Dinara mendapat tamu kecil di kamarnya. Raja sangat menggemaskan pagi ini. Ia menempel terus padanya. Tadi ketika ia selesai mandi dan menyisir rambutnya seseorang mengetuk pintu. Waspada Dinara bertanya" Siapa? " " Ini Raja nyonya, pengen ketemu mama katanya"." Iya sebentar Raja"Membuka pintu perlahan, menyembul wajah bulat pipi bakpao milik Raja, senyumnya langsung terkembang. " Mammm maaa" " Sini sayang, mama gendong. kangen Raja.. maafin mama kemaren kurang enak badan yaa sayang, jadi gak bisa maen sama kalian" Tak henti ia mencium sayang anak sambungnya ini. " Masuk Lia, disini temani kita bermain" ucapnya ramah. " Iya nyonya" Mbak Lia patuh. memang dia harus masuk supaya nona Maya tidak curiga. mereka bertiga masuk ke kamar utama rumah ini. Hal ini pertama bagi Lia memasuki kamar utama yang diperbolehkan masuk hanya pemilik rumah saja. Lia memperhatikan detail seluruh ruangan yang sangat rapi dan bersih. Ada foto pengantin dia atas dipan besar itu. Namun yang membuat L
Bagas focus di depan laptop menyelesaikan pekerjaannya. Seseorang masuk ruangan tanpa mengetuk. Siapa lagi yang berani seperti itu di perusahaan kalau bukan Bayu. Pria itu masuk membawa beberapa map di tangannya. " Pagi Bro, bagaimana harimu? bahagia atau malah ngenes?. Kalau dari pengamatan mata elang Bayu yang tampan ini, loo sedang dalam kondisi paling ngenes... haa.. haaa.... haaa"" Diam, dan bantu selesaikan kerjaan" Bagas tidak menoleh sedikitpun. air muka nya benar benar mengerikan pagi ini. Bayu sampai tertawa terpingkal pingkal. " Eh broo, bagaimana dengan istri loo semalam? apa yang terjadi". Bayu penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya ini. " Ruwet apalagi ada Maya, dobel masalah. loo kalo gak bisa bantu mending diam"." Ok... kalem broo, semoga lekas beres dah masalah loo"." Bayu, loo mau bantu gua? " Akhirnya Bagas menatap wajah Bayu dengan wajah yang memohon pertolongan." Kok gua? harus apa gua kan itu masalah rumah tangga loo"" Bisa"" Apaan?" Walaup
Maya terhuyung dan hampir jatuh pingsan. Tapi seseorang berhasil menolongnya. Dinara yang tadi refleks segera menurunkan Ratu di lantai dan segera menolong Maya yang hampir terjatuh. " mbok Sum, Ayu bantu papah nona Maya ke dalam" Titahnya kepada mbok Sum dan Ayu. " Mbak Lia, minta tolong Ratu digendong masuk juga" " Iyaa Nyaaa... " kompak mereka menyahut. " Bawa ke ruang keluarga biar nona Maya bisa rebahan, bikinin teh hangat yaa"Maya yang sedang dipapah Dinara terus memandang wajah gadis ayu tersebut. Ia benar benar tidak menyangka ada kembaran Diana yang sangat mirip, Identik dan tidak bisa dibedakan. Ia marah dengan keadaan yang mempermainkannya. Ia mengira saat ini adalah waktu yang tepat buatnya maju mendekati Bagas. Namun ini apa? suara lembut wanita ini menggagetkan Maya. " Eh iya itu telepon masih terhubung atau sudah putus? coba dilihat mbok" Ucap Dinara sambil berjalan membopong Maya yang lemas." Masih non. belum dimatikan sama Tuan"Dinara paham dan memberi kode ke
