All Chapters of WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN: Chapter 1 - Chapter 10

77 Chapters

Bab. 1

[ Neng, punya uang simpanan lima juta nggak? A'a baru dapet musibah kecolongan di toko. Mana saldo cuma tinggal tiga ratus ribu, ditambah akhir bulan lagi. ] Kutatap layar ponsel dalam genggaman yang menunjukkan spam chat dari A Miftah, suamiku. Sudah dua hari sejak ponselnya tak bisa dihubungi, hari ini pesannya tiba-tiba datang tanpa menanyakan kabar dan langsung meminjam uang. [ Sebenarnya ada, tapi buat biaya check up, Akbar, A. Dua hari dia sempat demam, aku sampe harus ambil cuti, pulang-pergi sendiri nemenin anak kita yang sempet tantrum sampe bikin heboh di rumah sakit. ]Aku memang tak bisa bohong tentang apa pun pada A Miftah. Khususnya masalah keuangan. Kalau ada pasti aku katakan, begitu pun sebaliknya. Itulahh komitmen yang selalu aku jaga selama tujuh tahun pernikahan kita. Sejenak kutolehkan pandangan pada bocah berusia lima tahun yang tengah menonton tayangan kartun di TV, bersama pengasuhnya Bi Tati. Anak spesial kami, buah cintaku dan A Miftah yang kala itu selalu
Read more

Bab. 2

[ Teh Tika! Ahmad ketemu A Miftah sama wanita hamil, lagi liat-liat kontrakan Teteh yang ada di Cijerah! ]Deg! [ Ah, salah liat mungkin kamu, Mad. Suami teteh, kan udah pindah tugas di Karawang. Lagian kalau dia tiba-tiba ada keperluan pasti mampir ke sini dulu, ngapain jauh-jauh dateng cuma buat cari kontrakan? Lagian A Miftah, kan nggak pernah tahu kalau selama ini teteh punya rumah kontrakan yang disewakan.]*Foto*[ Tuh, Teteh liat aja sendiri! Beneran A Miftah, kan? Ahmad fotonya diem-diem. Dia lagi ngobrol sama tetangga yang udah lebih dulu sewa. ]Tiga pesan yang datang berurutan bersama dengan foto yang dikirimkan, membuat kesenangan yang baru sesaat hinggap, langsung menguap. Lokasi rumah kontrakan yang Ahmad fotokan memang tempat yang sama dengan kontrakan kosong yang Bu Susi infokan tadi. Terletak di daerah Cijerah, sekitar lima ratus meter dari pasar. Kontrakan lima pintu peninggalan ibu diwariskan padaku dan Ahmad, sejak beliau berpulang menyusul bapak tiga tahun lalu
Read more

Bab. 3

"Maksud mama bukan gitu, Tik. Takutnya terjadi sesuatu yang nggak diinginkan. Perselingkuhan lagi menjamur sekarang, kalau kita nggak pandai-pandai rawat diri, orang nggak tahu diri nantinya malah menyalahkan pihak istri. Ya, walaupun mama percaya Miftah nggak mungkin begitu."Kutatap pantulan diri dalam cermin. Memerhatikan wajah kusamku dengan beberapa jerawat di dagu dan dahi. Hidung mungil, serta kulit sawo matang yang terlihat kering. Sebelumnya aku tak pernah se-overthinking ini. Namun, setelah mama mengatakan hal demikian aku jadi mulai kepikiran. Bicara tentang fisik memang seringkali membuatku minder, apalagi melihat penampilan A Miftah yang hampir mendekati sempurna sebagai seorang lelaki. Tubuh tinggi tegapnya, kulit bersih, hidung mancung, serta rahang kokoh yang mempertegas proporsi wajahnya. Tak jarang beberapa teman mencandai, menanyai pelet apa yang kuberikan hingga bisa mendapatkan suami setampan dirinya. Awalnya candaan itu terasa biasa, tapi lama kelamaan makin t
Read more

