All Chapters of WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN: Chapter 31 - Chapter 40

77 Chapters

Bab. 31

Pandangan wanita paruh baya itu terlihat kosong saat menyusuri jalan Maleber menuju rumah minimalis berukuran 10 x 10 dengan pagar setinggi dua meter dan garasi yang hanya muat untuk menampung satu mobil.Tangannya terulur menyusuri pagar besi bercat hitam itu, sebelum terpaku pada tulisan 'Dijual' yang tertera di sebuah papan tripleks yang tergantung di atas sana."Mau ngapain ke sini, Bu? Teh Tika baru aja pindah tadi pagi," cetus salah seorang tetangga Tika dengan ketus. Dia tahu pasti apa yang terjadi malam itu. Sampai Tika nyaris bunuh diri.Bu Nur menoleh."Ke mana?" tanya Bu Nur dengan nada yang juga sama tak bersahabatnya."Mau ngapain? Belum puas liat Teh Tika menderita? Atau akhirnya nyesel setelah tahu kalau mantan menantu ibu levelnya bener-bener tinggi. Jangan-jangan mau minjem duit la--""Di mana Si Tika itu tinggal sekarang!" pekik Bu Nur yang membuat wanita berjilbab itu terlonjak kaget."Bu-Bumi Asri. Dia pindah ke Bumi Asri!" Setelah mendapat jawaban yang dia ingink
Read more

Bab. 32

Jam menunjukkan hampir tengah malam saat dua anak remaja dan satu orang dewasa itu menjinjing botol air mineral berisi minuman bewarna ungu ke sebuah Pos Ronda yang kebetulan tak beroperasi malam ini.Mereka duduk melingkar, lalu mengeluarkan rokok dan kartu gaple yang siap dimainkan setelah sebelumnya menghabiskan waktu berjam-jam di tempat rental PS."A, bini sama Emak nggak akan nyariin A'a ke sini?" tanya salah satu remaja berusia tujuh belas tahunan berambut keriting agak gondrong."Sebodo amat, Ja. Pusing aing," sahut Miftah setengah teler. Ternyata minuman yang mereka bawa adalah alkohol yang dioplos dengan minuman energi."Emang lier kitu rumah tangga, teh? (Memangnya pusing gitu hidup berumah tangga?)" tanya remaja yang satunya."Pisan, (Banget) Dan. Tong coba-coba ngareuneuhan awewe lamun maneh teu boga gawe. Balangsak! (Jangan coba-coba menghamili perempuan kalau kamu belum punya kerjaan. Susah!)""Hehe. Teu niat oge, sih, A. Masih mending A'a mah kasep, lah urang modelan k
Read more

Bab. 33

Saat kembali, Bu Nur mendapati Miftah tengah rebahan di ruang tengah sembari menyalakan TV. Sementara tangisan Bila terdengar nyaring dari dalam kamar. Entah apa yang ada dipikiran lelaki yang baru genap berusia tiga puluh tahun itu, saat ini.Dia mulai tak peduli dengan suara tangisan sang bayi, dan malah sibuk bergelut dengan pikiran sendiri. Penampilannya sangat berantakan setelah pulang malam tadi. Kebiasaan merawat diri yang biasa digeluti kini tak lagi menjadi prioritas utama. Mandi sehari sekali pun sudah patut disyukuri."Miftah! Itu Bila kenapa kamu biarin nangis, sih? Gendong, kek, kasih susu, atau ajak keluar dulu! Udah siang begini masih aja leha-leha depan TV, bukannya siap-siap kerja," tegur Bu Nur sembari menghampiri Bila ke kamar, lalu kembali menghadap putranya yang seolah tak peduli."Males, ah, Ma. Hari ini Miftah ambil cuti lagi. Pengen istirahat. Cape!" Miftah mengubah posisi menyamping. Beralaskan karpet plastik bermotif bunga itu dia terbaring memunggungi, berba
Read more

