Home / Romansa / Diblokir Tetangga / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Diblokir Tetangga: Chapter 101 - Chapter 110

129 Chapters

101. Surat Dari Lastri (2)

Hingga pukul empat sore. Tamu yang datang masih lumayan banyak. Aku bersama Bu Nyai juga beberapa saudarinya yang lain. Ada Ummi Shafa dan Aira. Juga Mbak Hana, istri Mas Fadhil. Mbak Hana. Selisih dua tahun denganku. Ia seumuran dengan Mas Fadhil, cantik dan berkulit putih. Kata Ummi Shafa, ia masih ada hubungan kerabat keluarga jauh. Jodoh itu memang unik. Ia bisa datang dari mana saja. Salah satunya bisa berasal dari kalangan kerabat keluarga sendiri.Kulihat Bu Nyai dan Ummi Shafa sedang berbincang panjang. Perempuan yang telah menjadi mertuaju itu menyuruh untuk memanggil beliau dengan sebutan Ummi, tapi berhubung aku belum terbiasa jadi tak enak sendiri mengucapkannya. "Nduk, kamu sudah makan belum?" tanya Bu Nyai. Aku menggeleng pelan. "Nanti saja, Bu, eh, Ummi.""Nggak lapar apa?"Aku menggeleng. Bagaimana bisa lapar kalau sedang bahagia seperti ini. Aku bahkan lupa kapan terakhir aku memasukkan makanan ke dalam mulu
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

102. Hadiah dari Suami

Rintik hujan perlahan turun. Membasahi atap genting yang mengering. Di dalam kamar, Inamah baru saja selesai menunaikan salat Isya. Sementara Fatih, ia masih di mesjid. Melaksanakan salat Isya berjamaah.Malam ini, adalah malam pertama bagi Inamah bersama Fatih sebagai sepasang suami istri. Inamah sudah meminta izin. Ia akan mendatangi kamar pengantinnya saat pukul sembilan malam. Sebelum waktu itu tiba. Ia akan bersama dengan Kia dan Bude Ningsih. Bagaimanapun juga, Kia masih menjadi prioritas utama Inamah. Tak berubah meski telah menyandang status sebagai seorang istri.Inamah merapikan hijabnya sebelum kemudian ia melangkah pergi menuju kamar Kia dan Bude Ningsih. *** "Assalamualaikum," ucap Inamah begitu masuk ke dalam kamar Kia. "Wa alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh." Jawaban salam terdengar dari dalam. Inamah terkejut. Saat melihat bukan hanya Bude Ningsih saja yang bersama Kia. Melainkan ada Bu Nyai.
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

103. Malam Pengantin

Hampir jam sepuluh malam dan aku baru tiba di rumah Abah Yai. Hatiku masih berbunga-bunga, merasakan begitu banyak bahagia yang datang bertumpuk-tumpuk. Tentu saja karena Mas Fatih dengan sifat romantisnya yang cukup tinggi. Terjawab sudah rasa penasaranku. Kenapa Mas Fatih membawaku malam-malam begini. Ia bilang karena waktunya mepet. Besok kami kembali sibuk menerima tamu undangan yang datang. Ditambah sorenya, aku dan suamiku itu akan melakukan perjalanan jauh. Menuju Kota Bandung. Katanya ada kejutan yang sudah Mas Fatih siapkan di sana. Mendengar kata kejutan saja, hatiku sangat bahagia. "Dek," panggil Mas Fatih. Ketika beberapa langkah lagi kami memasuki kamar. "Nggih, Mas?""Salat dulu, yuk!" ajaknya. Aku mengangguk sambil tersenyum padanya. ***Aku menyiapkan tempat salat. Di dalam kamar kami, dekat dengan tempat peraduan. Kamar Mas Fatih memiliki kamar mandi di dalam, juga sebuah ruangan kecil ya
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

