Home / Pendekar / Kisah Para Penggetar Langit / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Kisah Para Penggetar Langit: Chapter 221 - Chapter 230

254 Chapters

Bab 221

“Pernah,” jawab Cio San.“Bagaimana menurut Siansing?”“Harap jangan panggil aku Siansing. Aku merasa seperti orang tua,” katanya sambil tertawa. “Panggil aku koko saja.”“Baiklah, Lie-ko. Nah, bagaimana ilmu silat Beng-enghiong menurut Lie-ko?”“Menurutku, Beng Liong adalah salah seorang pendekar muda paling hebat pada jamannya.”“Jika diadu dengan Cio San, Kauwcu dari Ma Kauw, kira-kira siapa yang lebih unggul?”Keempat orang itu tertawa.“Kenapa Tuan-tuan tertawa?” tanya Kao Ceng Lun bingung.“Kalau perkara silat sih, aku kurang tahu,” kata Suma Sun “Tapi kalau perkara minum arak, aku yakin Cio San yang menang. Bahkan jika air laut menjadi arak, aku yakin keparat satu itu akan sanggup menghabiskannya.” Ia tertawa terbahak-bahak. Lie Sat pun tertawa.Hanya Ang Lin Hua yang tidak senang.“Menurutku, tentu saja Kauwcu kami yang lebih unggul. Ilmu beliau bermacam-macam. Pemahaman beliau pun mendalam. Sedangkan Beng-enghiong itu hanya paham ilmu-ilmu Bu Tong-pay.”“Menurutku malah Ang-s
Read more

Bab 222

“Aku harus segera berlatih,” kata Suma Sun.“Berlatih?”“Ya.” Ia pergi sambil tersenyum. Menenteng pedangnya dan hilang di balik kegelapan malam.Heran. Saat posisinya dulu ‘kalah’daripada Kam-tayhiap, ia malah mabuk-mabukan. Kini saat posisinya lebih ‘unggul’, ia malah berlatih.Karena tak tahu apa yang harus ia lakukan, Cio San pergi tidur.Saat terang tanah, ia bangun. Sejak tadi telinganya sudah mendengar suara pertempuran. Ia tahu itu hanya berupa latihan biasa. Luk Ping Hoo, Ang Lin Hua, dan Kao Ceng Lung sedang berlatih bersama-sama. Memang, jika ahli silat berkumpul, hal yang paling menarik bagi mereka adalah adu jotos.Melihat latihan ini, Cio San kagum juga. Luk Ping Hoo yang sudah tua, tidak kehilangan tenaga dan kelincahannya. Ang Lin Hua mengalami banyak sekali kemajuan. Kao Ceng Lun pun memiliki bakat yang sangat besar. Mereka bertiga saling menyerang satu sama lain, sehingga pertempuran ini terasa lucu. Kadang Ang Lin Hua bahu-membahu dengan Kao Ceng Lun menyerang Luk P
Read more

223

“Wah, jurus apa itu?” tanya Suma Sun. Padahal tidak ada satu pun gerakan yang mereka buat.Cio San tidak berkata apa-apa. Ia sedang memusatkan pikirannya. Dari sini bisa dilihat, bahwa dalam ilmu pedang, Suma Sun masih setingkat lebih tinggi.“Hebat,” Suma Sun bergumam.Cio San masih diam. Ia merasa sangat terganggu dengan ucapan-ucapan Suma Sun. Maka ia kemudian menutup jalan pendengarannya. Dunia kini sunyi baginya. Justru dengan begitu, ia mampu mengatur lagi serangan-serangannya.Entah kata-kata apa yang diucapkan Suma Sun. Tapi si pendekar pedang ini rupanya sadar bahwa Cio San telah mengunci jalan pendengarannya, sehingga Suma Sun akhirnya memilih diam.Sesungguhnya jurus yang Cio San gunakan adalah jurus pedang dari Pendekar Pedang Kelana Can Liu Hoa yang dipelajarinya di hutan bambu. Jurus-jurus yang amat dahsyat jika diperagakan. Tapi justru menjadi lebih dahsyat ketika hanya dibayangkan.Suma Sun mulai kesulitan. Jurus pedang ini aneh dan tak masuk akal baginya.Walaupun mem
Read more

