Home / Romansa / Jadikan Aku yang Kedua / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Jadikan Aku yang Kedua: Chapter 141 - Chapter 150

154 Chapters

Bu Aminah Tahu

Alya masih terdiam duduk dengan tenang di apartemen Gavin. Usai kejadian di kantor tadi membuat dia sedikit shock. Alya terkejut mengapa Yeni tiba-tiba tahu tentang rahasia kehamilannya. Alya sibuk berpikir tentang siapa yang sudah tahu rahasianya selama ini.Sebuah tangan langsung merengkuh pinggul Alya dan menariknya mendekat. Alya menoleh dan melihat Gavin sudah duduk di sampingnya. Pria ganteng bermata sipit itu tampak sendu menatapnya.“Kamu gak papa, Babe?” tanya Gavin penuh perhatian. Alya menggeleng sambil tersenyum.“Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya penasaran dari mana Yeni tahu semua ini. Apa ada yang tahu tentang kita, Mas?” kata Alya balik bertanya. Gavin hanya menghela napas panjang sambil terus menatap Alya.“Aku tidak masalah dia tahu dari siapa, Al. Semakin cepat akan semakin baik,” tandas Gavin kemudian. Alya hanya diam dan menatap Gavin dengan sendu.“Tetapi itu artinya kamu tidak bisa b
Read more

Tidak ada Penyesalan

“Apa maksudmu, Mas?” tanya Alya dengan mata terbelalak lebar. Gavin hanya tersenyum kemudian menghampiri Alya dan duduk di sebelah Alya juga Bu Aminah.“Apa kamu lupa kalau kamu bersedia menjadi yang kedua setelah Yeni? Jadi mungkin aku tidak bisa menceraikan Yeni sekarang. Ada Putri yang membutuhkan perhatianku, Al. Apalagi sebentar lagi dia harus menjalani operasi. Aku ingin Putri kembali membaik baru setelah itu aku akan memikirkan langkah selanjutnya,” terang Gavin.Alya hanya diam kemudian perlahan dia sudah menganggukkan kepala sambil tersenyum ke arah Gavin. Sementara Bu Aminah hanya terdiam dan menunduk.“Ibu tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian, tetapi Ibu harap kamu tidak membuat Alya kesulitan, Vin. Jujur Ibu tidak ingin memihak kamu ataupun Yeni, tetapi Alya putri Ibu satu-satunya. Ibu hanya ingin Alya bahagia dan kalau bahagianya Alya hanya denganmu, Ibu ikhlas.” Alya tersenyum mendengar ucapan Bu Aminah k
Read more

Service of Apologize

Gavin menghentikan mobilnya begitu tiba di depan rumah. Ia langsung memarkir dengan rapi di garasi kemudian bergegas turun. Perlahan Gavin menghela napas panjang sesaat sebelum masuk ke dalam rumah. Kejadian seharian ini benar-benar menguras emosinya dan dia sempat tak bisa mengontrolnya tadi.Keadaan rumah sepi saat Gavin datang. Tidak ada bibi art yang biasa membersihkan rumah. Gavin perlahan berjalan menuju kamar Putri dan dia melihat buah hatinya sedang tertidur pulas di sana, tidak tampak babysitter yang biasa menjaga Putri. Perlahan Gavin meringsek masuk hendak mencium pipi Putri. Baru saja Gavin menundukkan wajahnya, tiba-tiba sebuah suara sudah mencegahnya.“Aku tidak akan melakukannya, Mas. Dia baru saja tidur setelah seharian rewel,” ucap Yeni di belakang Gavin. Gavin menoleh dan melihat Yeni. Istrinya yang berwajah cantik itu kini terlihat berbeda.Rambutnya tampak kusut dan terikat ala kadarnya begitu saja sementara bajunya juga belum gan
Read more

