Home / Romansa / Jadikan Aku yang Kedua / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Jadikan Aku yang Kedua: Chapter 121 - Chapter 130

154 Chapters

Untuk Ibu

Sebelum subuh, Gavin sudah pindah kembali ke kamarnya. Ia tidak mau seisi rumah tahu apa yang dia lakukan dengan Alya sepanjang malam. Mereka belum saatnya untuk mengetahui rahasianya ini. Pukul lima pagi saat Alya terjaga dari tidurnya. Ia melihat sudah tidak ada Gavin di sampingnya. Alya hanya mengulum senyum kemudian sudah bangkit sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Usai permainan panas mereka semalam Alya memang kelelahan dan tidak tahu saat Gavin pindah kamar.Alya berjalan dan berdiri terpaku di depan cermin. Sekali lagi ia mengulum senyum saat melihat beberapa tanda merah di tubuhnya peninggalan dari Gavin. Sepertinya hari ini dia harus memakai baju turtle neck lagi. Alya tidak mau membuat semua orang heboh dan bertanda tanya. Usai puas mengamati dirinya, Alya sudah beranjak ke kamar mandi. Ia ingin membantu Bu Aminah menyiapkan sarapan pagi kali ini.Saat Alya turun, tidak terlihat Bu Aminah di dapur. Padahal biasanya Bu Aminah paling rajin menyiapkan sara
Read more

Pembicaraan Pagi

Gavin dan Bu Aminah sontak terkejut dengan jawaban Alya. Bu Aminah menoleh ke arahnya tampak kedip sementara Gavin sudah saling beradu mata dengan Alya. Dua insan manusia itu seakan sedang sibuk berdebat antara berkata jujur atau menutupi semua dulu. Gavin benar-benar kebingungan dan tak bisa berkata apa pun.Kemudian tiba-tiba Alya tertawa sehingga membuat suasana tegang di ruangan itu kembali mencair.“Kalian tegang banget menanggapinya. Nama pacarku memang Gavin, Bu. Tapi bukan Gavin yang ini,” ujar Alya sambil menjentik hidung bangir kakaknya. Gavin hanya diam, tersenyum lalu menundukkan kepala.“Kok kamu gak pernah cerita? Kamu bertemu di mana? Teman kuliah?” cercah Bu Aminah kemudian.“Hmm ... sebenarnya kami sudah kenal lama. Dia sudah memendam rasa suka kepadaku selama ini hanya saja dia maju mundur untuk mengatakannya. Lalu saat kami bertemu kembali dia memberanikan diri untuk menembakku dan aku terima. Aku juga suda
Read more

Keputusan Sulit

Sudah hampir satu jam Gavin hanya diam termenung menatap kosong layar laptopnya yang menyala tanpa melakukan apa-apa. Pembicaraan pagi tadi di rumah Bu Aminah benar-benar sudah menginterupsi pikirannya. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi kini.Gavin tahu apa yang dilakukannya ini saling berkesinambungan dan semua yang terlibat di dalamnya salah. Gavin tidak mengelak kalau dirinya juga salah karena telah menduakan Yeni dengan menikahi adik angkatnya sendiri. Tetapi semua yang Gavin lakukan itu juga akibat ulah Yeni.“AGHRR ... .” Gavin menghela napas panjang sambil memukul keningnya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir saat ini. Otaknya buntu dan tidak bisa menemukan jalan keluar sama sekali.Jujur rasa cintanya kepada Yeni sudah tidak sebanyak dulu apalagi setelah tahu kenyataan Yeni menduakan cintanya. Hanya Alya yang ada di hatinya dan selalu membuat lekungan indah di wajahnya tercipta. Alya memang cinta pertamanya yang terpaksa harus ia pen
Read more

Karma atau Cobaan?

