Home / Pernikahan / Menikah Dengan Kakak Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menikah Dengan Kakak Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

94 Chapters

Tiga puluh satu

Bagas sedang menerima tamu di depan. Tetapi pikirannya tidak focus bersama mereka. Beberapa kali ia menoleh ke belakang. Mbok sum baru saja menyediakan minuman dan camilan untuk para tamu. Kini sudah tersedia beberapa toples kue kering nastar, kastangel dan putri salju juga 2 gelas kopi hitam dan 1 gelas teh tawar untuk nona Maya. " Gas, bagaimana kalau aku bekerja di perusahaanmu, aku bisa menjadi patner kerja yang kau butuhkan" Maya yang dari tadi diam mulai mengutarakan keinginannya." Tapi di perusahaan tidak ada lowongan yang sesuai dengan profil kerjamu May, Bayu sudah cukup sebagai patner kerja plus asistenku" Bagas langsung menolak" Tapi pangalaman kerjaku selama si Jerman akan sangat membantu pengembangan perusahaan Gas, ayolah aku tidak butuh gaji besar kok" Maya masih tetap dengan pendiriannya berusaha membujuk Bagas. Bayu masih diam memperhatikan keduanya ia enggan menyela. Ia sudah fasih dengan perdebatan Bagas dan Maya sejak di bangku kuliah. " Sayang banget pengala
Read more

Tiga Puluh Dua

Di pantri tadi Dinara mengambil segelas air putih, Ditemani mbok Sum yang sedang mencuci piring di dapur kotor. Ia duduk sendirian, ingin rasanya keluar menemui teman teman mas Bagas, tetapi tadi tidak diperbolehkan. katanya menunggu waktu yang tepat. Hatinya sedikit kecewa. tapi tidak mau membantah keinginan suami. Takut kualat nanti. Sedikit demi sedikit air di gelasnya mulai habis. Ia memejamkan mata, tarikan napas panjang membuatnya rileks. Tiba tiba terlintas penglihatan seorang pria tampan tersenyum padanya, perawakannya mirip mas Bagas, kulitnya sedikit gelap. sangat manis. Di ingatannya waktu itu ia sempat terjatuh dan kakinya kotor. pria manis itu menolongnya dan meminjamkan saputangan berwarna navy untuk membersihkan sedikit luka di kaki Dinara. " Ingatan apa ini? siapa pria itui? apakah pria dengan inisial "BA"? Dinara bergumam sendiri. tangannya ia ketuk ketukkan di atas meja pantry. sayup sayup terdengar percakapan dari ruang tamu." Gas, bagaimana kalau aku bekerja di
Read more

Tiga Puluh Tiga

Sekarang seluruh penghuni rumah Bagas berkumpul di Gazebo taman belakang dekat kolam. Gadis yang memakai dress putih menunduk sedikit takut. mbok Sum berada di sebelahnya. merangkul. Bagas, Bayu, Maya, mbak Sita dan mbak Lia semua memandang gadis baru tersebut. Tentu saja Bagas penasaran kenapa yang ia sangka tadi Dinara malah menjadi gadis lain yang belum pernah ia temui sama sekali. Ia kemudian melirik ke jendela kamar atas, lampu kamar mereka menyala. dan ada sedikit bayangan seseorang yang terlihat dari bawah. Ia bernapas lega. Dinara aman berada di dalam kamarnya. " Mbok, ayoo tolong jelaskan siapa gadis ini mbok? apa mbok Sum kenal? " Bagas mulai bertanya kepada mbok Sum, yang dari tadi memang terlihat begitu gelisah. " Tuan maaf, saya lancang. Gadis ini keponakan saya dari kampung. baru saja tiba sore hari. Tadi saya mau menemui Tuan untuk minta ijin tetapi karena non.... ""Siapa namanya mbok, dan untuk apa dia berada di sini? Bagas langsung memotong penjelasan mbok Sum ya
Read more