104. Romansa Pengantin Baru

Mahabbah Kupu-kupu itu beterbanganDi taman bunga dalam hatikuMembungkus gundah hingga ia perlahan menghilangJauh ... tak lagi kembali padaku❤❤❤Usai mandi bersama. Aku dan Mas Fatih melaksanakan qiyamul lail hingga subuh datang. Begitu mendekati waktu subuh, suamiku itu berpamitan untuk pergi menuju mesjid. "Adek salat di rumah saja, ya." Mas Fatih mengusap puncak kepalaku yang terbungkus mukenah. Kuanggukkan kepala padanya. Setuju. "Nggih, Mas." "Jangan lupa, baca qur'an juga, ya."Mas Fatih menasehatiku lagi. "Nggih, Mas." Ia bangkit. Melipat sajadah bekas tempat salatnya. Lalu merapikannya ke dalam lemari. "Sebelum Mas masuk kamar. Adek jangan ke luar dulu, ya." Aku mengerutkan dahi. Tercenung sebentar. Kemudian mengangguk pelan. "Nggih, Mas." Aku setuju saja pada suamiku itu. Karena aku percaya, ia punya alasan lain yang su
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

105. Kabar Duka di Kereta

Pernah merasa janggal dengan sikap suami? Pernah merasa aneh seperti ada sesuatu yang disembunyikan? Ya, aku mengalaminya saat ini. Mas Fatih, entah kenapa ia seperti menyimpan sesuatu dariku. Saat kuketuk pintu kamar. Ia lantas mematikan panggilan di gawainya dengan cepat. Padahal, aku sangat penasaran dengan isi pembicaraannya. Apa yang ia bicarakan di gawainya itu.Meninggal?Pemakaman?Siapa ...?Aku mencoba bersikap biasa saja. Kulihat Mas Fatih mendekat. Tapi, dia tidak menyampaikan apapun padaku. Sikapnya lembut dan hangat seperti biasa. Meski di satu sisi aku merasa penasaran. Tapi, aku percaya saja. Karena aku sangat yakin. Mas Fatih punya alasan lain untuk tak membahas itu. Kucoba untuk berhusnudzhon. Barangkali temannya yang meninggal. Karena yang kutahu, rekan Mas Fatih cukup banyak. *** Usai mengikuti acara pengajian ibu-ibu. Aku bergegas menemui Bude Ningsih di kamar Kia. Kucari-cari
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

106. Tiba di Bandung

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (TQS Al-Mulk 1 dan 2) *** Tepat pukul empat subuh aku dan Mas Fatih tiba di stasiun Bandung. Udara di sini begitu dingin. Rasa-rasanya menembus ke dalam tulangku. Kabar duka yang Mas Fatih berikan di kereta. Sedikit banyak membuatku kepikiran. Di balik sikap lembutnya itu, ternyata ia bisa tegas juga. Saat menyikapi permintaan Mas Bram yang terakhir. Untuk bertemu denganku. Aku bersama Bude Ningsih berjalan di belakang. Sementara Mas Fatih menggendong Kia yang sedang tertidur. Barang-barang yang kami bawa dikemas dengan apik dalam koper. Kami tak sedikit pun merasa berat saat membawanya. Tinggal ditarik saja. "Di sini, dingin ya, Nduk," ucap Bude Ningsih. "Nggih, Bude. Beda banget sama di Surabaya
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

107. Masih di Kota Bandung

Aku terpejam dalam dekapan Mas Fatih. Begitu nyaman dan menenangkan. Aku tahu suamiku itu tak tidur. Ia hanya berniat menemaniku saja.Kurasakan jemarinya terus bergerak membelai rambutku. Menyisirnya dengan hati-hati. Mas Fatih bilang rambutku bagus, hitam dan halus. Ia terus saja memainkannya. Tak sia-sia aku rajin melakukan perawatan rambut. Mulai dari memakai lendir lidah buaya secara alami, juga vitamin yang kubeli di mini market. Hasilnya memang bagus. Aku mengakuinya. Sengaja kurawat seluruh bagian tubuhku untuk menyenangkan suami."Dek," panggil Mas Fatih tiba-tiba. Aku mendongak. "Nggih, Mas?" jawabku sambil menatap kedua matanya. "Kenapa nggak tidur-tidur? Kirain udah bobok hehe." Ia mengacak rambutku gemas. Aku tersenyum. "Susah tidur, Mas. Nggak biasa tidur jam segini." "Eum? Begitu?" Mas Fatih mendekatkan wajahnya. Membuat tak ada lagi jarak di antara wajah kami. Ia menyentuh lama. Menunjukka
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

