak ada seorang pun yang paham isi hati Suma Sun. Mengapa manusia yang telah mencapai tingkatan ‘dewa’ seperti itu, malah rela menurunkan derajatnya kembali menjadi manusia biasa. Karena untuk mencapai tahap ‘dewa’, seseorang harus bisa mematikan hatinya, mendinginkan perasaannya, dan menjual kehidupannya kepada pedang.Tidak mudah untuk menjadi orang seperti itu. Karena hanya orang yang benar-benar berbakat yang mampu melakukannya.Orang-orang seperti ini, akan menjadi aneh di hadapan orang lain. Tapi tidak ada satu pun manusia yang akan menyangkal, betapa mereka telah berubah menjadi ‘dewa’.Suma Sun telah mencapai tahap ini. Tapi ia melepaskannya, dan memilih menjadi ‘manusia biasa’. Yang merasakan duka dan bahagia. Yang memiliki sahabat dan teman karib.Dewa seharusnya berada jauh tinggi di atas sana. Tak ada satu
Baca selengkapnya

Bab 214

Ang Lin Hua yang kesal melihat keadaan itu, menegur, “Tuan-tuan, harap jangan ikut menambah ruwet suasana.”“Ruwet bagaimana? Suma-tayhiap ‘kan sedang bersenang-senang. Kami pun turut berbahagia jika beliau senang,” kata salah seorang.Orang ini badannya ceking. Kukunya panjang dan menghitam. Jelas-jelas orang ini menguasai sejenis ilmu cakar beracun.“Ang-siocia, biarkan saja. Jangan kau usik teman-teman baruku,” kata Suma Sun sambil tersenyum.Karena tidak tahan, Ang Lin Hua pun pergi dari situ. Ia keluar warung dan pergi ke padang rumput untuk mencairkan suasana hatinya.Ia memang tidak tega melihat keadaan Suma Sun. Jika menuruti kehendaknya, ingin sekali ia melarang Suma Sun untuk minum. Tapi memangnya dia siapa?Kao Ceng Lun bergegas menyusul nona berambut putih ini.“Ang-liehiap,” serunya pelan.Ang Lin Hua menoleh. Air mata mengambang di matanya. Bagaimanapun, ia tidak ingin kehilangan Suma Sun.“Kao-enghiong,” balasnya.Mereka hanya bisa saling menatap. Kao Ceng Lun pun hanya
Baca selengkapnya

Bab 215

Racun itu sangat ganas, sampai-sampai, mengeluarkan suara pun sangat menyakitkan!“Saudara-saudara, harap tetap waspada. Hati-hati melangkah, karena jarum-jarum itu banyak yang menempel di tanah,” kata Cio San memperingatkan, yang dibalas dengan anggukan mereka yang masih selamat.Tak ada seorang pun yang berani bergerak, karena keadaan di sana gelap gulita. Beberapa obor yang ada di sana sudah padam.Salah seorang kemudian menyalakan api, karena kebetulan ia memang membawa batu api. Dengan sangat hati-hati, ia menggunakan sobekan kain bajunya sebagai obor. Dengan adanya tambahan cahaya sekecil ini, Cio San kemudian bergerak. Hal yang pertama ia lakukan adalah menyalakan obor-obor lainnya.Begitu daerah sana terlihat terang-benderang, semua orang baru merasa agak lega. Biarpun sampai sekarang mereka belum berani bergerak, setidaknya dengan adanya penerangan, membuat mereka terasa lebih leluasa.Hanya Cio San yang berani bergerak.Ia duduk berjongkok dan mulai menggerakkan tangan. Gera
Baca selengkapnya

Bab 216

Tak berapa lama, usaha itu berhasil dan seluruh korban akhirnya membaik. Cio San lalu memasukkan tanaman obat yang tadi ia kumpulkan ke dalam mulut mereka.“Coba bersemadi dan atur jalan darah. Dalam beberapa jam, Saudara sekalian akan sehat sepenuhnya.”“Terima kasih, In-Hiap (Tuan Penolong), terima kasih,” ramai mereka mengucapkan terima kasih.“Kalau boleh tahu, siapa nama In-hiap, dan berasal dari perguruan manakah Tuan?” tanya salah seorang mewakili yang lain.“Nama cayhe Lie Sat. Cayhe tidak punya perguruan.”“Ah, jika Lie-tayhiap tidak mau menjelaskan asal-usul, kami pun tidak berani bertanya,” kata mereka sambil menjura.Lalu terdengar suara dari arah tenda. Seorang perempuan.“Atas apa yang telah terjadi, cayhe mewakili keluarga Kam mengucapkan turut berduka sekali. Semoga semua korban dapat kembali sehat sentosa. Keluarga kami hanya bisa memberikan 34 pil khusus milik keluarga kami, yang berguna untuk memulihkan kesehatan. Dalam sehari, orang yang minum pil ini akan mendapat
Baca selengkapnya

