Bagian 17 Kapal Impian “Diam! Dari tadi kalian berdebat tak selesai-selesai. Maaf. Aku harus meninggikan suaraku. Tapi sebaiknya kita menenangkan diri sejenak. Hari sudah malam, sebaiknya kita istirahat.” Maulana membuat dua orang gadis yang tadinya ingin saling membunuh diam sejenak. “Setelah istirahat?” tanya balik Isnani. “Nyai, apa kau tak keberatan kalau kami bermalam di sini malam ini saja. Besok pagi kami akan pergi ke tujuan kami masing-masing.” “Tentu saja, Tuan. Tapi kau bisa beristirahat di luar, tak mungkin kita ....” “Iya, iya, aku paham, terima kasih atas kebaikan hatimu. Semoga Allah membalasmu.” Maulana ke luar tak ingin lagi satu kamar di tempat yang penuh sesajen dan patung besar itu. “Cih, baik sekali kau jadi orang. Pasti karena kau menyukainya,” gerutu Isnani tanpa didengar siapa pun. “Kau tidur di sini saja. Aku bisa mencari tempat lain,” ujar Gayatri. Ia tak mau satu tempat bersama orang yang tak bisa menjaga mulutnya. Bagi penyihir itu Isnani terlalu te
Read more