"Baiklah.....Maya adalah wanita terhormat. aku tidak boleh kalah dengan gadis biasa. aku tidak akan histeris dan menangis. Mulai sekarang aku akan berjuang dengan adil. Jika merujuk dari ceritamu tadi. berarti kalian masih belum memiliki hubungan yang serius ya kan?". Maya berusaha berpikir positif. sambil menghembuskan napas nya, ia berusaha membuat dirinya sendiri tenang. " Benar nona, kami baru bertemu setelah kak Diana meninggal lalu dinikahkan oleh orang tua kami"Maya mengeratkan kepalan tangannya. Hanya di mulut saja ia berkata kuat dan tidak kalah. Namun kenyataannya Dinara sudah 1 langkah di depan dirinya. " Baiklah semua, biarkan nona Maya istirahat di kamar tamu". Semua orang yang ada di ruang keluarga tersebut mengangguk. Mbok Sum tadi sempat dikirimi pesan oleh Bagas agar membuat Maya tenang dan menjaga emosinya agar jangan sampai ia histeris. Dinara yang diberitahu mbok Sum mengerti. Dan iapun memerintahkan semua orang untuk bersabar menghadapi nona Maya. " Kita tung
Sekarang Bagas, Dinara, Maya dan Bayu berkumpul di ruang keluarga. Bagas duduk bersebelahan dengan istrinya. Keduanya sekarang mendapat tatapan tajam dari 2 orang dihadapan mereka. Bayu tak kalah syok melihat wajah ayu Dinara. Ia langsung teringat almarhumah. " Kamu saudari kembar Diana? Tapi kenapa dia tidak pernah cerita? Kamu selama ini dimana?" Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Bayu. Wajah yang sama yang juga sangat penasaran masih terlihat jelas diwajah Maya. ia ingin mendapat jawaban lagi yang lebih detail dihadapan semua orang. " Mas? " Dinara menoleh kepada Bagas meminta persetujuan Bagas menganggukkan kepala. tanda setuju. " Baik mas, Perkenalkan namaku Dinara, aku kembar identik dengan kak Diana. kami sangat dekat bahkan sering bertukar peran ketika masa sekolah. namun terjadi kecelakaan 6 tahun lalu yang membuat penglihatanku terganggu bahkan sampai tidak bisa melihat, karena sedih akhirnya aku memutuskan tinggal menepi dengan nenek di kampung. mama dan papa juga
" Mbook, Mbok Sum nanti masakin khusus buat Maya yaa, ini resepnya dan bahan yang digunakan harus yang berkualitas bagus" Maya menyerahkan daftar menu yang diinginkannya. Menyuruh mbok Sum untuk mengolahnya menjadi masakan."Kenapa tidak menyuruh koki khusus saja. Dia kan kaya raya. menyusahkan orang saja" Si mbok mengomel dalam hati. dia kesal setengah mati namun tetap harus bersikap biasa saja. Kalau tidak Maya akan marah dan membuat seluruh rumah tidak nyaman. " Untuk masalah uang gampang berapapun nanti saya kasih" Maya berucap tanpa melihat ekspresi mbok Sum yang cengo. Baru kali ini kesabarannya diuji oleh seorang tamu. Ayu keponakan mbok Sum membantu menyiapkan bahan bahan masakan juga ikut merasa kesal. " Ih mau makan enak kok merepotkan. kenapa tidak mau masak sendiri saja kalau menunya berbeda dengan masakan rumah ini. atau mending pesan saja ya mbok"Mbok Sum hanya diam, lagi lagi ia hanya bisa membatin. betapapun kesalnya ia tidak mengeluarkan unek uneknya. Sebulan sud
Pukul 03.00 wib Bagas membuka kelopak matanya. Sangat berat, ia masih sangat mengantuk. Perlahan bangun, lampu kamar sangat gelap. Ia berusaha melihat dengan jelas, terkejut. Ternyata ia masih di kamar utama, Tidur diatas ranjang empuk miliknya. Menoleh ke kanan dan kiri, disampingnya tidak ada siapa siapa. Berarti Dinara tidak tidur disini. Ah mungkin ia di kamar anak anak, karena tahu kalau Bagas tertidur di kamarnya. Badannya penuh dengan keringat kaos katun yang ia kenakan hampir basah. Kenapa ini? Tetapi ada yang aneh dengan dirinya. demam yang ia rasakan kemaren sudah reda. Ia sembuh dalam semalam. Ia mulai beranjak dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi. Untuk mandi dan keramas, rasanya gerah sekali. Ia tersenyum malu. Semalam rupanya ia bermimpi basah, dalam mimpinya yang samar ia melakukan hubungan suami istri dengan Diana. sangat panas dan dalam mimpinya Diana merintih kesakitan seperti malam pertama mereka, Ah seperti nyata suara desahan nikmat itu sampai terngiang ng
