All Chapters of Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Chapter 231 - Chapter 240

282 Chapters

Bab 231

Ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut Asma masih mendengung di dalam Indra pendengaran Wisnu. Bagiamana wanita yang sangat ia cintai itu selalu merendahkannya. Itulah alasannya mengapa Wisnu masih enggan untuk kembali pulang ke rumah Asma. Ia teramat sakit hati sekali.Entah butuh waktu beberapa lama Wisnu untuk memaafkan sikap Asma. Rasa lelah kerap kali menjalar dalam hati, hingga terbesit pilihan untuk ikhlas mengakhiri semua yang telah terjadi. Tanpa peduli dengan apa yang telah terlewati.Tetapi, lagi-lagi Wisnu mempertimbangkan perasaan itu. Ada ribuan salah' yang sudah ia lakukan kepada Asma dan mungkin tidak akan terlupakan jika hanya dengan kata maaf dan ia menganggap wajar jika Asma bersikap seperti itu. Mungkin saja jika itu terjadi pada dirinya, Wisnu juga akan melakukan hal yang sama."Tuan, meeting akan segera dimulai!" ucapan Hamzah membuyarkan lamunan Wisnu. Sesaat Wisnu tergeragap. Ia segera bangkit dari bangku meja kerjanya. "Iya, aku akan segera ke ruang meeting,
Read more

Bab 232

Tiga puluh menit telah berlalu. Wisnu masih belum beranjak dari bangku kantin. Padahal sebentar lagi akan memasuki jam istirahat. Wajah Wisnu nampak berpikir keras. Sementara Danil telah berpamitan pergi karena ada urusan mendadak beberapa menit yang lalu. Begitulah ucap lelaki bertubuh jangkung itu sebelum berpamitan pada Wisnu.Semalaman Wisnu menguyur dirinya di bawa kucuran air kran di kamar mandi. Rasa panas yang ditimbulkan oleh obat perangsang itu sangat menyiksanya. Ia tau jika Natasya telah memasukan obat perangsang ke dalam minumannya. Wisnu tau semua itu setelah ia berkonsultasi dengan dokter kepercayaannya."Aku tidak mungkin kembali ke rumah Natasya!" guman Wisnu dengan wajah berfikir. "Tapi aku juga tidak ingin kembali ke rumah Asma." Wajah Wisnu nampak menerawang jauh. Benaknya sedang berpikir keras.Wisnu menghela nafas panjang, sebelum akhirnya ia bangkit dari bangku kantin kantor. Karena sebentar lagi pasti para karyawan perusahaannya akan menyerbu kantin.______Tat
Read more

Bab 233

Sesak berkelindan dengan cepat di dalam dada Asma. Wanita tidak asing itu terus bergelayut manja di lengan Wisnu. Meskipun ia tahu, jika Wisnu terus berusaha untuk melepaskan lingkaran tangan wanita dengan perut' bucit yang sama seperti dirinya itu. Tetapi tetep saja, rasa sakit seakan menusuk-nusuk di dalam hati Asma."As, aku bisa menjelaskan semuanya!" ucap Wisnu menarik paksa tubuhnya menjauh dari Natasya.Sejenak Asma tidak bergeming. Wajahnya datar menatap pada Wisnu. Degupan jantungnya berdebar kencang. Tetapi ia tetap bersikap biasa saja di depan Wisnu. Sekalipun Asma sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk berhenti mencintai Wisnu. Tetapi tetap saja, melihat wanita lain bergelayut manja pada bahu Wisnu, hatinya remuk berkeping-keping."Oh, tidak apa-apa, Bang!" balas Asma setelah beberapa saat ia menyadarkan dirinya. Gerombolan air mata, sudah memenuhi pelupuk. Sesekali Asma membuang tatapannya dari Wisnu, seraya mengedip-ngedipkan matanya. Agar genangan itu luruh dan tida
Read more

