"Akhirnya waktunya pulang" Dinara tak sengaja berteriak senang karena berhasil melewati hari pertama kerja dengan baik mulai dari berkenalan dengan rekan kerja para koki dengan berbagai karakter mereka. Ia berharap semoga mereka bisa bekerja sama dengan baik. " Nona Dinara nanti pulang dengan siapa, mau kuantar? " Ucap pria jangkung yang bernama Usep. Ia adalah asisten koki. " Kebetulan jok belakang sepedaku kosong hari ini" Ucapnya sambil menaikkan kedua alisnya. " Jangan mau nona, dia play boy disini tiap hari ganti tuh yang bonceng motornya" Boy ikut nimbrung. ia asisten koki 2. " Tidak terimakasih saya bawa mobil sendiri" Ucap Dinara sopan. " Ha ha haa... rasain loo ditolak kaan" Boy tertawa terbahak bahak. Dinara tersenyum, Ia berjalan keluar dari gedung perkantoran menuju tempat parkir mencari mobil pink kesayangannya. ketemu. mobilnya terparkir apik ditempatnya ia mendengar suara HP nya berbunyi. menunduk untuk mengambil hp dan mengangkatnya dari pengasuh Naya, bik Asih.
Mobil Dinara berhenti di parkiran depan rumah kontrakan yang selama ini ia tempati bersama Naya. Turun dari mobil ia segera berlari menuju rumah. " Assalamualaikum, mama pulang" Ucapnya setelah membuka pintu. Terdengar suara kaki kecil berlari menghampirinya. Seorang anak berumur 4 tahun dengan rambut dikepang 2 membentangkan kedua tangannya untuk bersiap meraih tubuh mamanya. " Mamaaaa, Naya kangen tidak suka bermain sama bibi. sepi" naya kecil mencebik lucu bibirnya manyun seperti mulut bebek. Di umurnya memang seharusnya ia sudah sekolah. Dinara berencana menitipkan Naya ke Daycare biar ia punya banyak teman. Selama ia kuliah Naya hanya dititipkan sama bibi Asih yang juga pemilik rumah kontrakan yang ia tempati. Orangnya sangat baik dan keibuan. Tapi seiring bertambahnya usia Naya ia sudah ingin punya banyak teman. Besok ia akan mendaftarkan Naya. Ia sudah menyiapkan semua dokumennya. " Besok Naya mama daftarkan ke sekolah mau? disana banyak teman. selama mama kerja Naya bisa b
" Maaa, Mana baju yang harus Naya pakai?" Naya berteriak dari dalam kamar sementara Dinara di dalam kamar mandi, Ia hari ini agak kesiangan. Jadi tadi belum menyiapkan baju Naya. Ia keburu mandi. " Maaf Nay, pakai baju yang Naya suka aja yaa. Nanti baru dapat seragam nak". Teriaknya dari dlama kamar mandi. " Iyaa Ma, Naya pilih sendiri ya" Ucapnya sedikit lesu namun hanya sementara ia berubah mood seketika. " Horee akhirnya sekolah" Ucapnya lagi dengan senyuman yang mengembang. Yang di dalam kamar mandi ikut tersenyum. *******"Naya nanti ikut mama ke kantor yaa, setelah itu kita daftar sekolah". Dinara akan mengajak Naya ke kantor dulu, dia berencana meminta ijin untuk mendaftarkan anaknya sekolah. Biarlah urusan nanti jika ia dimaki, karena berbuat ulah di hari ke dua ia bekerja. ia berjanji akan mengganti jam kerja yang terpakai ketika ijin dengan bekerja lembur. Yang terpenting Naya harus mendapatkan sekolahnya dulu. Hari ini karena kesiangan Naya cuma mendapat sarapan roti
TingSuara pintu lift menuju lantai atas gedung perkantoran ini berbunyi. Pintu terbuka. Semua karyawan berebut masuk, Dinara pun ikut bersiap masuk, namun ia terdorong lagi keluar. " Maaf mbak Rara, kami yang duluan antri jadi mbak nunggu lagi yaa" Boy spontan berbicara dengan sangat keras membuat semua orang menoleh kepada mereka berdua, tak terkecuali si Bagas yang masih setia berdiri di depan pintu lift khusus Direktur. Kenapa dia belum beranjak dari tadi, karena ia mengawasi tingkah polah para bawahannya secara langsung. mereka yang sedang diawasi langsung kicep dan diam. " Tapi.... " Dinara memelas" Maaf mbak.., sampai ketemu lagi nanti"" Yaaak tunggu ... " Tangan dinara hampir meraih pintu namun Naya menahannya. Gadis kecil itu menarik baju Dinara. " Ma, kenapa tidak lewat lift sebelah itu kan tidak antri". Naya mulai berbicara dengan polosnya. Ia menunjuk lift Direktur. " Naya, tidak boleh itu lift khusus untuk para pemilik gedung ini" Dinara jongkok mensejajarkan tinggi