4 tahun kemudianSeorang wanita turun dari mobil bercat merah muda norak sekali pilihan warnanya. Ia tersenyum. menoleh ke belakang adakah yang memperhatikannya kali ini? Tidak ada. Parkiran sepi, Tidak seperti di tempat kerjanya dulu di kampus, banyak pasang mata yang memperhatikan kenorakan warna mobilnya. Hari ini Ia mendapat panggilan kerja di tempat yang baru. Dengan semangat 45 Ia memasuki sebuah gedung perkantoran di Jakarta. Bertanya ke petugas satpam yang terlihat ramah, diarahkan ke resepsionis dan akhirnya ia berada di sini di sebuah ruangan HRD dia sudah duduk selama 10 menit menunggu. Datang seorang wanita paruh baya membawa map dan menyapanya. " Selamat pagi, saya Diah kepala Bagian HRD di perusahaan ini. Apakan anda nona Dinara Sanjaya? yang akan melamar sebagai ahli gizi di perusahaan kami?" " Pagi, benar saya Dinara Sanjaya. Ini berkas pendukung untuk melengkapi Surat lamaran yang sudah masuk"" Baiklah, semua sudah lengkap sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
" Gila, tadi benar Dinara yang kemaren kita bentak? Kenapa tadi dia jalan dibelakang bos? Apa yang terjadi? Hah" Seorang wanita mengamuk, ia mengoceh sendiri mengeluarkan kekesalannyaDia adalah Sari pegawai personalia yang sempat membentak Dinara ketika Dinara ijin untuk cuti waktu itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat hari ini. berbeda dengan Mayang, yang sejak awal mengetahui kalau Dinara adalah wanita yang sedang dekat dengan Bagas.Mayang geram, hatinya panas. Ia mengumpat dalam hati. Ia sudah tau kalau hari ini pasti terjadi, namun ia tidak menyangka akan secepat ini. Pensil yang ia pegang sampai patah dalam gengamannya" Mayang, kamu kenapa? Kamu tidak kaget dengan apa yang kita lihat tadi? Kamu sudah tau ya? Hah" Seorang wanita menyerang Mayang dengan pertanyaan bertubi tubi, Mayang tersadar dan langsung merubah ekspresinya menjadi biasa saja. " Oh.. Gak mbak, saya juga kaget kok beneran.. Ternyata bos kita sekarang sudah ada yang memikat hatinya.. Waah kita kalah
Suasana di perusahaan langsung hening. Semua karyawan dan staf kantor melongo melihat rombongan yang baru saja melewati mereka. Bagas sudah mulai masuk kerja tapi masih menggunakan kursi roda. Istrinya, Dinara berjalan dibelakangnya. Ia mendorong kursi roda milik Bagas. Dinara yang merasa diperhatikan cukup risih namun ia bertahan.Tidak lupa dua orang pengawal berbadan kekar selalu berjaga disampingBagas masih dalam mode siaga karena masih banyak musuh yang mengincar keselamatannya. Keduanya sudah masuk kedalam kantor utama milik direksi. Bagas dengan perlahan pindah dari kursi roda kursi kerjanya. "Sayang, kamu disini saja temanin aku kalau bisa jadi sekretaris pribadiku" Dinara diam, ia membantu Bagas berpindah. "Kenapa ya tadi para pegawai melihat kamu seperti itu? Apakah mereka kagum dengan kecantikanmu? "Dinara paham apa yang dimaksud Bagas namun ia masih diam. Sekarang ia berada di kantor sudah tidak bekerja sebagai ahli gizi lagi. Bunda bilang sudah ada ahli gizi baru ya