Tiga Puluh Empat

Maya adalah teman kuliah Bagas. sejak pertama kali bertemu di kantin kampus ia sangat menyukai pria itu. Sayangnya Bagas hanya menganggap sebagai teman biasa tidak pernah ada perasaan lebih. Maya sangat terobsesi untuk mendapatkan cinta Bagas walaupun ia mengetahui dengan jelas kalau pria itu memberi sinyal penolakan. Prinsipnya sebelum janur kuning melengkung ia akan terus berusaha dengan gigih. apalagi Bagas sangat menjaga hubungan dengan wanita manapun. sampai akhirnya ketika Bagas menemukan belahan jiwanya dan memutuskan menikah iapun sempat depresi. Keluarga Maya memutuskan untuk mengobati maya di Luar negeri. Terakhir kabarnya ia pergi ke Jerman untuk terapi dan sempat bekerja disana. Namun berita meninggalnya Diana langsung membuat wanita itu kembali ke Indonesia secepatnya. Ia berharap Bagas bisa menerima cintanya kali ini. Sayang sekali ia terlambat lagi. ******Di dalam kamar sendirian, hatinya sedikit gelisahseperti ada sebuah firasat buruk. Dinara membuka HP nya dan men
Read more

Tiga Puluh Lima

"Ma... maaam maam... iiii.... aanaaan" bocah gembul itu terus mengoceh dari pagi. Ia sekarang sedang duduk di atas kursi makan bayi. mbak Lia menyuapinya di kamar. " brruuuuurruuur" menyemburkan semua makanan yang disuapkan ke mulutnya. "kaka Raja lebih baik dikunyah yaa noo sembur sembur" Lia dengan telaten membersihkan makanan di wajah Raja. "ma maaam maa maa" lagi raja mengoceh. " iya ini lagi maem sayur sop dan telur biar tambah sehat dan pintar anak ganteng" Raja, sejak bangun tidur mulai mengoceh dan ramai. tetapi yang membuat Lia heran kata yang diucapkan tetap sama. yaitu " mam mama maa" apakah ia mencari mama nya? memang mulai kemaren mereka tidak bermain dengan Dinara yang mengalami PMS. " Raja nyari mama?" Lia mengajak bocah itu berbicara Raut wajah Raja berubah senyum memenuhi wajahnya, binar mata itu penuh cinta. " Ahhh jadi kangen mama yaa, sssttt mama ada di kamarnya, mau ke sana? ayuuuk mbak Lia antar".******Maya sangat bahagia semalam bisa makan malam bersam
Read more

Tiga Puluh Enam

Dinara mendapat tamu kecil di kamarnya. Raja sangat menggemaskan pagi ini. Ia menempel terus padanya. Tadi ketika ia selesai mandi dan menyisir rambutnya seseorang mengetuk pintu. Waspada Dinara bertanya" Siapa? " " Ini Raja nyonya, pengen ketemu mama katanya"." Iya sebentar Raja"Membuka pintu perlahan, menyembul wajah bulat pipi bakpao milik Raja, senyumnya langsung terkembang. " Mammm maaa" " Sini sayang, mama gendong. kangen Raja.. maafin mama kemaren kurang enak badan yaa sayang, jadi gak bisa maen sama kalian" Tak henti ia mencium sayang anak sambungnya ini. " Masuk Lia, disini temani kita bermain" ucapnya ramah. " Iya nyonya" Mbak Lia patuh. memang dia harus masuk supaya nona Maya tidak curiga. mereka bertiga masuk ke kamar utama rumah ini. Hal ini pertama bagi Lia memasuki kamar utama yang diperbolehkan masuk hanya pemilik rumah saja. Lia memperhatikan detail seluruh ruangan yang sangat rapi dan bersih. Ada foto pengantin dia atas dipan besar itu. Namun yang membuat L
Read more

Tiga Puluh Tujuh

Bagas focus di depan laptop menyelesaikan pekerjaannya. Seseorang masuk ruangan tanpa mengetuk. Siapa lagi yang berani seperti itu di perusahaan kalau bukan Bayu. Pria itu masuk membawa beberapa map di tangannya. " Pagi Bro, bagaimana harimu? bahagia atau malah ngenes?. Kalau dari pengamatan mata elang Bayu yang tampan ini, loo sedang dalam kondisi paling ngenes... haa.. haaa.... haaa"" Diam, dan bantu selesaikan kerjaan" Bagas tidak menoleh sedikitpun. air muka nya benar benar mengerikan pagi ini. Bayu sampai tertawa terpingkal pingkal. " Eh broo, bagaimana dengan istri loo semalam? apa yang terjadi". Bayu penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya ini. " Ruwet apalagi ada Maya, dobel masalah. loo kalo gak bisa bantu mending diam"." Ok... kalem broo, semoga lekas beres dah masalah loo"." Bayu, loo mau bantu gua? " Akhirnya Bagas menatap wajah Bayu dengan wajah yang memohon pertolongan." Kok gua? harus apa gua kan itu masalah rumah tangga loo"" Bisa"" Apaan?" Walaup
Read more