Bagas povHari ini aku sengaja berangkat siang, menunggu si kembar berangkat sekolah. Sangat sedih rasanya mengetahui mereka besar tanpa seorang ibu. Dan aku masih mencarinya, namun sampai sekarang belum juga ketemu, aku yakin suatu saat nanti jika waktunya tiba dia akan kembali. Aku akan menanyakan alasan ia menghilang. Apakah aku telah berbuat kesalahan fatal. Malam sebelum ia menghilang aku tak mengingat kejadian apapun. aku sedang demam dan hanya ingin tidur, saat itu aku sangat merindukan kebersamaanku dengan almarhum Diana. Saat aku sakit Diana selalu merawatku. Hanya itu yang aku ingat. Doni, asistenku mengatakan sejak kemaren ada ahli gizi baru menggantikan yang lama. Sejak Dinara pergi, nafsu makan ku terganggu. aku memutuskan meninggalkan kantor lama untuk di pegang Bayu. Sekarang sudah 3 tahun lebih aku memegang perusahaan keluarga. Bunda sangat senang akhirnya aku mengurus perusahaan sendiri. Aku sengaja pindah agar berganti suasana, bisa melupakan rasa galauku ditinggal
Siang pukul 12.00 Dinara baru kembali ke kantor. Dia sudah menyelesaikan pendaftaran sekolah Naya di sekolah plus daycare yang memudahkan Dinara ketika harus kerja dan lembur. Jadilah tidak perlu khawatir tentang perkembangan pendidikan Naya. Bahkan ia bisa langsung ditinggal disana. Tadi ia senang sekali bisa bertemu guru yang baik dan mulai mendapat teman baru. " Mbak Rara, bagaimana tadi kok bisa mendapat ijin dengan mudah? " Pria jangkung itu bertanya. Kini mereka ada di kantin di jam istirahat. Dinar masih belum membuat resep khusus untuk bos besar. Ia butuh data mengenai makanan apa saja yang disukai atau tidak. Nanti ia akan menemui dan meminta beliau untuk mengisi beberapa pertanyaan tentang itu. "Alhamdulillah dapat ijin. tapi nanti diganti lembur" Mereka sedang menyiapkan menu makan siang di kantin. " Tapi masih heran sih, biasanya gak boleh loo mbak, brarti mbak ini spesial deh" Boy dengan enteng bicara seperti itu dengan menaik naikkan kedua alisnya. " Makanan kesukaa
" Ya? " Dinara menoleh. Focus matanya tertuju pada pergelangan tangan yang dipegang bosnya.Bagas masih diam. dia tetap kuat memegang pergelangan tangan Dinara. Semua mata di kantin tertuju pada mereka. Tegang, suasana menjadi sunyi. " Maaf Tuan, ada apa? " Dia sedikit menarik tangannya namun gagal. gengaman tangan semakin kuat. "tetap disini, temani aku makan" Ucapnya dingin. " Tapi saya harus kembali ke dapur" Dinara sengaja menolak Dia tidak nyaman dengan situasi yang sekarang terjadi. semua karyawan yang ada di kantin menghentikan aktifitasnya dan menanti kejadian selanjutnya.Bagas tau Dinara tidak nyaman. Reflek ia teriak. " Semua, lanjutkan aktifitas masing masing. jangan kepo" Semua orang langsung kaget dengan suara bass Bagas, mereka langsung melanjutkan aktifitas masing masing walaupun sesungguhnya sangat kepo sekali dengan bosnya ini. Selama ini beredar rumor bahwa Bagas selama ini adalah suami yang kesepian karena ditinggal sang istri. sudah banyak wanita yang berusah
" Mas.. mas Bagas? " Hanya itu yang pertama keluar dari mulut Dinara. keduanya masih saling menempel. Bagas semakin erat memeluk tubuh ramping Dinara dengan kedua tangan kokohnya. Ia menyalurkan semua perasaan yang selama ini ia simpan. Rasa kangen, penasaran, malu, benci dan cinta menumpuk menjadi satu. " Akhirnya kamu mengenaliku, mengapa kamu pergi Ra? apa alasanmu, jelaskan" Tatapan nya tajam tertuju pada mata indah Dinara. tangannya mulai membuka masker penutup wajah Dinara. Akhirnya wajah ayu itu terlihat jelas. memerah semburat di pipi mulusnya. " Sekarang kamu memakai hijab, aku sempat tidak mengenalimu. Kamu semakin cantik". Ia mengelus pipi yang memerah itu. " Mas, maaf" Hanya itu yang Dinara ucapkan. ia menunduk bingung mau menjelaskan bagaimana kepada pria di depannya ini. " Aku masih suami sahmu, kita masih sah suami istri. aku mencarimu kemanapun selama ini, kamu seperti hilang ditelan bumi. Kenapa kamu meninggalkan kami, apa salahku. kamu tidak kangen anak anak?"Ma