Gavin terdiam di sudut kantin rumah sakit ini, Yeni baru saja ia suruh pulang dan Gavin ingin menjaga Putri sendiri. Yeni menurut dan sudah pulang sejak siang tadi, tetapi dia janji nanti malam akan kembali.Gavin masih duduk termenung di sudut kantin tersebut. Tangannya sibuk mengaduk sendok yang berada di capucino-nya. Memang Gavin selalu seperti itu jika diterpa masalah. Hatinya terlalu rapuh dan selalu tidak tegaan kepada orang yang dia sayangi.“Mas ... .” Sebuah sentuhan tiba-tiba mendarat di bahu Gavin. Gavin menoleh dan tersenyum saat melihat seraut manis sedang tersenyum ke arahnya.“Sini, Babe!” ucap Gavin meminta Alya duduk bersebelahan dengannya. Alya menurut dan duduk di sampingnya. Gavin tersenyum kemudian menyambar tangan Alya dan segera menggenggamnya dengan erat sambil dikecupnya berulang. Alya hanya diam melihatnya. Memang itu kebiasaan kakak angkat sekaligus suaminya jika sedang kacau seperti ini.“Putri ha
Read more

Dua Istri

Pagi sebelum subuh, Yeni sudah bangun. Dia langsung berkutat di dapur memasak aneka macam hidangan. Memang Yeni sengaja memasak banyak karena hendak membawakan sarapan untuk Gavin. Gavin sudah mencabut gugatan cerainya, itu tandanya ia memaafkan Yeni dan memberi Yeni kesempatan sekali lagi. Kali ini Yeni janji tidak akan berbuat kesalahan. Dia tidak mau membuat Gavin terluka lagi.Jam lima pagi semua sudah siap dan Yeni segera berangkat ke rumah sakit. Kali ini dia menggunakan taxi online, mobilnya memang sudah ia kembalikan ke kantor dua hari yang lalu saat mengajukan surat pengunduran diri. Sebenarnya Irwan tidak mau menerimanya, itu adalah hadiah untuknya bukan mobil kantor. Tetapi Yeni sudah membulatkan tekad untuk berubah dan memperbaiki rumah tangganya.Hanya lima belas menit waktu tempuh rumah Gavin dan rumah sakit. Yeni bergegas turun usai menyelesaikan transaksinya. Ia tidak mau Gavin menunggu lama kedatangannya. Yeni berlarian kecil menuju ruangan tempat Putr
Read more

Menahan Batas

“Mas Gavin jahat banget, sih,” gerutu Alya begitu mereka sudah di dalam mobil perjalanan menuju kantor.“Jahat gimana, Babe?” tanya Gavin bingung.“Masak aku mau betulin dasi dilarang, mau ngambilin makan dilarang. Mas Gavin malu punya istri aku?” cerocos Alya dengan wajah cemberut. Gavin tersenyum mendengar omelan Alya.“Sorry, Babe. Aku hanya gak mau Yeni salah paham. Dia belum tahu tentang kita, kalau dia marah-marah dan pengaruhnya gak mau jaga Putri. Aku yang kerepotan, ‘kan?” jelas Gavin kemudian. Alya mendengus kesal sambil melihat ke jalanan di depan yang beranjak ramai.“Lalu kapan Mas Gavin akan memberitahu dia? Mas Gavin jadi cerai, ‘kan?” kembali Alya menanyakan hal yang sangat dihindari Gavin kali ini. Dia tidak menjawab dan pura-pura fokus menatap lalu lintas di depannya. Tetapi sikap Gavin ini malah membuat Alya kesal.Wanita berwajah manis itu tambah memajukan s
Read more

Cemburuku Karena Cinta

“Al, gimana malam penghargaannya? Jadi, gak?” tanya Rendy begitu menyeruak masuk ke dalam ruangan Alya. Alya terdiam sambil melihat Rendy dari sudut matanya.“Ya jadi, Ren. Kapan hari aku sudah memintamu mengurusnya. Aku rasa kamu lebih ahli untuk urusan itu. Kita pakai jasa EO saja biar tidak merepotkan,” ucap Alya kemudian. Rendy tampak manggut-manggut mendengarkan.“Pikirku juga begitu. Hanya aku juga ingin tahu konsep yang kamu inginkan. Kalau menurutku bagaimana kalau kita undang keluarga karyawan juga, biar mereka tahu kinerja keluarganya di sini.”Alya tersenyum sambil menganggukkan kepala, sepertinya dia menyetujui ide Rendy itu.“Sebenarnya aku sudah janjian sama EO jam sebelas, kalau kamu senggang sekalian sama aku ketemuan ama mereka. Jadi kamu bisa mengutarakan idemu,” urai Rendy kemudian. Alya diam sejenak seakan sedang mengingat jadwalnya hari ini kemudian sudah menganggukkan kepala lagi.“Oke, kalau gitu kita berangkat sekarang saja,” tawar Alya. Sontak Rendy tersenyum
Read more

