" Mbook, Mbok Sum nanti masakin khusus buat Maya yaa, ini resepnya dan bahan yang digunakan harus yang berkualitas bagus" Maya menyerahkan daftar menu yang diinginkannya. Menyuruh mbok Sum untuk mengolahnya menjadi masakan."Kenapa tidak menyuruh koki khusus saja. Dia kan kaya raya. menyusahkan orang saja" Si mbok mengomel dalam hati. dia kesal setengah mati namun tetap harus bersikap biasa saja. Kalau tidak Maya akan marah dan membuat seluruh rumah tidak nyaman. " Untuk masalah uang gampang berapapun nanti saya kasih" Maya berucap tanpa melihat ekspresi mbok Sum yang cengo. Baru kali ini kesabarannya diuji oleh seorang tamu. Ayu keponakan mbok Sum membantu menyiapkan bahan bahan masakan juga ikut merasa kesal. " Ih mau makan enak kok merepotkan. kenapa tidak mau masak sendiri saja kalau menunya berbeda dengan masakan rumah ini. atau mending pesan saja ya mbok"Mbok Sum hanya diam, lagi lagi ia hanya bisa membatin. betapapun kesalnya ia tidak mengeluarkan unek uneknya. Sebulan sud
Pukul 03.00 wib Bagas membuka kelopak matanya. Sangat berat, ia masih sangat mengantuk. Perlahan bangun, lampu kamar sangat gelap. Ia berusaha melihat dengan jelas, terkejut. Ternyata ia masih di kamar utama, Tidur diatas ranjang empuk miliknya. Menoleh ke kanan dan kiri, disampingnya tidak ada siapa siapa. Berarti Dinara tidak tidur disini. Ah mungkin ia di kamar anak anak, karena tahu kalau Bagas tertidur di kamarnya. Badannya penuh dengan keringat kaos katun yang ia kenakan hampir basah. Kenapa ini? Tetapi ada yang aneh dengan dirinya. demam yang ia rasakan kemaren sudah reda. Ia sembuh dalam semalam. Ia mulai beranjak dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi. Untuk mandi dan keramas, rasanya gerah sekali. Ia tersenyum malu. Semalam rupanya ia bermimpi basah, dalam mimpinya yang samar ia melakukan hubungan suami istri dengan Diana. sangat panas dan dalam mimpinya Diana merintih kesakitan seperti malam pertama mereka, Ah seperti nyata suara desahan nikmat itu sampai terngiang ng
4 tahun kemudianSeorang wanita turun dari mobil bercat merah muda norak sekali pilihan warnanya. Ia tersenyum. menoleh ke belakang adakah yang memperhatikannya kali ini? Tidak ada. Parkiran sepi, Tidak seperti di tempat kerjanya dulu di kampus, banyak pasang mata yang memperhatikan kenorakan warna mobilnya. Hari ini Ia mendapat panggilan kerja di tempat yang baru. Dengan semangat 45 Ia memasuki sebuah gedung perkantoran di Jakarta. Bertanya ke petugas satpam yang terlihat ramah, diarahkan ke resepsionis dan akhirnya ia berada di sini di sebuah ruangan HRD dia sudah duduk selama 10 menit menunggu. Datang seorang wanita paruh baya membawa map dan menyapanya. " Selamat pagi, saya Diah kepala Bagian HRD di perusahaan ini. Apakan anda nona Dinara Sanjaya? yang akan melamar sebagai ahli gizi di perusahaan kami?" " Pagi, benar saya Dinara Sanjaya. Ini berkas pendukung untuk melengkapi Surat lamaran yang sudah masuk"" Baiklah, semua sudah lengkap sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
"Akhirnya waktunya pulang" Dinara tak sengaja berteriak senang karena berhasil melewati hari pertama kerja dengan baik mulai dari berkenalan dengan rekan kerja para koki dengan berbagai karakter mereka. Ia berharap semoga mereka bisa bekerja sama dengan baik. " Nona Dinara nanti pulang dengan siapa, mau kuantar? " Ucap pria jangkung yang bernama Usep. Ia adalah asisten koki. " Kebetulan jok belakang sepedaku kosong hari ini" Ucapnya sambil menaikkan kedua alisnya. " Jangan mau nona, dia play boy disini tiap hari ganti tuh yang bonceng motornya" Boy ikut nimbrung. ia asisten koki 2. " Tidak terimakasih saya bawa mobil sendiri" Ucap Dinara sopan. " Ha ha haa... rasain loo ditolak kaan" Boy tertawa terbahak bahak. Dinara tersenyum, Ia berjalan keluar dari gedung perkantoran menuju tempat parkir mencari mobil pink kesayangannya. ketemu. mobilnya terparkir apik ditempatnya ia mendengar suara HP nya berbunyi. menunduk untuk mengambil hp dan mengangkatnya dari pengasuh Naya, bik Asih.
