"Kenapa buru-buru banget, sih pulangnya?" cetus Tika saat melihat Ahmad sudah berkemas, padahal baru semalam adiknya itu menginap. Dia bahkan belum sempat kirim doa di makam orang tua mereka. "Ahmad cuma dikasih cuti dua hari, Teh. Masih banyak kerjaan juga di Bandung.""Bukan gara-gara obrolan kita kemarin, kan?" terka Tika. "Nggaklah. Ngapain, begitu doang," sungut Ahmad, tanpa Tika tahu sedikit banyak percakapan mereka juga menjadi salah satu alasan dia buru-buru pulang. "Nggak mampir ke makam Ibu, Bapak, atau Abah dulu?" tawar Tika. "Nanti ajalah, Teh. Masih banyak waktu, kok," dalih Ahmad. Tika menghela napas panjang, lalu meletakkan sebelah tangan di bahu adiknya lebar. "Ya udah, jaga diri di sana. Teteh titip usaha sama mobil yang kemarin, nanti kamu bisa ganti-ganti kalau ada keperluan. Di sini mungkin teteh bakal lebih banyak diem di rumah, bantu-bantu Nini."Ahmad mengangguk mantap, dia peluk Tika erat, sebelum mengecup keningnya sejenak. "Sehat-sehat, ya, Teteh sama
Read more