Bab. 34

Waktu bergulir, hari berganti, tetapi bayangan tentang kejadian hari itu masih terekam kuat dalam benak Bu Nur sampai sekarang. Tak menyangka dia, anak yang dididik sedari dini, dibesarkan sepenuh hati, serta dibangga-banggakan sejauh ini, menjadi sangat tak terkendali.Miftah kadang pulang dalam keadaan teler, penampilan berantakan, bahkan tak lagi mau menggendong anaknya sendiri. Hari-hari yang dihabiskan hanya nongkrong bersama para remaja tanggung di kampungnya. Main PS, merokok, ngoplos, juga main gaple. Dia tak lagi menanyakan Desi yang entah di mana rimbanya. Maupun keadaan Tika yang sudah dia hina habis-habisan. Dia hanya tahu cara menghabiskan uang yang mantan istrinya berikan, lalu bersenang-senang. "Miftah!" Bu Nur menyingkap selimut yang menutupi tubuh putranya di siang bolong begini. Setelah kesabaran selama ini Bu Nur akhirnya benar-benar lelah menghadapi sikap Miftah. "Mau sampai kapan begini, hah? Udah lebih dari seminggu kamu bolos kerja, kabar Si Desi pun sampai sek
Read more

Bab. 35

Suara pintu kamar mandi yang dibuka, menginterupsi Bu Nur dan Dini. Mereka melihat Miftah berlalu menuju kamar, lalu kembali dengan sebuah anting dan gelang."Ini punya Si Desi. Kalian jual aja!" cetusnya tiba-tiba.Dini mengambil alih perhiasan emas itu dari tangan kakaknya."Kok, bisa dia minggat nggak bawa barang berharga?" tanya Bu Nur heran."Mungkin masih ada sedikit kesadaran di otaknya saat ninggalin anaknya di sini." Miftah menatap Bila dalam gendongan Bu Nur. Ekspresinya tak terbaca."Ya udah aku jual dulu, daripada motor disita." Dini memasukkan anting dan gelang tersebut ke dalam tas kecilnya. Kemudian berlalu untuk mencari penjual di jalanan pasar atau Alun-Alun Kota yang biasa menerima emas tanpa surat-suratnya.Dini mungkin tak akan sepanik ini bila BPKP motornya digadaikan ke bank. Namun, saat mendapati yang datang menagih uang ternyata seorang dept collector bengis, dia tak lagi bisa tinggal diam mengingat motor kesayangan juga nyawanya terancam hanya karena nominal u
Read more

Bab. 36

"A'a yang waktu itu anter Tika pake Mobil Fotuner, ya?" Bu Wulan tiba-tiba nyeletuk saat Andri tengah mengalas nasi sembari menyusuri meja prasmanan yang disiapkan Tika dari katering yang dipesan.Andri tersenyum kecil. Lalu mengangguk pelan pada wanita bergamis peach yang kerudungnya disampirkan itu."Iya, Teh. Ini Teh Wulan, kan? Tika sering cerita tentang Teteh juga."Bu Wulan terkekeh."Hehe, iya. Kita emang deket banget di kantor. Tak terpisahkan pokona mah."Andri terkekeh pelan. "Kita ngobrolnya di sebelah sana, yuk! Temenin Tika!" usul Andri yang langsung disetujui Bu Wulan."Ya, kebetulan ada banyak hal yang mau saya obrolin sama dia. Soalnya Tika udah ambil cuti dari seminggu lalu di luar waktu yang dijadwalkan. Kayaknya dia ada masalah. Cuma nggak mau bilang.""Ya, saya juga khawatir karena akhir-akhir ini Tika kayak bener-bener membatasi diri. Hampir dua minggu bahkan kita putus komunikasi. Makanya lega banget pas hari ini dia kasih kabar dan ngadain pengajian," papar And
Read more

Bab. 37

Restoran Baso Malang yang berada di pinggir Jalan Soekarno-Hatta itu tampak tak terlalu ramai siang ini. Hanya ada dua mobil terparkir, dan beberapa motor di pelataran yang luas itu. Dengan percaya diri Miftah menepikan motornya yang bahkan dipinjam dari teman tongkrongannya di Pos Ronda. Sejenak dia memerhatikan wajah di salah satu spion, merapikan rambut yang sengaja baru dicukur hanya untuk pertemuan spesialnya dengan Wulan siang ini. Meskipun berwajah tampan, tapi aura lelaki itu tak lagi terpancar. Apalagi dua pekan terakhir tubuhnya sering kali dicekokki minuman, rokok, juga bergadang hampir tiap malam. Lingkaran hitam tampak kentara di bawah mata cekungnya. Rahang tegas yang semula mempertegas proporsi wajahnya kini terlihat tirus dan kering.Langkah lebarnya memasuki ruang luas resto, setelah menyadari tak ada seorang pun pengunjung yang duduk di luar. Masih dengan semangat yang sama Miftah mengedarkan pandangan mencari sosok wanita pujaan yang sebulan terakhir berhasil meng
Read more