Mobil Dinara berhenti di parkiran depan rumah kontrakan yang selama ini ia tempati bersama Naya. Turun dari mobil ia segera berlari menuju rumah. " Assalamualaikum, mama pulang" Ucapnya setelah membuka pintu. Terdengar suara kaki kecil berlari menghampirinya. Seorang anak berumur 4 tahun dengan rambut dikepang 2 membentangkan kedua tangannya untuk bersiap meraih tubuh mamanya. " Mamaaaa, Naya kangen tidak suka bermain sama bibi. sepi" naya kecil mencebik lucu bibirnya manyun seperti mulut bebek. Di umurnya memang seharusnya ia sudah sekolah. Dinara berencana menitipkan Naya ke Daycare biar ia punya banyak teman. Selama ia kuliah Naya hanya dititipkan sama bibi Asih yang juga pemilik rumah kontrakan yang ia tempati. Orangnya sangat baik dan keibuan. Tapi seiring bertambahnya usia Naya ia sudah ingin punya banyak teman. Besok ia akan mendaftarkan Naya. Ia sudah menyiapkan semua dokumennya. " Besok Naya mama daftarkan ke sekolah mau? disana banyak teman. selama mama kerja Naya bisa b
" Maaa, Mana baju yang harus Naya pakai?" Naya berteriak dari dalam kamar sementara Dinara di dalam kamar mandi, Ia hari ini agak kesiangan. Jadi tadi belum menyiapkan baju Naya. Ia keburu mandi. " Maaf Nay, pakai baju yang Naya suka aja yaa. Nanti baru dapat seragam nak". Teriaknya dari dlama kamar mandi. " Iyaa Ma, Naya pilih sendiri ya" Ucapnya sedikit lesu namun hanya sementara ia berubah mood seketika. " Horee akhirnya sekolah" Ucapnya lagi dengan senyuman yang mengembang. Yang di dalam kamar mandi ikut tersenyum. *******"Naya nanti ikut mama ke kantor yaa, setelah itu kita daftar sekolah". Dinara akan mengajak Naya ke kantor dulu, dia berencana meminta ijin untuk mendaftarkan anaknya sekolah. Biarlah urusan nanti jika ia dimaki, karena berbuat ulah di hari ke dua ia bekerja. ia berjanji akan mengganti jam kerja yang terpakai ketika ijin dengan bekerja lembur. Yang terpenting Naya harus mendapatkan sekolahnya dulu. Hari ini karena kesiangan Naya cuma mendapat sarapan roti
TingSuara pintu lift menuju lantai atas gedung perkantoran ini berbunyi. Pintu terbuka. Semua karyawan berebut masuk, Dinara pun ikut bersiap masuk, namun ia terdorong lagi keluar. " Maaf mbak Rara, kami yang duluan antri jadi mbak nunggu lagi yaa" Boy spontan berbicara dengan sangat keras membuat semua orang menoleh kepada mereka berdua, tak terkecuali si Bagas yang masih setia berdiri di depan pintu lift khusus Direktur. Kenapa dia belum beranjak dari tadi, karena ia mengawasi tingkah polah para bawahannya secara langsung. mereka yang sedang diawasi langsung kicep dan diam. " Tapi.... " Dinara memelas" Maaf mbak.., sampai ketemu lagi nanti"" Yaaak tunggu ... " Tangan dinara hampir meraih pintu namun Naya menahannya. Gadis kecil itu menarik baju Dinara. " Ma, kenapa tidak lewat lift sebelah itu kan tidak antri". Naya mulai berbicara dengan polosnya. Ia menunjuk lift Direktur. " Naya, tidak boleh itu lift khusus untuk para pemilik gedung ini" Dinara jongkok mensejajarkan tinggi
Bagas povHari ini aku sengaja berangkat siang, menunggu si kembar berangkat sekolah. Sangat sedih rasanya mengetahui mereka besar tanpa seorang ibu. Dan aku masih mencarinya, namun sampai sekarang belum juga ketemu, aku yakin suatu saat nanti jika waktunya tiba dia akan kembali. Aku akan menanyakan alasan ia menghilang. Apakah aku telah berbuat kesalahan fatal. Malam sebelum ia menghilang aku tak mengingat kejadian apapun. aku sedang demam dan hanya ingin tidur, saat itu aku sangat merindukan kebersamaanku dengan almarhum Diana. Saat aku sakit Diana selalu merawatku. Hanya itu yang aku ingat. Doni, asistenku mengatakan sejak kemaren ada ahli gizi baru menggantikan yang lama. Sejak Dinara pergi, nafsu makan ku terganggu. aku memutuskan meninggalkan kantor lama untuk di pegang Bayu. Sekarang sudah 3 tahun lebih aku memegang perusahaan keluarga. Bunda sangat senang akhirnya aku mengurus perusahaan sendiri. Aku sengaja pindah agar berganti suasana, bisa melupakan rasa galauku ditinggal