Bab 234

Wisnu mengalihkan tatapannya sekilas pada Asma. Mencoba menebak tamu yang datang ke rumahnya di pagi-pagi buta seperti ini."Aku akan melihat ke luar dulu!" ucap Wisnu pada Asma. Seketika Asma membuang tatapannya dari Wisnu. Wanita berambut panjang itu memasang wajah acuh, tidak peduli.Kedua mata Wisnu membulat. Melihat lelaki yang muncul di balik pintu rumahnya. Menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala lelaki bertopi hitam yang Kini berdiri memunggunginya."Si-siapa ya?" tanya Wisnu dengan nada sedikit terbata. Matanya menelisik pada lelaki asing itu.Lelaki bertopi hitam itu seketika memutar tubuhnya ke arah Wisnu."Selamat pagi Tuan Wisnu." Lelaki berkumis tebal itu melemparkan senyuman ramah pada Wisnu yang berdiri di ambang pintu rumah dengan wajah penuh tanya."Selamat pagi!" balas Wisnu dengan wajah berpikir. Ia berusaha mengingat, barang kali wajah lelaki yang berdiri di hadapannya pernah terselip di dalam memorinya di masalalu.Setelah cukup lama berusaha untuk mengingat
Read more

Bab 235

Sebuah alamat tertulis pada pesan yang muncul pada layar ponsel Asma. Beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor sang pengirim pesan. Tetapi tetap saja, nomor itu sama sekali tidak menjawab panggilan Asma."Apa maksudnya ini?" gerutu Asma mengeryitkan dahi. Benaknya dilanda rasa penasaran yang hebat. "Apakah aku harus mendatangi alamat ini?" monolog Asma pada dirinya sendiri. Sejenak ia nampak berpikir apa yang harus ia lakukan._____Taksi online yang Asma pesan sudah menunggu di luar pintu pagar rumah. Cepat, Asma berjalan' menuju ke arah pintu rumah. Tekadnya sudah bulat untuk mendatangi alamat rumah yang seseorang kirimkan kepadanya. Pasti ada suatu di sana."Nyonya mau kemana?" Asma tertangkap basah. Saat ia hendak keluar dari pintu rumah. Tiba-tiba Bibik mengangetkannya.Asma memutar tubuhnya ke arah Bibik. "Ehm, aku sedang ada janji dengan teman, Bik!" Jawab Asma dengan nada mengeja. Wajahnya terlihat gugup sekali.Kedua alis Bibik berkerut seketika. "Nanti kalau Tuan mencari
Read more

Bab 236

Sebuah alamat tertulis pada pesan yang muncul pada layar ponsel Asma. Beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor sang pengirim pesan. Tetapi tetap saja, nomor itu sama sekali tidak menjawab panggilan Asma."Apa maksudnya ini?" gerutu Asma mengeryitkan dahi. Benaknya dilanda rasa penasaran yang hebat. "Apakah aku harus mendatangi alamat ini?" monolog Asma pada dirinya sendiri. Sejenak ia nampak berpikir apa yang harus ia lakukan._____Taksi online yang Asma pesan sudah menunggu di luar pintu pagar rumah. Cepat, Asma berjalan' menuju ke arah pintu rumah. Tekadnya sudah bulat untuk mendatangi alamat rumah yang seseorang kirimkan kepadanya. Pasti ada suatu di sana."Nyonya mau kemana?" Asma tertangkap basah. Saat ia hendak keluar dari pintu rumah. Tiba-tiba Bibik mengangetkannya.Asma memutar tubuhnya ke arah Bibik. "Ehm, aku sedang ada janji dengan teman, Bik!" Jawab Asma dengan nada mengeja. Wajahnya terlihat gugup sekali.Kedua alis Bibik berkerut seketika. "Nanti kalau Tuan mencari
Read more

bab 237

Tatapan mata Danil beralih pada benda pintar yang berkedip di atas meja. "Baiklah, apakah masih ada yang ingin ditanyakan?" ucap Danil menatap pada beberapa bawahannya yang berada di ruangan meeting bersamanya.Sepersekian detik Danil terdiam, menunggu jawaban. Tetapi tidak ada satupun yang menjawab."Jika tidak ada yang ingin ditanyakan. Saya nyatakan jika rapat hari ini telah selesai," ucap Danil.Berapa karyawan yang berada di ruangan berpendingin itu bangkit dari bangku dan meninggalkan ruangan meeting.Di dalam ruangan berdinding putih itu hanya ada Danil seorang. Setelah semua orang pergi. Satu tangan Danil terulur meraih benda pintar yang telah mati di atas meja. Jemarinya mengusap lembut pada layar ponsel. Mencari kontak nomor yang baru saja menghubunginya. Tapi tidak sempat ia jawab.Tut ... Tut ...Sambungan telepon terdengar dari balik telepon yang menempelkan pada telinga Danil. Sesaat kemudian, suara barito menjawab panggilan Danil di seberang telepon."Halo!" "Bagaimana
Read more