Bab. 38

"Dia bukan anak Miftah, Ma. Dia bukan cucu Mama!"Nia menelan ludah susah payah, seolah ada benda padat sebesar biji zarah yang tersendat di tenggorokkannya, saat Miftah tiba-tiba menguak fakta yang selama ini dia dan Desi sembunyikan rapat-rapat setelah memutuskan untuk memperalat Miftah atas kehamilan Desi yang entah siapa ayahnya. Tubuh perempuan berambut pirang itu mundur dua langkah. Alisnya bertautan. Terkejut luar biasa."Dari mana lo tahu?" lirih pertanyaan itu terlontar."Keluar dari mulut adik lonte lo sendiri!" balas Miftah sengit."Berarti maneh panggih jeung Si Desi saacan indit? Di mana adi urang ayeuna? Di mana, Miftah?! (Berarti lo ketemu sama Desi sebelum dia pergi? Di mana adikku sekarang, di mana dia, Miftah?!)" Nia maju selangkah, lalu mencengkeram kerah jaket yang Miftah kenakan.Lelaki itu terdiam sejenak, lalu memalingkan pandangan."Mana aing nyaho. Maneh lancékna kudu na leuwih apal! (Mana gue tahu. Lo kakaknya harusnya lebih tahu)" Miftah menyentak tangan Ni
Read more

Bab. 39

"Mif, kamu beneran nggak tahu Desi ke mana?" tanya Bu Nur hati-hati saat Miftah tengah merokok di teras. Hari sudah beranjak sore, tetapi perasaan wanita paruh baya itu masih tak tenang dibuatnya. Bahkan setelah kepergian Nia yang membawa serta Bila dan barang-barang milik Desi yang tersisa.Miftah menoleh, tajam tatapan lelaki itu saat menatap ibu kandungnya."Desi lagi, Desi lagi. Bisa nggak Mama berhenti bahas Si Lonte!" bentak Miftah sembari menyentak rokok pada asbak di atas meja.Bu Nur mengurut dada. Dengan nanar dia tatap putra semata wayangnya."Kenapa kamu jadi begini, sih, Mif?" lirih kalimat itu terlontar sembari menangkup wajah Miftah."Ck, apa, sih, Ma? Lebay banget. Miftah nggak kenapa-napa!" Dia menepis tangan Bu Nur, lalu memeriksa ponsel saat melihat satu notifikasi pesan masuk dari temannya."Mama nggak pernah liat kamu sekacau ini sebelumnya? Bilang, Mif. Ada apa?" Sekali lagi Bu Nur mendesak putranya."Yeh, dibilang nggak apa, ya nggak apa-apa. Miftah baik-baik a
Read more

Bab. 40

"Udah berapa lama keciumnya, Bu?" tanya Tika pada Bu Susi sembari mengutak-atik gembok salah satu rumah kontrakannya yang pernah ditinggali Miftah dan Desi."Baru-baru ini. Kalau dari sana nggak terlalu kecium, lagian kamar ibu paling ujung, ke sekat satu kamar kosong lagi. Nyegatnya cuma dari kamar si Eneng-Eneng ini, kebetulan mereka emang baru balik lagi ke kontrakan setelah pulang ke rumah masing-masing seminggu lalu, mau pindah kerja katanya!" papar Bu Susi."Yang paling kecium dari kamar mandi, sih, Teh!" sahut salah satu dari ketiga gadis remaja itu."Iya, di belakang rumah juga nyengat pas tadi aku buang sampah," timpal yang lainya."Nggak mungkin sampah, sih. Soalnya di belakang bersih. Kalau Tikus atau Kucing, bisa jadi, sih," tambah satu lagi.Tika mengangguk, mencerna tiap keterangan dari masing-masing penghuni kontrakan sampai saat gembok berhasil dilepaskan."Kita pastiin aja, ya!"Tiba saatnya pintu dibuka. Dan kelimanya refleks menutup hidung. Bahkan salah satu dari ke
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status