Bab. 4

Kuparkirkan motor serampang di halaman, dengan tergesa membuka kunci rumah yang beberapa kali terjatuh karena tidak pas pada lubangnya. Sakit dan perih itu langsung datang bersamaan. Kacau, pikiranku benar-benar kacau sekarang. Seluruh tubuh terasa lemas, tak ada daya untuk menopang kaki yang serasa melayang. Terrnyata ini adalah efek dahsyat yang ditimbulkan, kepercayaan yang selama tujuh tahun kusematkan luruh bersama dengan pengkhianatan besar yang dia lakukan. Apa yang kurang? Apa yang salah? Padahal sebagai seorang istri aku tak pernah menuntut banyak, tak pernah meminta sesuatu diluar kemampuan A Miftah? Kenapa hanya wanita yang harus dituntun untuk sempurna? Kenapa lelaki tak pernah bersyukur dengan apa yang dia punya? Kuempaskan tubuh ke atas kasur, menangis sejadinya. Setidaknya aku butuh waktu untuk meluapkan semuanya sebelum berpikir jernih dan mulai mencari solusi atas semua permasalahan ini. Ternyata benar, menjadi istri yang baik, penurut, dan tak pernah menuntut tak
Read more

Bab. 5

Aku berlalu meninggalkan A Miftah yang masih terpaku di tempat, menghampiri kamar Akbar yang letaknya bersebelahan. Kuraih long cardi yang tergantung untuk menutup baju dinas malam yang memang sengaja digunakan untuk menyambutnya pulang. Setelah itu memilih tidur di samping putraku yang sudah lebih dulu lelap. Suara benda yang menghantam tembok terdengar. Pintu yang dibanting keras pun menyusul setelahnya. Kupejamkan mata tak peduli apa yang terjadi di sana. Sudah cukup aku diam, sudah cukup aku sabar. Untuk apa jadi istri pengertian kalau suaminya kurang ajar?Mungkin A Miftah tak sadar, bahwa kucing jinak juga bisa mengigit pada sang pemilik, bilamana ekornya diinjak. ***Subuh menjelang, aku beranjak bangun. Menuju kamar mandi untuk mengambil wudu kemudian menunaikan salat. Setelah mencuci beberapa buah piring dan gelas kotor, kulanjutkan memasak nasi, lalu membersihkan rumah serta menyapu halaman. Tak terasa waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Terlihat handle pintu kamar bergera
Read more

Bab. 6

Setelah pertengkaran itu aku dan A Miftah sama-sama tak saling bicara. Weekend yang harusnya menjadi momen keluarga malah kami gunakan untuk memperdebatkan masalah yang seharusnya bisa dengan mudah kita selesaikan bersama. Semua ini jelas tak akan terjadi kalau bukan karena dia yang memulai, juga wanita yang disembunyikannya di kontrakan. Aku lupa kapan terakhir kali hal seperti ini terjadi. Mungkin dua atau tiga tahun lalu, itu pun dia langsung memelukku hingga pertengkaran kami tak berlarut panjang. Ternyata wanita muda itu membawa pengaruh besar pada perubahan diri A Miftah. Nyaris tak kutemukan sosok yang dulu pengertian, perhatian, dan penyayang. Sejak kepulangannya kemarin malam, sampai siang ini aku bahkan tak mendapatinya menghampiri Akbar, padahal sudah lebih dari sebulan mereka tak berjumpa."Bun, A-ah, Bun." Akbar menarik-narik ujung dasterku saat kami tengah menonton TV di ruang tamu, telunjuk mungilnya terulur ke arah kamar di mana A Miftah keluar dengan kaos dan celana
Read more

Bab. 7

"Apa kabar, Tik? Udah lama, ya." Lelaki dalam setelan formal itu mengulurkan tangan. Kutatap lekat wajahnya yang nyaris tak berubah sejak terakhir kali kita berjumpa, kemudian menjabat tangannya.Andri Septian, dia adalah kakak kelasku semasa SMA, hubungan kami dekat sejak tergabung dalam kegiatan OSIS sekolah.Sampai lulus pun komunikasi kami tak pernah terputus, beberapa kali berganti nomor selalu ada sosial media yang menghubungkan kita. Lima tahun lalu dia menikah dengan sahabatku Nia, kebetulan aku yang mengenalkan mereka. Sejak saat itulah komunikasi kami terputus sebab Nia bisa dibilang tipe yang pencemburu berat, padahal jelas tak pernah ada hubungan apa pun di antara kita. Dalam lima tahun bisa terhitung berapa kali mereka mengunjungi kami. Saat Akbar lahir, khitan, dan terakhir syukuran milad yang ketiga.Sebenarnya seminggu lalu aku sempat ragu untuk menghubunginya. Walaupun niatku murni hanya untuk menanyakan tentang A Miftah. Karena sejak masuk ke Gema Toserba, A Andrilah
Read more

