Rendy baru saja keluar dari ruang rawat inap Putri saat Gavin datang. Gavin sedikit terkejut melihat Rendy yang ada di sana.“Kok kamu tahu Putri di sini, Ren?” tanya Gavin kemudian.“Iya. Aku tadi tanya informasi. Tumben Alya gak jenguk ponakannya, Vin,” ucap Rendy kemudian. Gavin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Sudah, kemarin. Hari ini dia lelah, jadi tidak ke sini,” jawab Gavin. Rendy hanya manggut-manggut padahal Rendy sangat berharap bisa bertemu Alya di sini. Kalau hendak ke rumah Alya, Rendy harus menyiapkan alasan yang lain.“Kamu gak balik ke kantormu lagi, Ren?” kata Gavin bertanya kini.“Hmm ... gak kayaknya, Vin. Alya minta aku mengurus malam penghargaan besok yang rencananya diadakan akhir pekan ini. Kamu sudah tahu belum tentang itu?” Gavin menggeleng cepat.“Iya, Mas. Nanti aku boleh ikut datang, kan? Aku ajak Putri sekalian. Kata Rendy boleh mengajak keluarga, kok,” sahut Yeni tiba-tiba. Gavin hanya diam. Sesungguhnya dia tidak tahu tentang malam pengharg
Rendy hanya diam sambil termenung menatap Alya yang pagi ini memimpin meeting. Tak jauh di sebelah Alya, duduk Gavin yang tampak terpana menatap Alya tak berkedip. Baru kali ini Rendy sama sekali tidak fokus dengan agenda meeting pagi. Entah mengapa karena kejadian di parkiran tadi membuat Rendy benar-benar tidak fokus dan muncul berbagai pikiran aneh di benaknya.Sekali lagi netra pekat Rendy melihat ke arah Alya yang sedang menerangkan dan Gavin yang duduk tak jauh di sebelah Alya terus menatapnya sambil mengulum senyum. Sesekali Gavin memajukan bibirnya seakan sedang memberi kecupan jauh untuk Alya. Rendy menghela napasnya berulang sambil menggelengkan kepalanya. Pikirannya pasti sangat stress kali ini sehingga sudah berprasangka yang aneh-aneh.Tidak mungkin ada hubungan spesial antara Gavin dan Alya layaknya sepasang kekasih. Mereka itu saudara, mana ada saudara yang menjalin hubungan layaknya kekasih. Selain itu dosa, juga akan menyebabkan hubungan incest. Rendy
Akhir pekan tiba dan acara yang dinantikan para karyawan perusahaan Alya pun tiba. Rendy yang mempersiapkan segalanya berharap acara penghargaan malam ini berjalan dengan lancar apalagi kali ini Rendy juga sudah mengundang beberapa rekanan kerja yang lain. Memang acaranya intern kantor, tetapi tetap saja Rendy sudah mempersiapkannya semaksimal mungkin. Acara kali ini digelar di sebuah ballroom hotel terkenal di kota mereka. Alya memang sengaja sedikit royal mengelontorkan uang untuk acara spesial ini. Dia sudah janji kepada dirinya sendiri untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para karyawan dan salah satunya dengan acara seperti ini.Alya datang lebih awal untuk membantu Rendy menyiapkan segalanya. Rendy sangat senang, karena hanya dengan kesempatan-kesempatan kecil ini, ia bisa berinteraksi dengan Alya.“Al, lebih baik kamu duduk saja, deh. Kamu sudah rapi dan cantik gitu masak mau bantuin aku. Lagian ada EO yang menghandle semuanya, kok,” ucap Rendy. Al
Beberapa jam sebelumnya ...Gavin sudah melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah. Pikirannya galau karena tadi tidak sempat bertemu dan berpamitan dengan Alya. Apalagi malam ini dia sudah mengecewakan istri keduanya itu, Gavin benar-benar menyesal. Rasanya dia harus segera memutuskan semuanya dan memilih salah satu di antara mereka.Gavin terus terdiam sambil sibuk menatap lalu lintas di depannya. Yeni mengamati dengan sudut matanya dan Yeni merasa ada sesuatu yang aneh pada Gavin. Tidak biasa suaminya itu tampak tegang dan terus diam. Dia seperti sedang menyimpan sesuatu.“Mas ... .” Yeni memberanikan menginterupsi lamunan Gavin. Gavin tidak menjawab hanya menoleh ke arahnya sekilas.“Kamu ada masalah?” lagi Yeni bertanya dan pertanyaan Yeni itu membuat Gavin mengangkat kedua alisnya berbarengan.“Aku lihat kamu tampak gelisah, tidak seperti biasanya. Ada apa?” Kembali Yeni bertanya. Gavin diam dan sudah men
