Pagi sebelum subuh, Yeni sudah bangun. Dia langsung berkutat di dapur memasak aneka macam hidangan. Memang Yeni sengaja memasak banyak karena hendak membawakan sarapan untuk Gavin. Gavin sudah mencabut gugatan cerainya, itu tandanya ia memaafkan Yeni dan memberi Yeni kesempatan sekali lagi. Kali ini Yeni janji tidak akan berbuat kesalahan. Dia tidak mau membuat Gavin terluka lagi.
Jam lima pagi semua sudah siap dan Yeni segera berangkat ke rumah sakit. Kali ini dia menggunakan taxi online, mobilnya memang sudah ia kembalikan ke kantor dua hari yang lalu saat mengajukan surat pengunduran diri. Sebenarnya Irwan tidak mau menerimanya, itu adalah hadiah untuknya bukan mobil kantor. Tetapi Yeni sudah membulatkan tekad untuk berubah dan memperbaiki rumah tangganya.
Hanya lima belas menit waktu tempuh rumah Gavin dan rumah sakit. Yeni bergegas turun usai menyelesaikan transaksinya. Ia tidak mau Gavin menunggu lama kedatangannya. Yeni berlarian kecil menuju ruangan tempat Putr
“Mas Gavin jahat banget, sih,” gerutu Alya begitu mereka sudah di dalam mobil perjalanan menuju kantor.“Jahat gimana, Babe?” tanya Gavin bingung.“Masak aku mau betulin dasi dilarang, mau ngambilin makan dilarang. Mas Gavin malu punya istri aku?” cerocos Alya dengan wajah cemberut. Gavin tersenyum mendengar omelan Alya.“Sorry, Babe. Aku hanya gak mau Yeni salah paham. Dia belum tahu tentang kita, kalau dia marah-marah dan pengaruhnya gak mau jaga Putri. Aku yang kerepotan, ‘kan?” jelas Gavin kemudian. Alya mendengus kesal sambil melihat ke jalanan di depan yang beranjak ramai.“Lalu kapan Mas Gavin akan memberitahu dia? Mas Gavin jadi cerai, ‘kan?” kembali Alya menanyakan hal yang sangat dihindari Gavin kali ini. Dia tidak menjawab dan pura-pura fokus menatap lalu lintas di depannya. Tetapi sikap Gavin ini malah membuat Alya kesal.Wanita berwajah manis itu tambah memajukan s
“Al, gimana malam penghargaannya? Jadi, gak?” tanya Rendy begitu menyeruak masuk ke dalam ruangan Alya. Alya terdiam sambil melihat Rendy dari sudut matanya.“Ya jadi, Ren. Kapan hari aku sudah memintamu mengurusnya. Aku rasa kamu lebih ahli untuk urusan itu. Kita pakai jasa EO saja biar tidak merepotkan,” ucap Alya kemudian. Rendy tampak manggut-manggut mendengarkan.“Pikirku juga begitu. Hanya aku juga ingin tahu konsep yang kamu inginkan. Kalau menurutku bagaimana kalau kita undang keluarga karyawan juga, biar mereka tahu kinerja keluarganya di sini.”Alya tersenyum sambil menganggukkan kepala, sepertinya dia menyetujui ide Rendy itu.“Sebenarnya aku sudah janjian sama EO jam sebelas, kalau kamu senggang sekalian sama aku ketemuan ama mereka. Jadi kamu bisa mengutarakan idemu,” urai Rendy kemudian. Alya diam sejenak seakan sedang mengingat jadwalnya hari ini kemudian sudah menganggukkan kepala lagi.“Oke, kalau gitu kita berangkat sekarang saja,” tawar Alya. Sontak Rendy tersenyum
“Kok malem banget datangnya, Mas?” tanya Yeni menyapa begitu Gavin masuk ke ruangan rawat inap Putri.Usai makan siang tadi Gavin memang sengaja menghabiskan waktunya berduaan bersama Alya di apartemennya. Dia cemburu gara-gara Alya pergi dengan Rendy tanpa pamit dan Gavin melampiaskan cemburunya dengan meminta jatah ke Alya. Oleh sebab itu Gavin sedikit terlambat kembali ke kantor dan akhirnya terlambat menggantikan Yeni berjaga.“Iya, maaf, Yen. Aku banyak kerjaan tadi. Kamu pasti lelah, ya?” jawab Gavin kemudian. Yeni sebenarnya ingin marah, tetapi dia sudah berusaha sabar dan menekan amarahnya serendah mungkin. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Gavin oleh sebab itu dia harus sedikit berkorban.“Gak papa kok, Mas. Oh ya, kamu tadi diantar Alya?” lagi Yeni bertanya.“Iya. Alya langsung pulang, dia lelah katanya.”‘Lelah melayani aku sepanjang siang tadi,’ lanjut Gavin dalam hati.Gavin memang sengaja meninggalkan banyak bekas di tubuh Alya dan Alya tidak mungkin ikut datang k