Bab. 8

Senja berpendar menutup awan pekat yang semula menggumpal, malam beranjak kian dekat saat suara Azan Maghrib terdengar. Ketika kupikir hujan akan turun membawa serta perasaan dongkol yang bercokol, rupanya guntur datang hanya untuk mempermainkan, lalu pergi meninggalkan resah yang sulit digambarkan.Ibu mertua dan adik iparku masih terjaga. Kebungkaman mereka cukup menjelaskan kebingungan keduanya akan perubahan sikapku yang tiba-tiba. Keheningan panjang itu cukup untuk membuat A Miftah mematung dengan perasaan yang entah. Dua kantong kresek besar yang dia bawa entah sejak kapan sudah diletakkan di atas meja."Istri kamu kenapa, sih?" Mama bertanya setelah sekian lama. Wanita paruh baya yang menyemir rambutnya menjadi kemerahaan itu mendelik dengan bibir mencebik. Sungguh ekspresi yang sama sekali tak pantas untuk ditunjukkan seorang mertua."Nggak apa-apa, Tika kayaknya cuma kecapean aja. Mending Mama sama Dini pulang dulu! Persediaan pangan udah Miftah beliin tadi sekalian. Nanti ua
Read more

Bab. 9

"Neng ...." Sentuhan lembut seringan bulu membuyarkan semua lamunan yang sempat memporak-porandakan hati dan pikiran. Tanpa sadar kami sudah berhenti di depan sebuah komedi putar. "Akbar mau naik ini katanya."Aku hanya mengangguk mengiyakan. Setelahnya A Miftah pergi ke loker tiket, lalu kembali untuk memberikannya pada petugas. Terlihat Akbar cukup antusias saat memilih duduk di sebuah Kuda Zebra. Tangannya melambai pada kami, ketika mesin mulai menyala, dan komedi putar dijalankan.Tanpa sadar senyumku tersungging. Sebuah kebahagiaan sederhana yang membuatku sesaat lupa akan beban berat yang sedang menimpa. Ternyata memasang topeng tebal tak terlalu sulit bagiku yang sudah lama berteman dengan rasa sakit."Senin ini alhamdulillah A'a udah dipindahkan ke Subang. Jadi, A'a bisa lebih sering pulang, dan kita bertiga bisa lebih gampang menghabiskan waktu bersama, kayak dulu."Aku tertegun sejenak, lalu menoleh menatap manik mata pekat yang dulu selalu berhasil membuatku terpesona. Namu
Read more

Bab. 10

"Motor kita? Perhiasanku? A'a udah gila?!" Kusentak kedua tangannya, lalu berteriak tanpa sadar.Aku langsung berlari menuju lemari dan mengacak-acak isi pakaian sampai kutemukan perhiasan peninggalan ibu yang memang sengaja kusimpan di dalam satu kotak yang sama. Terdiri dari kalung, gelang, dan beberapa cincin yang bila ditotalkan berkisar 10 jutaan. Tubuhku langsung roboh ke lantai mendapati benda peninggalan yang mungkin tak akan dijual sudah raib dari jangkauan, hingga menyisakan kotak hitam beludru berbentuk hati."Neng, dengerin dulu!" Dia berusaha meraih tanganku. "A'a janji pasti bakal ganti, tapi nggak sekara--""Diem, Sialan!" Tatapan nyalangku sukses membuatnya terdiam. "Motor itu kubeli dengan hasil jerih payah sendiri, dan semua perhiasan yang kusimpan adalah peninggalan ibu. Sudah cukup kesabaranku menghadapi suami nggak tahu diri sepertimu, Miftah!"Pupil matanya melebar. Terkejut bukan main tentunya."Neng ....""Jangan karena alasan sebagai istri yang harus mengabdi
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status