Bab 224

“Aku sampai sekarang belum mengerti alasanmu mabuk-mabukan tempo hari,” kata Cio San.“Kau tentu paham jika aku sudah kalah pengalaman dan kalah ilmu dari Kam-tayhiap,” jelas Suma Sun, lalu melanjutkan, “Jika aku memikirkan hal untuk melawan kekuranganku itu, malah akan membuatku semakin kalah.”“Oleh sebab itu, aku memilih berbahagia dengan orang-orang terdekatku. Aku memilih menjalani masa kini, dan menghilangkan ketakutan-ketakutan akan masa depan.”“Dengan berbahagia, pikiran jadi terang. Hati jadi lapang. Dengan begitu, jiwaku menjadi lebih siap dalam menghadapi pertarungan. Apapun hasilnya, akan kuhadapi. Kalah ya kalah, mati ya mati. Tapi hasil itu baru ditentukan beberapa hari lagi. Hari ini? Hari ini aku ingin berbahagia. Ingin menjalani hidup yang lebih hidup.”“Jadi aku mengorbankan tenaga dengan minum arak. Tetapi hasilnya, aku mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan ini menjadi modal bagi jiwaku untuk menghadapi pertarungan nanti.”Orang yang bahagia, matanya menjadi terang
Read more

Bab 225

Bayangan hutan yang gelap. Tapi bayangan orang ini terasa lebih gelap lagi. Kekelaman jiwanya bahkan jauh lebih gelap daripada malam. Semua itu terlihat dari sinar wajahnya.Sinar kegelapan!Jika ada cahaya yang bersinar darinya, malah membuat sekelilingnya terasa gelap. Itulah cahaya sinar matanya. Siapapun yang dipandangnya akan merasa terlempar ke dalam jurang paling gelap di sudut bumi.Senyumnya.Jika ular beracun bisa tersenyum, tentulah senyumnya akan seperti senyum orang ini.Orang lain membunuh dengan pedang, namun ia bisa membunuhmu cukup dengan senyumannya.Dengan perlahan, ia mengeluarkan secarik kertas dari balik bajunya. Lalu ia menulis. Tulisan huruf-hurufnya walau jelas dan mudah dibaca, terasa kacau dan tak teratur.Bunuh Beng Liong.Sebelum pertarungan antara Suma Sun dengan Kam Sin Kiam, Beng Liong harus mati.Gunakan racun. Jika gagal, kirim pendekar paling hebat. Jika gagal, gunakan perempuan. Jika gagal lagi, aku sendiri yang akan turun tangan.Jati diri tabib Li
Read more

Bab 226

Bau kambing gunung yang dibakar, memang sejak tadi memenuhi tempat itu.Sahabat, makanan, dan arak.Tiga hal yang tak akan pernah dilewatkan Cio San.Dan rupanya, teman-temannya pun memiliki pendirian yang sama.Siang hari.Usai latihan, Beng Liong paling suka duduk di bawah pohon sambil menikmati ikan panggang. Ia memang suka ikan panggang. Dan sungai kecil di Thay San ini penuh dengan ikan-ikan kegemarannya.Bagian atas tubuhnya masih belum ditutupi. Dadanya yang bidang tegap berkeringat. Keringatnya sangat harum, sampai-sampai orang mengira keringatnya itu adalah minyak pewangi.Ia telah keluar dari sungai, dan telah memperoleh sejumlah tangkapan. Api bakaran sudah dipersiapkannya sebelum tadi turun ke sungai.Tak berapa lama ia menanti, panggangannya sudah selesai. Semerbak harum ikan membuatnya tersenyum.Betapa nikmat menikmati makanan seperti ini di alam terbuka!Sesuatu yang sederhana jika ditempatkan di tempat yang pas, akan terasa jauh lebih indah dan bermakna.Ia menikmati
Read more

Bab 227

Sore hari menjelang.Beng Liong sedang berada di tendanya. Rombongan Bu Tong-pay membawa 3 tenda. Sebuah tenda kecil untuk Ciangbunjin dan seorang pengawalnya. Sebuah lagi agak sedang, buat murid-murid tingkatan agak tinggi. Sedangkan yang satunya lagi, yang paling besar, untuk murid-murid biasa.Beng Liong kini menikmati tehnya. Murid-murid yang lain tahu, jika Beng Liong sedang menikmati tehnya, orang lain sungkan mengganggu. Ini bukan karena Beng Liong akan marah jika terganggu. Ia tidak pernah marah jika terganggu. Mereka hanya mengerti, bahwa acara minum teh ini adalah acara yang paling disenangi Beng Liong. Oleh karena itu, mereka membiarkannya sendirian.Acara minum teh jauh lebih disukai Beng Liong daripada minum arak. Ia heran, mengapa ada pendekar yang mengorbankan kekuatan tubuh mereka hanya untuk kesenangan minum arak? Walaupun kemampuan minum arak adalah salah satu pembuktian kekuatan tubuh, Beng Liong jarang sekali mau minum arak. Baginya, pembuktian kekuatan tubuh yang
Read more

