Semua Bab Tarian Persembahan Sang Ratu: Bab 51 - Bab 60

111 Bab

Kejam

“Tuhan, Dewa atau apa saja yang menguasai dunia ini. Apa kalian sungguh tak ada? Mengapa jalan hidupku harus seperti ini.” Terisak wanita itu menangisi nasibnya yang malang. Air matanya terus berjatuhan. Baju-baju dan perhiasan indah itu sama sekali tak menyenangkan hatinya. Ia justru ingin berlari jauh saja, kembali ke dalam hutan, atau mati saja lebih baik. Tak sudi harus disentuh Danur Seta untuk yang kedua kalinya. “Bibi, jangan menangis.” Asmarandana menghapus air mata Gandari. ‘Andai saja kau anakku aku pasti sangat bahagia memilikimu. Tapi sayangnya kau anak orang yang paling kubenci di dunia ini. Tapi kau juga tidak berdosa sama sekali.’ Gandari membelai rambut halus sang pangeran. “Kita tidur saja, Sayang. Bibi akan tetap ada di sisimu.” Usai menidurkan Asmarandana, wanita itu tak kunjung terlelap. Ia melangkah melihat hantaran yang diberikan untuknya. Sutra berwarna kuning terang. Hiasan rambut, anting emas, bahkan kalung yang sangat indah. Dengan hati yang tak keruan i
Baca selengkapnya

Kematian Asmarandana

Pagi ini Gandari mengunjungi Asmarandana di kamarnya. Ia menerobos masuk walau telah dilarang oleh pelayan. Wanita itu enggan menjalani pingitan. Ia merasa rindunya telah terlalu dalam pada sang Pangeran. Juga mungkin ini terakhir kalinya mereka bersama, nanti malam Gandari akan menjalankan ritual terakhir untuk mengambil nyawa bocah yang tidak berdosa sama sekali.Sepanjang hari anak bungsu Danur Seta terus saja menempel dengan Gandari. Sekalipun merasa lelah harus menemaninya ke sana ke mari Gandari tak mempermasalahkannya. Rindu, kata Asmarandana selama dua hari tak berjumpa dengannya. Mata penyihir itu berembun, hatinya bimbang dengan situasi rumit yang dihadapinya. Penyihir itu kembali menutup rapat kepalanya dengan kain, rambutnya telah kembali memutih. Sore ini ia kembali menemani Pangeran belajar menulis dengan Syarif. Tak ada yang tahu apa yang mereka rasakan. Gandari kecewa karna lelaki itu tak mau menolongnya, ia membuang muka ke arah lain dan lebih memilih duduk jauh dari
Baca selengkapnya

Penjaga Hutan

Gandari membuka matanya. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit, perutnya terasa sangat perih. Bahkan ketika berusaha bangkit kakinya serasa ditusuk benda tajam. Pelayan masuk ke dalam kamarnya ketika mendengar Gandari mengaduh. Tak lama kemudian Danur Seta datang dan duduk di sisi wanita yang tak sadarkan diri selama satu pekan. “Mana Asmarandana, anakku?” Gandari menepis tangan Danur Seta yang ingin menyentuh kepalanya. “Tenanglah dulu, putraku baik-baik saja, ia sedang bermain di luar. Asmarandana juga sering menjengukmu, ia menunggumu sadar.” Gandari membuang wajahnya. Malas memandang wajah lelaki yang begitu dibenci. “Ceritakan padaku apa yang terjadi. Mengapa kau sampai terbaring di lantai penuh darah. Para tabib tak ada yang paham dengan penyakitmu. Bahkan hari pernikahan kita harus ditunda sampai kau sehat.” “Danur Seta!” teriak Gandari. Lelaki itu terkejut dengan reaksi calon istrinya. Tak pernah ada yang berteriak padanya selama menjadi Raja. “Kau kenapa? Jika masih s
Baca selengkapnya