Gavin tersenyum menyapa Alya yang baru saja terbangun. Gadis berwajah manis itu langsung tersenyum dan merubah posisi tidurnya. Ia sudah setengah bersandar kini sambil menatap Gavin tanpa jeda.“Mas Gavin gak tidur semalam?” tanya Alya kemudian. Gavin hanya tertawa dan menggeleng.“Aku baru saja bangun, Babe,” jawab Gavin sambil menjatuhkan kecupan di kening Alya. Alya hanya manggut-manggut sambil terus menatap Gavin tak berjeda.“Tadi ponselmu bunyi, sepertinya dari Ibu dan aku tidak berani mengangkatnya jadi aku biarkan saja,” terang Gavin kemudian. Alya hanya tersenyum meringis. Dia memang kelupaan tidak mematikan ponselnya semalam. Ibunya pasti khawatir karena ia tidak pulang semalam.“Kamu tidak kirim pesan ke Ibu kalau tidak pulang semalam?” tanya Gavin kemudian. Alya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Enggak, aku lupa, Mas. Udah biarin saja, kita langsung pulang saja habis ini biar g
Sudah hampir dua minggu berselang sejak kejadian itu, kini Yeni semakin menyadari dirinya. Ia tidak akan mengemis kepada Gavin untuk mendapatkan belaian dan sentuhan. Yeni tidak mau harga dirinya semakin tak ada artinya. Jadi dia memutuskan membiarkannya saja. Yeni berharap suatu saat Gavin memaafkannya dan kembali seperti Gavin yang dia kenal dulu.Sudah beberapa hari ini juga Gavin selalu pulang malam. Perusahaan Alya memang sedang melakukan ekspansi ke segala bidang. Bukan hanya pembangunan perumahan saja yang dia tangani, perkantoran, gedung pencakar langit bahkan beberapa mall terkenal sudah memakai jasa kontruksi milik Alya. Bahkan karena hal itu juga membuat Alya sering melakukan kunjungan keluar kota, seperti hari ini.Sejak kemarin pagi, Alya sudah merasa tubuhnya tidak enak. Kepalanya pusing, badan meriang dan dia sangat mudah lelah. Sebenarnya Gavin sudah melarang Alya untuk melakukan kunjungan, tetapi istri keduanya itu bersikeras berangkat untuk meninjau p
Gavin terdiam sambil menatap sosok pria berwajah manis dengan rambut ikal itu yang tak lain Rendy. Gavin tidak tahu mengapa juga Rendy tiba-tiba ada di rumah sakit ini. Jangan sampai Rendy tahu tentang kondisi Alya yang sedang hamil muda. Dia belum membuat pengumuman dan Gavin tidak mau semua orang tahu tentang ini.“Gimana keadaan Alya?” tanya Rendy kemudian. Ia sudah berjalan mendekat dan berdiri di samping Gavin seraya melihat Alya yang sedang tertidur tenang.“Dia sudah lebih baik. Dia hanya kelelahan,” jawab Gavin. Dia tidak berani memberitahu alasan tepat penyebab Alya kelelahan.“Kok kamu tahu Alya masuk rumah sakit?” lanjut Gavin bertanya. Rendy tersenyum sambil menyentuh bahu Gavin dengan lembut.“Aku tadi ke kantor dan tanya ke Rini, lalu dia cerita kalau kamu dan Alya di sini. Rini juga cerita kalau Alya pingsan,” jelas Rendy. Gavin hanya diam dan menganggukkan kepala. Ternyata Rini yang memberita
Rendy sudah kembali ke kantor usai diminta Gavin menghandle semuanya. Memang tiga sekawan itu adalah orang penting di kantor Alya dan mereka selalu bergantian menghandle bila salah satu tidak di tempat. Menjelang sore, Rendy sudah pulang lebih dulu. Dia sengaja ingin menjenguk Alya lagi. Rendy juga berpikir untuk mengganti Gavin berjaga.Rendy setengah berlarian menyusuri lorong rumah sakit. Dia sudah bertanya di meja informasi tentang letak kamar Alya. Ternyata Gavin meletakkan Alya di kamar vvip sehingga sedikit sekali orang yang berlalu lalang di sana.Rendy tersenyum saat melihat nomor kamar yang ia tuju. Tangannya sudah memegang handle siap membuka namun, urung dia lakukan saat Rendy mendengar percakapan Alya dan Gavin.“Kamu yakin akan melakukan ini, Mas? Memberitahu ke semua orang tentang hubungan kita?” ucap Alya. Rendy sontak menghentikan langkahnya. Alisnya mengernyit seakan sedang menanyakan sesuatu.“Hubungan? Hubungan apa?&r