Di pantri tadi Dinara mengambil segelas air putih, Ditemani mbok Sum yang sedang mencuci piring di dapur kotor. Ia duduk sendirian, ingin rasanya keluar menemui teman teman mas Bagas, tetapi tadi tidak diperbolehkan. katanya menunggu waktu yang tepat. Hatinya sedikit kecewa. tapi tidak mau membantah keinginan suami. Takut kualat nanti. Sedikit demi sedikit air di gelasnya mulai habis. Ia memejamkan mata, tarikan napas panjang membuatnya rileks. Tiba tiba terlintas penglihatan seorang pria tampan tersenyum padanya, perawakannya mirip mas Bagas, kulitnya sedikit gelap. sangat manis. Di ingatannya waktu itu ia sempat terjatuh dan kakinya kotor. pria manis itu menolongnya dan meminjamkan saputangan berwarna navy untuk membersihkan sedikit luka di kaki Dinara. " Ingatan apa ini? siapa pria itui? apakah pria dengan inisial "BA"? Dinara bergumam sendiri. tangannya ia ketuk ketukkan di atas meja pantry. sayup sayup terdengar percakapan dari ruang tamu." Gas, bagaimana kalau aku bekerja di
Sekarang seluruh penghuni rumah Bagas berkumpul di Gazebo taman belakang dekat kolam. Gadis yang memakai dress putih menunduk sedikit takut. mbok Sum berada di sebelahnya. merangkul. Bagas, Bayu, Maya, mbak Sita dan mbak Lia semua memandang gadis baru tersebut. Tentu saja Bagas penasaran kenapa yang ia sangka tadi Dinara malah menjadi gadis lain yang belum pernah ia temui sama sekali. Ia kemudian melirik ke jendela kamar atas, lampu kamar mereka menyala. dan ada sedikit bayangan seseorang yang terlihat dari bawah. Ia bernapas lega. Dinara aman berada di dalam kamarnya. " Mbok, ayoo tolong jelaskan siapa gadis ini mbok? apa mbok Sum kenal? " Bagas mulai bertanya kepada mbok Sum, yang dari tadi memang terlihat begitu gelisah. " Tuan maaf, saya lancang. Gadis ini keponakan saya dari kampung. baru saja tiba sore hari. Tadi saya mau menemui Tuan untuk minta ijin tetapi karena non.... ""Siapa namanya mbok, dan untuk apa dia berada di sini? Bagas langsung memotong penjelasan mbok Sum ya
Maya adalah teman kuliah Bagas. sejak pertama kali bertemu di kantin kampus ia sangat menyukai pria itu. Sayangnya Bagas hanya menganggap sebagai teman biasa tidak pernah ada perasaan lebih. Maya sangat terobsesi untuk mendapatkan cinta Bagas walaupun ia mengetahui dengan jelas kalau pria itu memberi sinyal penolakan. Prinsipnya sebelum janur kuning melengkung ia akan terus berusaha dengan gigih. apalagi Bagas sangat menjaga hubungan dengan wanita manapun. sampai akhirnya ketika Bagas menemukan belahan jiwanya dan memutuskan menikah iapun sempat depresi. Keluarga Maya memutuskan untuk mengobati maya di Luar negeri. Terakhir kabarnya ia pergi ke Jerman untuk terapi dan sempat bekerja disana. Namun berita meninggalnya Diana langsung membuat wanita itu kembali ke Indonesia secepatnya. Ia berharap Bagas bisa menerima cintanya kali ini. Sayang sekali ia terlambat lagi. ******Di dalam kamar sendirian, hatinya sedikit gelisahseperti ada sebuah firasat buruk. Dinara membuka HP nya dan men
"Ma... maaam maam... iiii.... aanaaan" bocah gembul itu terus mengoceh dari pagi. Ia sekarang sedang duduk di atas kursi makan bayi. mbak Lia menyuapinya di kamar. " brruuuuurruuur" menyemburkan semua makanan yang disuapkan ke mulutnya. "kaka Raja lebih baik dikunyah yaa noo sembur sembur" Lia dengan telaten membersihkan makanan di wajah Raja. "ma maaam maa maa" lagi raja mengoceh. " iya ini lagi maem sayur sop dan telur biar tambah sehat dan pintar anak ganteng" Raja, sejak bangun tidur mulai mengoceh dan ramai. tetapi yang membuat Lia heran kata yang diucapkan tetap sama. yaitu " mam mama maa" apakah ia mencari mama nya? memang mulai kemaren mereka tidak bermain dengan Dinara yang mengalami PMS. " Raja nyari mama?" Lia mengajak bocah itu berbicara Raut wajah Raja berubah senyum memenuhi wajahnya, binar mata itu penuh cinta. " Ahhh jadi kangen mama yaa, sssttt mama ada di kamarnya, mau ke sana? ayuuuk mbak Lia antar".******Maya sangat bahagia semalam bisa makan malam bersam