Yang Bahagia Yang Berduka

“Kok malem banget datangnya, Mas?” tanya Yeni menyapa begitu Gavin masuk ke ruangan rawat inap Putri.Usai makan siang tadi Gavin memang sengaja menghabiskan waktunya berduaan bersama Alya di apartemennya. Dia cemburu gara-gara Alya pergi dengan Rendy tanpa pamit dan Gavin melampiaskan cemburunya dengan meminta jatah ke Alya. Oleh sebab itu Gavin sedikit terlambat kembali ke kantor dan akhirnya terlambat menggantikan Yeni berjaga.“Iya, maaf, Yen. Aku banyak kerjaan tadi. Kamu pasti lelah, ya?” jawab Gavin kemudian. Yeni sebenarnya ingin marah, tetapi dia sudah berusaha sabar dan menekan amarahnya serendah mungkin. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Gavin oleh sebab itu dia harus sedikit berkorban.“Gak papa kok, Mas. Oh ya, kamu tadi diantar Alya?” lagi Yeni bertanya.“Iya. Alya langsung pulang, dia lelah katanya.”‘Lelah melayani aku sepanjang siang tadi,’ lanjut Gavin dalam hati.Gavin memang sengaja meninggalkan banyak bekas di tubuh Alya dan Alya tidak mungkin ikut datang k
Read more

Sakitnya Tuh Di Sini

Rendy baru saja keluar dari ruang rawat inap Putri saat Gavin datang. Gavin sedikit terkejut melihat Rendy yang ada di sana.“Kok kamu tahu Putri di sini, Ren?” tanya Gavin kemudian.“Iya. Aku tadi tanya informasi. Tumben Alya gak jenguk ponakannya, Vin,” ucap Rendy kemudian. Gavin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Sudah, kemarin. Hari ini dia lelah, jadi tidak ke sini,” jawab Gavin. Rendy hanya manggut-manggut padahal Rendy sangat berharap bisa bertemu Alya di sini. Kalau hendak ke rumah Alya, Rendy harus menyiapkan alasan yang lain.“Kamu gak balik ke kantormu lagi, Ren?” kata Gavin bertanya kini.“Hmm ... gak kayaknya, Vin. Alya minta aku mengurus malam penghargaan besok yang rencananya diadakan akhir pekan ini. Kamu sudah tahu belum tentang itu?” Gavin menggeleng cepat.“Iya, Mas. Nanti aku boleh ikut datang, kan? Aku ajak Putri sekalian. Kata Rendy boleh mengajak keluarga, kok,” sahut Yeni tiba-tiba. Gavin hanya diam. Sesungguhnya dia tidak tahu tentang malam pengharg
Read more

Luluh Lantak

Rendy hanya diam sambil termenung menatap Alya yang pagi ini memimpin meeting. Tak jauh di sebelah Alya, duduk Gavin yang tampak terpana menatap Alya tak berkedip. Baru kali ini Rendy sama sekali tidak fokus dengan agenda meeting pagi. Entah mengapa karena kejadian di parkiran tadi membuat Rendy benar-benar tidak fokus dan muncul berbagai pikiran aneh di benaknya.Sekali lagi netra pekat Rendy melihat ke arah Alya yang sedang menerangkan dan Gavin yang duduk tak jauh di sebelah Alya terus menatapnya sambil mengulum senyum. Sesekali Gavin memajukan bibirnya seakan sedang memberi kecupan jauh untuk Alya. Rendy menghela napasnya berulang sambil menggelengkan kepalanya. Pikirannya pasti sangat stress kali ini sehingga sudah berprasangka yang aneh-aneh.Tidak mungkin ada hubungan spesial antara Gavin dan Alya layaknya sepasang kekasih. Mereka itu saudara, mana ada saudara yang menjalin hubungan layaknya kekasih. Selain itu dosa, juga akan menyebabkan hubungan incest. Rendy
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status