Tuli Sejenak

Gavin memicingkan mata sambil menghalau sinar mentari yang menerobos masuk ke kamarnya melalui celah-celah tirai jendela. Gavin melirik ke samping, tidak ada Yeni di sana. Wanita cantik itu sudah bangun sejak tadi dan sekarang tampak sibuk menyiapkan sarapan. Gavin menghela napas panjang sambil mengintip tubuhnya yang polos di balik selimut.Ada sedikit rasa bersalah tiba-tiba muncul di dada Gavin. Ia merasa sudah berkhianat kepada Alya, tetapi bagaimanapun Yeni juga masih istrinya dan dia berhak mendapat nafkah biologis. Gavin segera menyibak selimut dan bergegas memakai celananya. Ia berdiri berjalan menuju lemari membawa baju ganti lalu bergegas masuk ke kamar mandi.Selang beberapa saat, Gavin sudah keluar kamar. Ia melihat Yeni sedang sibuk menyuapi Putri di ruang makan. Yeni langsung tersenyum saat melihat Gavin sudah keluar kamar.“Mau sarapan sekarang, Mas?” tawar Yeni. Gavin mengangguk kemudian sudah duduk di tempat biasanya. Yeni langsung b
Read more

Kisruh Di Ruang Meeting

Gavin keluar ruangan dokter dengan lega, hasil pemeriksaan Putri baik semua dan dia siap dioperasi hari ini. Ternyata gadis kecil itu tahu kalau kehadiran ayah dan ibunya berpengaruh dengan kesehatannya. Yeni berjalan keluar mengekor di belakang Gavin. Mereka terlihat canggung dan tampak serba salah padahal semalam mereka sudah melalui malam penuh kemesraan.Gavin duduk di ruang tunggu bersama Yeni di sampingnya. Mereka langsung tersenyum saat melihat dua orang suster yang mendorong ranjang tidur rumah sakit dengan Putri di atasnya. Gavin berdiri dan menghampiri Putri.“Semangat ya, Sayang. Papa bantu doa dari sini, semoga operasinya berjalan lancar dan Putri bisa sehat seperti sedia kala,” ucap Gavin memberi semangat. Dia langsung mengecup pipi gadis kecil itu berulang seakan tak mau melepaskan begitu saja.Yeni ikut mendekat, menggenggam tangan kecil Putri kemudian mengecupnya dengan penuh cinta.“Mama juga di sini menunggu Putri. Mama berdoa semoga operasinya lancar dan Putri bisa
Read more

Saat Sang Pangeran Datang

Gavin sibuk memainkan kakinya. Dia gelisah karena operasi Putri belum juga usai. Sudah hampir pukul dua siang dan belum ada tanda-tanda operasi itu selesai. Sesekali Gavin menoleh ke arah Yeni yang tampak duduk terdiam sambil menyandarkan kepalanya ke dinding. Gavin tahu kalau Yeni juga sama gelisahnya dengan dia kali ini.Gavin berdiri hendak mendekat ke arah Yeni kemudian tiba-tiba lampu di atas pintu padam dan tak lama pintu terbuka. Gavin menghela napas lega saat melihat beberapa suster sudah mendorong ranjang tidur rumah sakit tersebut. Gavin dan Yeni bergegas mengikuti.“Bagaimana keadaannya, Sus? Dia baik-baik saja, ‘kan?” tanya Gavin penasaran. Suster hanya tersenyum sambil memberi isyarat agar Gavin tenang.“Kita tunggu ya, Pak. Nanti setelah diobservasi baru tahu keadaan adek,” jawab suster itu diplomatis. Gavin mengangguk kemudian dia tiba-tiba menghentikan langkah tidak mengikuti dua suster dan Yeni yang mengiringi Putri tadi. Ponselnya sudah berdering nyaring dan Gavin te
Read more

Saat Menutup Mata

Alya tersenyum sambil menatap pria tampan di sampingnya yang sekarang sibuk mengendarai kendaraan mengurai kemacetan sore ini. Mobil Gavin sudah melaju cepat, tetapi sama sekali tidak mengarah ke rumah Bu Aminah ataupun apartemen mereka berdua. Gavin sudah mengarahkannya ke rumah mereka di tepi pantai yang terletak di luar kota.“Kita ke rumah pantai lagi, Mas?” Alya bertanya. Gavin mengangguk sambil tersenyum.“Iya, aku tidak ingin kamu cemas, Al. Lebih baik kamu beristirahat beberapa hari di sana sampai keadaan di kantor kondusif. Lagipula kerjaan di kantor bisa dihandle Rini dan Rendy,” urai Gavin kemudian. Alya hanya tersenyum sambil manggut-manggut.“Terus Mas Gavin sendiri ke mana? Aku akan ditinggal sendiri di sana? Sama juga bohong dong, Mas,” dumel Alya sambil memajukan seluruh bibirnya ke depan. Gavin tersenyum. Gemas memperhatikan ulah istri mudanya itu.“Jangan khawatir, Babe. Aku temani, kok. Aku akan
Read more