Bab 238

Langit masih sama. Tetapi tidak seperti hari kemarin. Mendung yang datang bergulung-gulung hilang bersama derasnya hujan yang turun. Menyisakan sisa-sisa air yang menggenang di pucuk dedaunan pagi ini. Kesedihan yang menyelimuti hati Gala perlahan berangsur sembuh. Meskipun sayangnya tidak mampu membuat luka itu hilang secara sempurna. Masih ada bekas luka yang mungki seumur hidup Gala tidak akan pernah bisa ia sembuhkan.Hari berganti hari memaksa Gala terbiasa menjalani kehidupanya di negara belanda. Bergaul dengan orang-orang asing yang sama sekali tidak pernah ia kenali sekalipun. Untuk anak seperti Gala hal itu bukanlah hal yang susah. Dia cukup pandai untuk berbaur dengan sekitar.“Gala!” Suara seseorang dari ambang pintu mengalihkan tatapan Gala yang sedang duduk pada bangku perpustakaan. “There’s a phone for you!” (Ada telepon untuk kamu.) Wanita berambut kecoklatan itu mematung di ambang pintu perpustakaan seraya melemparkan senyuman hangat pada Gala.Gala mengangguk le
Read more

Bab 239

Bagaikan guntur yang menyambar di siang bolong. Lelaki berseragam putih itu tidak bisa memastikan kapan Asma akan sadarkan diri dari koma.Wisnu terhuyung, tubuhnya mendadak kehilangan tenaga. Seluruh persendiannya melemas, tidak mampu menopang tubuhnya. Tatapan matanya mendadak berkabut. Genangan air mata dengan cepat memenuhi pelupuk. Membuat pandangannya meramun."Bagaimana jika kami membawa istri saya berobat ke luar negeri saja, Dok?" ucap Wisnu dengan nada terbata. Ia terus menguatkan diri demi Asma.Sepersekian detik lelaki yang selama satu bulan ini menangani Asma tidak bergeming. Menatap serius dengan wajah berpikir pada Wisnu."Bisa saja, tetapi ...?" Lelaki berseragam putih itu menggantung kalimatnya.Degupan jantung Wisnu semakin berdebar. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya. Takut jika kalimat yang keluar dari bibir lelaki di depannya adalah sebuah kabar buruk yang akan kembali ia dengar.Wisnu menarik tubuhnya ke dekat meja. Ingin memastikan sepasti-pastinya. "
Read more

Bab 240

Suara isakan sesekali terdengar dari lelaki yang berdiri di samping Danil. Hatinya terasa sakit setiap kali melihat wanita yang terbaring di atas ranjang. Sesak dan perih menjalar hingga ulu hati. “Aku tau ini pasti tidak mudah untuk kamu, Wisnu!” ucap Danil memecah keheningan yang tercipta. Tatapan matanya tertuju pada Asma yang terbaring di atas ranjang.Helaan nafas panjang Wisnu terdengar. Senyuman getir terulas pada susut bibirnya. Serka mengangguk lembut, lelaki berlesung pipi itu menyeka air mata yang membasahi pipinya. Danil memutar tubuhnya secara sempurna ke arah Wisnu. “Lalu apakah kamu akan membiarkan istri mudamu tinggal di sini? Lalu bagaimana jika nanti Asma sadar dari koma dan melihat kehadiran istri muda kamu. Aku pikir itu bukanlah ide yang bagus?” Danil melipat kedua tangannya di depan dada menjatuhkan tatapan serius pada Wisnu. Wisnu mendengus berat. “Tidak seperti itu Danil. Ini hanya semetara waktu.” Wisnu menjeda ucapannya. “Aku tidak mungkin membiarkan Natas
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
29
DMCA.com Protection Status