Dinara mendapat tamu kecil di kamarnya. Raja sangat menggemaskan pagi ini. Ia menempel terus padanya. Tadi ketika ia selesai mandi dan menyisir rambutnya seseorang mengetuk pintu. Waspada Dinara bertanya" Siapa? " " Ini Raja nyonya, pengen ketemu mama katanya"." Iya sebentar Raja"Membuka pintu perlahan, menyembul wajah bulat pipi bakpao milik Raja, senyumnya langsung terkembang. " Mammm maaa" " Sini sayang, mama gendong. kangen Raja.. maafin mama kemaren kurang enak badan yaa sayang, jadi gak bisa maen sama kalian" Tak henti ia mencium sayang anak sambungnya ini. " Masuk Lia, disini temani kita bermain" ucapnya ramah. " Iya nyonya" Mbak Lia patuh. memang dia harus masuk supaya nona Maya tidak curiga. mereka bertiga masuk ke kamar utama rumah ini. Hal ini pertama bagi Lia memasuki kamar utama yang diperbolehkan masuk hanya pemilik rumah saja. Lia memperhatikan detail seluruh ruangan yang sangat rapi dan bersih. Ada foto pengantin dia atas dipan besar itu. Namun yang membuat L
Bagas focus di depan laptop menyelesaikan pekerjaannya. Seseorang masuk ruangan tanpa mengetuk. Siapa lagi yang berani seperti itu di perusahaan kalau bukan Bayu. Pria itu masuk membawa beberapa map di tangannya. " Pagi Bro, bagaimana harimu? bahagia atau malah ngenes?. Kalau dari pengamatan mata elang Bayu yang tampan ini, loo sedang dalam kondisi paling ngenes... haa.. haaa.... haaa"" Diam, dan bantu selesaikan kerjaan" Bagas tidak menoleh sedikitpun. air muka nya benar benar mengerikan pagi ini. Bayu sampai tertawa terpingkal pingkal. " Eh broo, bagaimana dengan istri loo semalam? apa yang terjadi". Bayu penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya ini. " Ruwet apalagi ada Maya, dobel masalah. loo kalo gak bisa bantu mending diam"." Ok... kalem broo, semoga lekas beres dah masalah loo"." Bayu, loo mau bantu gua? " Akhirnya Bagas menatap wajah Bayu dengan wajah yang memohon pertolongan." Kok gua? harus apa gua kan itu masalah rumah tangga loo"" Bisa"" Apaan?" Walaup
Maya terhuyung dan hampir jatuh pingsan. Tapi seseorang berhasil menolongnya. Dinara yang tadi refleks segera menurunkan Ratu di lantai dan segera menolong Maya yang hampir terjatuh. " mbok Sum, Ayu bantu papah nona Maya ke dalam" Titahnya kepada mbok Sum dan Ayu. " Mbak Lia, minta tolong Ratu digendong masuk juga" " Iyaa Nyaaa... " kompak mereka menyahut. " Bawa ke ruang keluarga biar nona Maya bisa rebahan, bikinin teh hangat yaa"Maya yang sedang dipapah Dinara terus memandang wajah gadis ayu tersebut. Ia benar benar tidak menyangka ada kembaran Diana yang sangat mirip, Identik dan tidak bisa dibedakan. Ia marah dengan keadaan yang mempermainkannya. Ia mengira saat ini adalah waktu yang tepat buatnya maju mendekati Bagas. Namun ini apa? suara lembut wanita ini menggagetkan Maya. " Eh iya itu telepon masih terhubung atau sudah putus? coba dilihat mbok" Ucap Dinara sambil berjalan membopong Maya yang lemas." Masih non. belum dimatikan sama Tuan"Dinara paham dan memberi kode ke
"Baiklah.....Maya adalah wanita terhormat. aku tidak boleh kalah dengan gadis biasa. aku tidak akan histeris dan menangis. Mulai sekarang aku akan berjuang dengan adil. Jika merujuk dari ceritamu tadi. berarti kalian masih belum memiliki hubungan yang serius ya kan?". Maya berusaha berpikir positif. sambil menghembuskan napas nya, ia berusaha membuat dirinya sendiri tenang. " Benar nona, kami baru bertemu setelah kak Diana meninggal lalu dinikahkan oleh orang tua kami"Maya mengeratkan kepalan tangannya. Hanya di mulut saja ia berkata kuat dan tidak kalah. Namun kenyataannya Dinara sudah 1 langkah di depan dirinya. " Baiklah semua, biarkan nona Maya istirahat di kamar tamu". Semua orang yang ada di ruang keluarga tersebut mengangguk. Mbok Sum tadi sempat dikirimi pesan oleh Bagas agar membuat Maya tenang dan menjaga emosinya agar jangan sampai ia histeris. Dinara yang diberitahu mbok Sum mengerti. Dan iapun memerintahkan semua orang untuk bersabar menghadapi nona Maya. " Kita tung