Tragedi Memilukan

“Terima kasih karena telah menolongku. Kalau boleh tahu kau siapa? Aku Danur Seta Putra Mahkota, sebentar lagi dinobatkan menjadi raja.” Lelaki itu duduk dan memakan hidangan yang disediakan Nirmala. Ia juga berusaha mengulurkan minuman pada gadis yang menarik napasnya yang serasa berat. Namun, ditepis oleh Nirmala. “Aku Nirmala, penjaga hutan ini. Aku tak tertarik tahu tentang siapa kau dan juga jadi apa kau nanti. Pergilah, tepati janjimu tadi. Jangan ceritakan semua yang terjadi pada satu orang pun,” jawab Nirmala dengan napas terengah. “Aku akan pergi setelah kau sehat. Atau paling tidak aku antar ke rumahmu. Anggap sebagai balas budi.” “Tak perlu. Pergilah!” bantah Nirmala. Sebagai seorang Putra Mahkota yang perkataannya tak pernah dibantah oleh bawahannya, lelaki itu merasa tersinggung dengan penolakan gadis cantik yang memikat hatinya, walau sudah menikah dan punya anak, tak ada larangan bagi seorang calon raja sepertinya untuk memiliki wanita yang ia sukai. Namun, rasa su
Baca selengkapnya

Rumit

“Tuan Prabu, apa tidak sebaiknya kita kembali saja ke rumah Adipati Wisesa. Nampaknya bulan sedang berwarna merah darah. Firasatku tidak enak, aku mengkhawatirkan keselamatanmu, Tuan,” ujar Satrio dari atas kuda. “Ini sudah tanggung, sebentar lagi kita sampai. Aku harus menemui wanita itu.” Berkali-kali Danur Seta mencoba mengingat namanya tapi tak bisa. “Biar aku saja yang masuk ke sana. Sebaiknya Tuan Prabu kembali saja.” Belum sempat Danur Seta menjawab, matanya tertuju pada keranjang kayu yang hanyut di aliran sungai hutan lembah hitam. Benda itu tersangkut pada sebuah ranting. Samar-samar terdengar tangis bayi. “Coba kau lihat, jika aku tak salah dengar—“ Satrio bergerak cepat walau tuannya belum menuntaskan ucapan. Ia menceburkan diri ke dalam sungai, berenang ke tempat di mana keranjang bayi itu tersangkut. Dengan tenaga dalammnya Satrio menggunakan daya dorong air membawa bayi itu ke tepi sungai. “Tuan Prabu, ini benar-benar bayi.” Danur seta membuka tumpukan daun kerin
Baca selengkapnya

Pembunuh Bayaran

Syarif duduk bersila, ia berdoa sejenak usai menyelesaikan solat subuh. Hampir semalam suntuk lelaki muslim itu berkuda. Dua tangannya terangkat, memohon pada Rabnya agar menunjukkan jalan yang benar, serta jika mungkin memberi hidayah dan keselamatan pada wanita yang membawa separuh hatinya. Syarif merasa masa lalu Gandari dan dirinya juga tak jauh berbeda. Ia dahulu hidup bahagia bersama dengan kedua orang tua dan kakak perempuannya. Lalu perampok datang mengambil semua harta benda, membunuh ayah yang mencoba melindungi dirinya dan menodai ibu serta kakak perempuannya. Ibunya yang terluka parah juga tewas saat itu juga, sementara kakaknya yang sebentar lagi akan menikah tak tahan dengan jejak-jejak durjana di tubuhnya lebih memilih bunuh diri. Lelaki yang baru berusia sepuluh tahun saat itu hidup terlunta-lunta di jalan. Hingga rombongan kerajaan Kesultanan Samudera Pasai menemukan dirinya yang tertidur di pinggir jalan dalam keadaan kelaparan. Ia dibawa dan dititipkan oleh Tuan
Baca selengkapnya

Menyelamatkan yang Dicinta

“Sejak kapan aku takut denganmu? Kau tahu bahkan aku nekat mengirim guna-guna agar kau takluk, tapi malah berbalik menyerangku.” Sejenak Syarif berpikir, ia pernah begitu kesakitan dan seakan dipaksa untuk berfantasi liar dengan Gandari. Kini ia tahu wanita inilah yang mengirimnya. “Untuk apa nyai mengirim guna-guna?” “Ehm.” Gandari mundur, ia sadar sudah terlalu jauh melangkah mendekati Syarif, “kau pikirlah sajalah sendiri.” Syarif menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Bingung, baru kali ini berhadapan dengan perempuan. Terlalu banyak misteri diantara jawaban yang diberikan. “Tawaranku tadi bagaimana, Nyai. Kita kembali ke istana?” “Tidak! Aku tetap di sini, lebih baik aku mati daripada menjadi istri dari pria yang merenggut kesucianku bertahun-tahun lalu.” “Maksudku. Lebih baik nyai keluar dulu dari hutan ini. Cari tempat lain untuk tinggal. Tak harus ke istana apalagi menikah dengan Tuan Prabu jika memang kau tak ada hati dengannya.” Dingin angin malam berembus di
Baca selengkapnya