Rendy baru saja keluar dari ruang rawat inap Putri saat Gavin datang. Gavin sedikit terkejut melihat Rendy yang ada di sana.“Kok kamu tahu Putri di sini, Ren?” tanya Gavin kemudian.“Iya. Aku tadi tanya informasi. Tumben Alya gak jenguk ponakannya, Vin,” ucap Rendy kemudian. Gavin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Sudah, kemarin. Hari ini dia lelah, jadi tidak ke sini,” jawab Gavin. Rendy hanya manggut-manggut padahal Rendy sangat berharap bisa bertemu Alya di sini. Kalau hendak ke rumah Alya, Rendy harus menyiapkan alasan yang lain.“Kamu gak balik ke kantormu lagi, Ren?” kata Gavin bertanya kini.“Hmm ... gak kayaknya, Vin. Alya minta aku mengurus malam penghargaan besok yang rencananya diadakan akhir pekan ini. Kamu sudah tahu belum tentang itu?” Gavin menggeleng cepat.“Iya, Mas. Nanti aku boleh ikut datang, kan? Aku ajak Putri sekalian. Kata Rendy boleh mengajak keluarga, kok,” sahut Yeni tiba-tiba. Gavin hanya diam. Sesungguhnya dia tidak tahu tentang malam pengharg
Rendy hanya diam sambil termenung menatap Alya yang pagi ini memimpin meeting. Tak jauh di sebelah Alya, duduk Gavin yang tampak terpana menatap Alya tak berkedip. Baru kali ini Rendy sama sekali tidak fokus dengan agenda meeting pagi. Entah mengapa karena kejadian di parkiran tadi membuat Rendy benar-benar tidak fokus dan muncul berbagai pikiran aneh di benaknya.Sekali lagi netra pekat Rendy melihat ke arah Alya yang sedang menerangkan dan Gavin yang duduk tak jauh di sebelah Alya terus menatapnya sambil mengulum senyum. Sesekali Gavin memajukan bibirnya seakan sedang memberi kecupan jauh untuk Alya. Rendy menghela napasnya berulang sambil menggelengkan kepalanya. Pikirannya pasti sangat stress kali ini sehingga sudah berprasangka yang aneh-aneh.Tidak mungkin ada hubungan spesial antara Gavin dan Alya layaknya sepasang kekasih. Mereka itu saudara, mana ada saudara yang menjalin hubungan layaknya kekasih. Selain itu dosa, juga akan menyebabkan hubungan incest. Rendy
Akhir pekan tiba dan acara yang dinantikan para karyawan perusahaan Alya pun tiba. Rendy yang mempersiapkan segalanya berharap acara penghargaan malam ini berjalan dengan lancar apalagi kali ini Rendy juga sudah mengundang beberapa rekanan kerja yang lain. Memang acaranya intern kantor, tetapi tetap saja Rendy sudah mempersiapkannya semaksimal mungkin. Acara kali ini digelar di sebuah ballroom hotel terkenal di kota mereka. Alya memang sengaja sedikit royal mengelontorkan uang untuk acara spesial ini. Dia sudah janji kepada dirinya sendiri untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para karyawan dan salah satunya dengan acara seperti ini.Alya datang lebih awal untuk membantu Rendy menyiapkan segalanya. Rendy sangat senang, karena hanya dengan kesempatan-kesempatan kecil ini, ia bisa berinteraksi dengan Alya.“Al, lebih baik kamu duduk saja, deh. Kamu sudah rapi dan cantik gitu masak mau bantuin aku. Lagian ada EO yang menghandle semuanya, kok,” ucap Rendy. Al
Beberapa jam sebelumnya ...Gavin sudah melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah. Pikirannya galau karena tadi tidak sempat bertemu dan berpamitan dengan Alya. Apalagi malam ini dia sudah mengecewakan istri keduanya itu, Gavin benar-benar menyesal. Rasanya dia harus segera memutuskan semuanya dan memilih salah satu di antara mereka.Gavin terus terdiam sambil sibuk menatap lalu lintas di depannya. Yeni mengamati dengan sudut matanya dan Yeni merasa ada sesuatu yang aneh pada Gavin. Tidak biasa suaminya itu tampak tegang dan terus diam. Dia seperti sedang menyimpan sesuatu.“Mas ... .” Yeni memberanikan menginterupsi lamunan Gavin. Gavin tidak menjawab hanya menoleh ke arahnya sekilas.“Kamu ada masalah?” lagi Yeni bertanya dan pertanyaan Yeni itu membuat Gavin mengangkat kedua alisnya berbarengan.“Aku lihat kamu tampak gelisah, tidak seperti biasanya. Ada apa?” Kembali Yeni bertanya. Gavin diam dan sudah men
Gavin tersenyum menyapa Alya yang baru saja terbangun. Gadis berwajah manis itu langsung tersenyum dan merubah posisi tidurnya. Ia sudah setengah bersandar kini sambil menatap Gavin tanpa jeda.“Mas Gavin gak tidur semalam?” tanya Alya kemudian. Gavin hanya tertawa dan menggeleng.“Aku baru saja bangun, Babe,” jawab Gavin sambil menjatuhkan kecupan di kening Alya. Alya hanya manggut-manggut sambil terus menatap Gavin tak berjeda.“Tadi ponselmu bunyi, sepertinya dari Ibu dan aku tidak berani mengangkatnya jadi aku biarkan saja,” terang Gavin kemudian. Alya hanya tersenyum meringis. Dia memang kelupaan tidak mematikan ponselnya semalam. Ibunya pasti khawatir karena ia tidak pulang semalam.“Kamu tidak kirim pesan ke Ibu kalau tidak pulang semalam?” tanya Gavin kemudian. Alya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Enggak, aku lupa, Mas. Udah biarin saja, kita langsung pulang saja habis ini biar g