Bagai Disambar Petir

Sinar mentari pagi sudah menerobos masuk tanpa sopan menembus tirai kamar tempat Gavin terpulas. Matanya langsung mengerjap begitu sinar mentari yang hangat ini menyentuh tubuhnya. Dilihat ke samping kasur, sudah tidak ada Alya di sana. Gavin mendengar suara gemericik air di kamar mandi. Gavin menyimpulkan kalau istri keduanya itu pasti sedang mandi.Gavin mengulum senyum sambil menyibak selimut dan memakai boxernya dengan sembarang. Gavin berjalan berjingkat menuju kamar mandi. Dia ingin meminta bonus tambahan kali ini ke sang Istri. Gavin selalu kecanduan jika sudah melakukan dengan Alya. Tubuh dan pesona Alya seakan terus menghipnotis dirinya dan tak bisa lepas begitu saja.CEKLEKTepat dugaan Gavin, Alya tidak mengunci pintu kamar mandi. Gavin mengulum senyum saat melihat siluet tubuh istrinya sedang berdiri di bawah shower tertutup tirai mandi. Seketika onderdil penting miliknya langsung berdiri menjulang siap menerjang kembali. Pelan Gavin berjalan mendeka
Read more

Anak Balas Anak

Gavin terdiam sambil menatap jasad yang sudah ditutupi kain berwarna putih. Usai menerima telepon dari Bu Aminah tadi, Gavin sangat shock. Dengan bergegas dia melarikan mobilnya ke rumah sakit dan kini dia sudah berdiri mematung di hadapan jasad buah hati kesayangannya.Gavin menyesal tidak berada di sampingnya saat Putri merenggang nyawa, Gavin menyesal tidak melihat Putri untuk terakhir kali. Dia sudah egois, mementingkan kebutuhan biologisnya dan melupakan tanggung jawabnya sebagai ayah.Hanya terdiam mematung tanpa bicara dan tanpa tangisan airmata yang dilakukan Gavin kini. Dia tidak bisa protes kepada siapa pun tentang hal ini. Dia juga tidak bisa bertanya bagaimana kondisi terakhir putrinya itu sesaat sebelum meninggal. Ini adalah penyesalan Gavin terbesar dan untuk pertama kali dia merasa gagal. Ia gagal sebagai ayah, gagal sebagai suami dan juga gagal sebagai lelaki. Tiga predikat itu telah melekat di namanya kini.Yeni berjalan menghampiri Gavin yang m
Read more

Bahan Ghibah

“CABUT UCAPANMU ITU, YENI!!!” sentak Gavin penuh amarah. Yeni hanya diam dan berdiri menantang Gavin seakan siap kalau Gavin hendak memukulnya.“Jangan pernah sekalipun menyumpahi anak yang sedang dikandung Alya. Aku memang lebih mencintai Alya daripada kamu. Tapi asal kamu tahu, kamu yang membuatku seperti itu. Kamu sendiri yang menjauh saat aku ingin dekat. Kamu yang membuka lebar pintu untuk aku menikah lagi. Aku harap kamu bisa belajar menelaah kini,” pungkas Gavin.Dia sudah membalikkan badan dan bergegas pergi meninggalkan Yeni. Sontak Yeni panik, dia ikut membalikkan badan dan mengejar Gavin.“Mas!! Kamu mau ke mana? Apa kamu mau ke Alya dan minta jatah pelayanannya lagi? MAS!!!” teriak Yeni penuh amarah. Gavin tidak menjawab dan langsung masuk ke dalam mobil kemudian sudah pergi meninggalkan rumahnya.Yeni semakin kacau, ia menyesal melepas tawaran Irwan saat itu. Hanya karena ingin memperbaiki rumah tangganya,
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status