Permintaan Hati

Gandari dibawa oleh Syarif ke dalam istana. Ia ingin berontak, kecewa dan sedih merasa lelaki itu mempermainkan perasaan dan mengingkari janjinya. Kini ia tinggal di kediamannya dulu saat akan menjadi istri Danur Seta. Gandari diperlakukan bak ratu olehnya. Meski wanita itu tak pernah meminta apapun. Namun, tetap saja sang Raja yang ingin menebus kesalahannya bertahun-tahun silam senantiasa mengirim sutra, perhiasan dan berbagai barang yang disukai oleh wanita. Ia berharap Gandari membuka sedikit hati untuknya. Memafkan semuanya dan menerimanya sebagai seorang suami. “Aku tahu kau membenciku. Tapi setidaknya kau pikirkanlah bagaimana Asmarandana, dia sudah sedekat itu denganmu. Apa kau sampai hati meninggalkannya lagi?” Danur Seta selalu menggunakan alasan Asmarandana agar Gandari luluh, meski benar ia putranya tapi tetap saja wanita itu tak mau menjadi istrinya. “Apa tak bisa kita bersama merawatnya tanpa harus menikah? Kau bisa memilih wanita manapun yang kau suka, Tuan.” “Bagi
Baca selengkapnya

Penolakan

Sejak peristiwa Gandari melepaskan seluruh sihir yang ada ditubuhnya, ia telah kehilangan salah satu hal penting dalam hidupnya. Kini wanita itu telah buta. Gelap, baginya siang dan malam terlihat sama. Itu juga salah satu alasan yang membuat Danur Seta begitu kekeh menikahinya. Ia ingin menjaga Nirmala. Dengan kuasanya sebagai raja tentu tak akan ada yang berani menyakitinya. “Kembalikan saja aku ke hutan. Aku sudah biasa hidup dalam kegelapan. Aku tak selemah yang kau pikirkan, Tuan Prabu yang terhormat.” “Tidak. Selamanya aku akan mengurungmu di dalam sini. Kau tak boleh meninggalkanku lagi.” “Egois.” Asmarandana datang dan mengakhiri perbicangan dua orang dewasa itu. Anak kandung mereka sangat bahagia mengetahui bahwa Gandari akan tinggal selamanya di istana ini. Ia tak akan kesepian lagi. Akan ada yang memerhatikan dirinya jika sang ayah sedang sibuk mengurus kerajaan. “Sekali lagi dan tak bosan-bosannya aku memintamu untuk lebih memikirkan putra kita,” tegas Danur Seta.
Baca selengkapnya

Melepaskan

Gandari rutin meminum obat-obatan dari tabib untuk menyembuhkan luka luar akibat dicambuk dan juga luka dalam karena memuntahkan banyak darah. Berangsur-angsur ia telah pulih. Meski banyak bekas luka di sekujur tubuhnya tapi tak mengurangi sedikit pun kecantikan wajahnya. Banyak yang bertanya apa yang menjadi sebab ia sampai terluka parah bahkan buta. Namun, baik Danur Seta serta Syarif memilih bungkam, menutupi kejahatan dan juga aib wanita yang sama-sama mereka cintai. Begitu juga dengan Satrio, ia memilih melupakan semua dendamnya atas permintaan Ragajampi, wanita yang kini sering ia pikirkan. Rambut Nirmala yang dipotong pendek oleh pedang Syarif telah dirapikan, meski tak disanggul ia tetaplah memesona untuk disandingkan dengan Danur Seta. Sedang Syarif berharap Nirmala menggunakan tutup kepala lagi seperti dulu. Pagi ini usai berdandan, Danur Seta datang ke kediamannya membawa mangkuk obat untuknya. Wanita itu enggan untuk meminumnya, ia merasa telah baik-baik saja. “Ini dem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status