Tiga Puluh Delapan

Maya terhuyung dan hampir jatuh pingsan. Tapi seseorang berhasil menolongnya. Dinara yang tadi refleks segera menurunkan Ratu di lantai dan segera menolong Maya yang hampir terjatuh. " mbok Sum, Ayu bantu papah nona Maya ke dalam" Titahnya kepada mbok Sum dan Ayu. " Mbak Lia, minta tolong Ratu digendong masuk juga" " Iyaa Nyaaa... " kompak mereka menyahut. " Bawa ke ruang keluarga biar nona Maya bisa rebahan, bikinin teh hangat yaa"Maya yang sedang dipapah Dinara terus memandang wajah gadis ayu tersebut. Ia benar benar tidak menyangka ada kembaran Diana yang sangat mirip, Identik dan tidak bisa dibedakan. Ia marah dengan keadaan yang mempermainkannya. Ia mengira saat ini adalah waktu yang tepat buatnya maju mendekati Bagas. Namun ini apa? suara lembut wanita ini menggagetkan Maya. " Eh iya itu telepon masih terhubung atau sudah putus? coba dilihat mbok" Ucap Dinara sambil berjalan membopong Maya yang lemas." Masih non. belum dimatikan sama Tuan"Dinara paham dan memberi kode ke
Read more

Tiga puluh sembilan

"Baiklah.....Maya adalah wanita terhormat. aku tidak boleh kalah dengan gadis biasa. aku tidak akan histeris dan menangis. Mulai sekarang aku akan berjuang dengan adil. Jika merujuk dari ceritamu tadi. berarti kalian masih belum memiliki hubungan yang serius ya kan?". Maya berusaha berpikir positif. sambil menghembuskan napas nya, ia berusaha membuat dirinya sendiri tenang. " Benar nona, kami baru bertemu setelah kak Diana meninggal lalu dinikahkan oleh orang tua kami"Maya mengeratkan kepalan tangannya. Hanya di mulut saja ia berkata kuat dan tidak kalah. Namun kenyataannya Dinara sudah 1 langkah di depan dirinya. " Baiklah semua, biarkan nona Maya istirahat di kamar tamu". Semua orang yang ada di ruang keluarga tersebut mengangguk. Mbok Sum tadi sempat dikirimi pesan oleh Bagas agar membuat Maya tenang dan menjaga emosinya agar jangan sampai ia histeris. Dinara yang diberitahu mbok Sum mengerti. Dan iapun memerintahkan semua orang untuk bersabar menghadapi nona Maya. " Kita tung
Read more

Empat Puluh

Sekarang Bagas, Dinara, Maya dan Bayu berkumpul di ruang keluarga. Bagas duduk bersebelahan dengan istrinya. Keduanya sekarang mendapat tatapan tajam dari 2 orang dihadapan mereka. Bayu tak kalah syok melihat wajah ayu Dinara. Ia langsung teringat almarhumah. " Kamu saudari kembar Diana? Tapi kenapa dia tidak pernah cerita? Kamu selama ini dimana?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Bayu. Wajah yang sama yang juga sangat penasaran masih terlihat jelas diwajah Maya. ia ingin mendapat jawaban lagi yang lebih detail dihadapan semua orang. " Mas? " Dinara menoleh kepada Bagas meminta persetujuan Bagas menganggukkan kepala. tanda setuju. " Baik mas, Perkenalkan namaku Dinara, aku kembar identik dengan kak Diana. kami sangat dekat bahkan sering bertukar peran ketika masa sekolah. namun terjadi kecelakaan 6 tahun lalu yang membuat penglihatanku terganggu bahkan sampai tidak bisa melihat, karena sedih akhirnya aku memutuskan tinggal menepi dengan nenek di kampung. mama dan papa juga
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status