"Mama, papa, Ratu seneng banget akhirnya keluarga kita kumpul banyak lagi.. Ratu juga sekarang punya adek yang cantik.. Ya kan Naya? " Ratu menguyel wajah Naya yang tembam"Alhamdulillah ya dek kalau adek senang"Dinara dengan cekatan mengambilkan makanan kesukaan Bagas dan meletakkan piring berisi makanan penuh di meja depan Bagas langsung. Raja, Ratu sudah bisa mengambil sendiri perlahan dibantu mbok Sum dan Ayu. Giliran Naya yang diambilkan oleh Dinara. " Aku harus berpura pura baik baik saja di depan mereka, hanya istriku yang tahu aku hilang ingatan. Kalau berita ini tersebar tidak baik untuk keberlangsungan posisi saham di perusahaan" bagas mengunyah makanan dan berbicara dalam hati. Bunda datang, beliau datang bersama paman. " Nak, ada hal penting yang akan bunda bicarakan setelah selesai makan ini. Kalian berdua nanti kita bicara di ruang kerja Bagas. Karena ini hal yang sangat penting. Tentang keselamatan keluarga kita dan juga keberlangsungan perusahaanKeduanya menganggu
"Mama... Mama Rara, Naya pulang.. " Suara cempreng Naya membuat Dinara kaget. Saat ini dia sedang melamun. Dengan masih mengenakan mukena ia bangun dari sajadah dan menghampiri Naya, anak angkatnya itu. Dinara tadi sedang sholat maghrib di kamar atas. Ia duduk lama di hamparan sajadahnya entah berdoa atau melamun. Ia tersenyum melihat anak kecil yang menganggapnya ibu sejak ia kecil. " naya sudah pulang?" Mama... Naya kangen deh, maa Naya mau cerita tadi Naya dapat teman baru namanya Farel.. Dia baik banget Ma, coba mama bisa ngantar Naya, nanti naya kenalin Ma" Naya dengan semangat bercerita tentang kegiatannya di sekolahNaya gadis yang pintar, ia pandai membaca situasi ia tahu mama angkatnya ini sedang sedih dan banyak pikiran jadi ia menjadi lebih cerewet untuk mengalihkan kesedihannya. " Ma.. Papa Bagas sudah pulang ya, tadi Naya mau ketemu tapi ada dua paman di depan kamarnya.. Naya gak berani masuk, besok saja".Dinara hanya mengangguk saja. Pikirannya belum sepenuhnya kem
"Bagas kangen Diana bun, sudah lama walau gak ketemu seminggu ini kok rasanya seperti setahun yaa" Ia tersipu malu mengungkapkan perasaannya.Bunda yang tepat duduk disebelah Bagas sedikit kaget, beliau membelalakkan matanya ke arah pintu masuk ruang tamu dimana Dinara sudah berdiri bersama si kembar. Mereka semua melongo mendengar ucapan Bagas barusan. Bunda yang cepat tanggap langsung mencairkan suasana dengan memanggil kedua cucu nya"Eh cucu kesayangan princess sudah pulang, sini nak papa sudah balik dalam keadaan sehat. Sini mendekat nak, papa kangen katanya" bagas di sebelah pun ikut menoleh.Aura sumringah langsung terpancar ketika melihat kedua buah hatinya. Ratu yang pertama berhambur ke pelukan Bagas. Sedikit membuat Bagas terpentel ke punggung sofa, ia tertawa. "Pelan pelan dek, papa sampai terpental ini loo". Ratu masih membenamkan wajahnya di dada bidang Bagas, ia menangis tanpa suara."Papa, hik hiks.. Papa baik baik saja kan? Mana yang sakit? " ratu yang sudah menegak
Suara kran air di nyalakan.. krucuk krucuk Ia menggosok tangannya yang tadi kotor terciprat kuah sayur ketika membantu rekan kerjanya di kantin ketika jam makan siang. Sejak pagi ia kurang fokus. Sebelum ia berangkat tadi bunda sudah memberitahu kalau Bagas akan landing hari ini. Bunda menyarankan agar Dinara libur dan menunggu dirumah untuk menyambut kepulangan Bagas. Namun Ia tidak mau. Perusahaan belum mengetahui posisi nya sehingga ia tidak ingin berbuat seenaknya. Apalagi beberapa hari yang lalu ia berselisih dengan bagian personalia. Jika ia seenaknya libur tentu akan memberburuk citranya di kantor. Lagipula ada sesuatu hal yang membuatnya ingin pergi ke kantor. Sesuatu yang penting. Ia mencurigai seseorang di perusahaan yang telah sengaja mencelakai Bagas ketika ia sedang dinas di luar.Deg deg deg deg... Suara detak jantung nya sampai dapat ia dengarkan sendiri. Dari tadi ia tak berani melihat ponselnya. Jadi sengaja ia matikan. Dok dok dok...Suara ketukan di pintu ruang