Bab 217

Wajah sang Dewa Pedang itu jauh lebih pucat, ketimbang saat Cio San melihatnya tadi di depan tenda.Ia baru mau akan bertanya, tapi si nona cantik sudah keduluan berkata,“Apa yang Tuan lakukan tadi kepada korban-korban di depan, sudah kami lakukan pula kepada ayahanda. Tapi mengapa sakitnya bertambah parah?”Cio San hanya bisa mengangguk dan mulai memeriksa Kam Sin Kiam.“Maaf, Tayhiap,” katanya sambil meletakkan jari-jarinya di pergelangan tangan si Dewa Pedang.Tak berapa lama ia memeriksa, Cio San bertanya,“Apakah Tayhiap merasa, ketika mengerahkan tenaga dalam, seluruh tenaga itu malah buyar dan menyerang diri sendiri?”“Benar,” jawab Kam Sin Kiam pendek.Cio San mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam sakunya.“Silahkan minum, Tayhiap. Dan jangan kerahkan tenaga dalam sama sekali.”“Obat apa itu?” kali ini si nona yang bertanya sangsi.Cio San hanya bisa tersenyum kecut dan mengangkat bahu.“Ayah, jangan di…”Terlambat. Si Dewa Pedang sudah meminumnya.“Rasakan hawa hangat y
Baca selengkapnya

Bab 218

Cio San kemudian duduk di sana. Sekedar berkenalan dan mengobrol dengan mereka yang terluka. Ternyata mereka ini terdiri dari golongan putih dan golongan hitam. Lucunya, saat sehat kedua golongan ini bertarung terus, tapi saat sakit mereka ini malah terlihat akrab.Mungkin itulah alasan ‘langit’ menurunkan sakit. Agar manusia berhenti sejenak dalam peperangan, lalu duduk merenungi bahwa sesungguhnya mereka adalah makhluk lemah yang saling membutuhkan.Cio San memberi beberapa petunjuk kepada mereka tentang cara menghimpun tenaga dalam setelah tadi terserang racun 7 Raja Ular. Saat orang-orang ini mencoba melakukannya, terasa tenaga mereka menjadi bebas dan semakin menguat. Dapat dibayangkan, betapa berterima kasihnya mereka kepada si ‘Lie Sat’ ini.Sebenarnya, Cio San sudah ingin cepat-cepat pergi. Tapi ia masih menunggu, jangan sampai ada serangan kedua, atau timbul kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan. Oleh sebab itu, ia bertahan sampai pagi di sana. Orang-orang lain sudah pergi
Baca selengkapnya

Bab 219

Lim Gak Bun melakukannya. “Masih terasa sakit sedikit, Siansing.”Cio San mengangguk. Ia lalu bertanya kepada Mey Lan, “Nyonya sudah mencoba ke berapa tabib?”“Ada beberapa, Siansing. Cuma, kata mereka, luka dalam ini hanya bisa disembuhkan oleh orang yang mempunyai tenaga dalam tinggi, dan memiliki pengetahuan pengobatan yang tinggi pula.”Pukulan maut 18 Tapak Naga ini memang tidak boleh dibuat main-main. Hasilnya kalau tidak mati, orang bisa cacat seumur hidup. Cio San merasa sangat bersalah sekali. Dia kini bertekad untuk menyembuhkan Lim Gak Bun sepenuhnya.“Tuan sudah diberi obat apa saja?” tanyanya.“Ini, ada beberapa,” jawab Mey Lan. Ia lalu mencari-cari di dalam rak yang ada di dalam kereta itu. Setelah ketemu, ia menunjukkan sebuah kotak kayu berwarna hitam kepada Cio San.Cio San membukanya, dan melihat isi kotak itu. Berbagai macam obat yang berupa akar-akaran, dedaunan, dan biji-bijian. Ada pula yang sudah berupa pil. Ia mengangguk-angguk. Pengobatannya memang sudah benar
Baca selengkapnya

Bab 220

Kini ia berjalan kembali ke tempat rombongan Suma Sun berada. Matahari sudah meninggi dan udara masih tetap sejuk. Sepanjang jalan, ia bertemu dengan orang-orang Kang Ouw yang mendaki untuk sampai ke puncak Thay San. Tak lama, sampai lah ia di tempat rombongan Suma Sun. Mereka ternyata belum pergi dari situ.“Aih, Lie-ko. Kau kah yang melakukan perbuatan itu?” tanya Kao Ceng Lun begitu melihat kedatangan Lie Sat.“Perbuatan apa?”“Menyembuhkan banyak orang dari serangan racun.”Ia hanya tertawa dan mengangkat pundak.“Hebat. Ternyata Lie-ko adalah seorang Siansing. Wah, di tempat ini memang banyak sekali naga sembunyi, harimau mendekam,” kata Kao Ceng Lun.“Bagaimana keadaaan Suma-tayhiap?” tanya Cio San.“Beliau sedang tidur. Itu di bawah pohon sana,” katanya sambil menunjuk.“Kao-enghiong mau ke mana?” tanya Cio San.“Mandi, biar segar,” katanya sambil tersenyum lebar.Cio San tersenyum dan berjalan ke tempat Suma Sun tidur. Saat berjalan ke sana, ia bertemu Ang Lin Hua yang baru ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
26
DMCA.com Protection Status