Bagian 3 Pulau Seberang Syarif dan Gandari berdiri di tepi laut, menunggu kedatangan kapal yang akan membawa mereka berlayar ke pulau seberang. Bekas penyihir tersebut merasakan amis aroma pantai untuk pertama kalinya, sebab sejak kecil sampai belasan tahun menjadi istri ulama ia hanya berkutat antara hutan dan rumah saja. “Indah juga di luar sini, ya? Pantas saja Cut Abang betah berlama-lama ke luar pulau dan pulang dalam jangka waktu yang sangat lama!” “Ya Allah, Abang, kan, pergi ada tujuannya, demi dakwah, bukan untuk menikmati pemandangan,” balas ulama itu menanggapi keluhan istrinya. “Ya, ya, ya, aku hanya nomor dua dalam hidupmu. Harus selalu mengalah dibandingkan tugas jangka panjangmu,” ucap wanita buta itu sembari merapikan kerudungnya yang dimainkan angin. “Sedikit pun tak pernah aku menganggapmu yang kedua dalam hidupku, justru kau itu—“ “Sudahlah, aku malas memulai perdebatan!” ketus wanita itu pada Syarif. “Astagfirullahhaladzim, yang memulai terlebih dahulu siap
Read more