108. Malam yang Panjang

Puas rasanya berkeliling. Udara yang sejuk ditambah langit yang sedang mendung. Membuatku betah berlama-lama di luaran. Hawa di sini benar-benar dingin. Berapa kali aku bergerak, sama sekali tak kurasakan keringat keluar. Kia dari tadi bermain di halaman rumput sintetis alun-alun Kota Bandung. Tentu saja ditemani Bude Ningsih. Sementara aku dan Mas Fatih duduk di pinggiran. Menunggui. Sambil sesekali menikmati jajanan yang tadi kami beli. "Mau lihat Kota Bandung dari atas, nggak?" bisik Mas Fatih. "Dari atas?" tanyaku.Mas Fatih mengangguk. Jari tangannya bergerak menunjuk ke arah dua buah menara di sisi kiri dan kanan mesjid."Terbuka untuk umum, Dek. Mau nggak?" tanyanya lagi. Kuanggukkan kepala. "Bude sama Kia diajak juga nggak?" tanyaku. "Boleh. Yuk."Mas Fatih berdiri lebih dulu. Ia mengulurkan tangannya. Kuraih cepat, menggenggam sambil berdiri. "Nduk, sini!" Kulambaikan
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

109. Gadis Itu Bernama Maryam

Kurasakan tebalnya selimut yang hangat membungkus rapat tubuh. Jemariku bergerak perlahan mengurai dekapan Mas Fatih. Lalu menyingkap selimut dan menuruni ranjang. Ingin ke kamar mandi. Kulirik jam di dinding kamar hotel. Hampir subuh rupanya. Kualihkan pandang ke arah Mas Fatih. Ia masih tertidur pulas. Sudah tak sempat untuk qiyamul lail. Nanti sajalah kubangunkan usai dari kamar mandi. Tak tega. Aku menggelengkan kepala sendiri. Teringat kejadian semalam. Umm ... manis sekali. *** Kupandangi wajah Mas Fatih yang sedang terpejam. Tangan kananku bergerak perlahan. Menyentuh puncak kepalanya. Kusisir hati-hati dengan jariku. Mas Fatih menggeliat. Ia mengerjapkan kedua matanya pelan. "Assalamualaikum, Mas," bisikku lirih. Mas Fatih tersenyum. Ia menahan gerakan tanganku yang sedang membelai rambut kepalanya. Lalu membimbing ke arah pipi. Meletakkan telapak tanganku di sana. "Wa alaikumussalam warahmatullah wabaraka
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

110. Kode Hamil

"Keharmonisan keluarga itu dibangun bersama-sama, bukan terbentuk dengan sendirinya. Artinya, butuh kerja sama antar anggota keluarga agar tujuan harmonis tercapai. Bukan justeru membuat jarak, karena hal tersebut bisa merusak ikatan yang sudah ada." Aku tercenung mendengar wejangan Mas Fatih. Kali ini kami sedang membahas tentang hubungan rumah tangga yang sehat. Seringnya diskusi menjadi pilihan saat sedang ada waktu duduk bersantai di luar rumah seperti ini. Sedangkan jika di dalam kamar, kami lebih sering mengkaji kitab bersama. Atau melakukan sesuatu yang membuat hubungan semakin menyatu. Kami masih duduk di depan teras rumah bibi. Kurasakan semilir angin yang cukup dingin menerpa kulit wajahku. Langit cerah bertabur bintang. Sesekali, dengung binatang malam terdengar bersahutan. Lalu kembali menghilang. Menyisakan keheningan. "Mas," panggilku setelah beberapa lama terdiam. "Iya, Dek?""Kebanyakan, kenapa saudara yang sudah menik
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status