Bagas turun dari kursi roda dipapah pengawal. Ia berusaha sangat keras untuk hanya sekedar berjalan duduk disofa ruang tamunya. Si mbok mengintip dari balik tirai penghubung ruangan. Ada Bunda yang menyambut kedatangan Bagas. si kembar belum pulang dari sekolah begitupun Dinara. Ia masih di kantin kantor membantu menyajikan makan siang untuk para karyawan. Dari pagi hatinya gelisah. Ia sudah tahu mengenai kabar kepulangan Bagas.Tapi ia sengaja tetap masuk kerja untuk menghilangkan rasa gugup, gelisah yang dari pagi ia rasakankembali ke Bagas. Mata Elang itu menyusuri seluruh sudut ruangan. Raut wajah heran dan bertanya tanya sedang tercetak jelas di wajahnya. " Minum, ambilkan minum. Bunda" Seketika tenggorokan nya terasa keringBunda menoleh ke belakang. Mbok Sum langsung dengan cekatan datang menghampiri bunda sebelum beliau mengeluarkan kata dari mulutnya. Konyol sekali. Terlihat jelas sekali mbok Sum dari tadi menguping. Padahal tidak perlu. Mereka semua baik asisten rumah tan
Ting.. Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari HPnya. Dinara mengambilnya dari saku rok yang ia kenakan saat ini. Sedang berada di kantin perusahaan, semua tugasnya baru saja ia selesaikan. Ia melihat beberapa koki dan asisten sudah mulai membereskan makanan yang tersisa. Kali ini tidak banyak tersisa. Mereka senang kerja keras dari pagi terbayar dengan baik." Bagas akan pulang" Pesan yang singkat namun bisa membuat hati Dinara bergemuruh hebat.. Dadanya terasa panas. Merambat ke kedua bola mata indah warisan dari Diana yang kini melekat bersatu dengan tubuhnya. Setitik air mata menggumpal jatuh melewati pipinya.Tak bisa berkata kata ia segera berlari menuju toilet untuk menenangkan diri. Dan sembunyi dari rekan kerjanya. " Hah hah hah, Tenang Ra tarik nafas dan hembuskan perlahan" Ia bergumam sendiri di depan kaca wastafel. Menoleh kanan kiri memastikan bahwa ia hanya sendiri tak ada orang lain di dalam toilet yang bisa mendengar ia menangis. " Benar kan, Bagas pasti baik b
Tap tap tap... Langkah kecil manusia paling menggemaskan si dalam rumah itu terdengar perlahan. Ia membuka pintu sebuah kamar yang sengaja tidak dikunci pemiliknya. Mengendap endap melanjutkan langkah mungilnya menghampiri seseorang di dalam ruangan tersebut. Lengan kanannya mengayun hendak menepuk pundak kecil di depannya namun suara dingin mengejutkannya. " Sudah kaka bilang kalau masuk kamar kakak ketuk pintu dulu dek, jangan seenaknya dong" Raja yang duduk di kurai meja belajarnya berucap dengan dingin tanpa memalingkan wajahnya. " Heeh" Ia melengos kesal. Lalau melanjutkan aksinya menepuk pundak kakaknya. Plaaak... Suara tepukannya lumayan keras terdengar diruangan yang lumayan hening itu. " Apaan sih dek, sakit tau" raja mengusap usap kasar punggungnya yang kena tabok Ratu. " Biarin, kaka gak tau kalau Ratu kesal haa" Si cewek mungil itu tiba tiba memposisikan diri tiduran di atas kasur milik Raja. " awas iih.. Nanti bau dek. Kamu terlalu girly gak suka aku. Jangan tidura