Bab 228

Berjam-jam mereka mencari. Ang Lin Hua tidak ditemukan. Luk Ping Hoo pun bahkan ikut menghilang.Terbayang sedikit kepanikan di wajah mereka bertiga.“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Kao Ceng Lun.“Lebih baik kita jangan berpencar. Kita harus terus bersama sambil mencari mereka,” usul Lie Sat.Suma Sun hanya mengangguk-angguk.Sampai pagi menjelang, kedua orang itu tidak kembali.Kao Ceng Lun nampak sangat bingung, dan Lie Sat pun tidak tenang.“Suma-tayhiap, sebaiknya Tayhiap beristirahat. Pertarungan akan diadakan nanti malam. Saya takut hal ini bisa mengganggu pikiran Tayhiap.”Suma Sun tidak berkata apa-apa.Ia nampak tenang saja.Rupanya si ‘manusia’ telah kembali menjadi ‘dewa’.“Ahhh, aku sudah tak sabar lagi. Lebih baik aku pergi mencari mereka.” Kao Ceng Lun segera berdiri dan beranjak dari situ.“Orang muda memang selalu tidak sabaran,” batin Lie Sat. Ia sendiri pun beranjak dari situ. Meninggalkan Suma Sun sendirian.Jika seluruh gunung Thay San ini runtuh pun, ia tidak
Read more

Bab 229

Dengan sekali lesatan, Cio San sudah muncul di hadapan orang yang menggotong Beng Liong itu.“Apa yang terjadi, Enghiong?” tanyanya sambil menjura.“Cayhe menemukan Beng Liong-tayhiap di pinggiran jurang di dekat sini.Sambil mengangguk, Cio San memeriksa Beng Liong.Masih hidup!Nafasnya sangat lemah. Bahkan hampir tidak ada. Secepatnya, Cio San langsung menyalurkan tenaga saktinya.Darah yang mengalir dari mulut Beng Liong masih segar. Itu berarti ia baru saja terluka. Melihat mantan kakak seperguruannya dalam keadaan seperti itu, hatinya merasa tergetar juga. Beng Liong kaku seperti mayat. Wajahnya pucat pasi. Begitu Cio San memeriksa jalan darahnya, segera ia menyadari bahwa jalan darah Beng Liong telah terpukul sedemikan hebatnya sehingga alirannya menjadi kacau balau.Jika terlambat beberapa menit saja, Beng Liong pasti meninggal.Dengan segenap kekuatan dan pengetahuannya, Cio San berusaha menyembuhkan Beng Liong. Saluran tenaga sakti yang Cio San berikan kepada Beng Liong seti
Read more

Bab 230

Seluruh kejadian ini membutuhkan waktu untuk menulisnya. Padahal semuanya terjadi hanya dalam sekejap mata.Saat Suma Sun melenting tinggi di udara, Kam-tayhiap pun melenting ke atas pula. Sebuah gerakan pedang yang sama sederhananya dengan gerakan pertama tadi, kini telah mengincar perut Suma Sun.Orang jika sedang berada di posisi melenting, maka ia berada dalam bahaya. Karena posisi di udara seperti ini membuatnya tanpa kuda-kuda.Tapi Suma Sun bukan ‘orang’.Suma Sun adalah Dewa Pedang.Disambutnya tusukan itu dengan tangkisan pedang, yang belum juga tercabut dari sarungnya. Pedang berhasil ia tangkis, namun angin pedang yang tidak kalah dahsyat dengan serangan pedang itu sendiri, telah menghempasnya terlempar ke belakang.Punggung Sum Sun membentur tebing batu yang ada di belakangnya. Suara keras terdengar. Bebatuan terpecah-belah akibat tumbukan tubuh Suma Sun.Ia sendiri memang tidak terluka, karena tenaga dalam melindungi tubuhnya. Tapi dari kejadian ini saja, orang yang mampu
Read more
PREV
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status