Beranda / Romansa / Diblokir Tetangga / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Diblokir Tetangga: Bab 71 - Bab 80

129 Bab

71. Gugatan Cerai

Kamu berangkat jam berapa, In?" Pertanyaan Mirna membuat Inamah terhenyak dari lamunannya. Ah, ia merindu masa nyantri dulu. "Nanti agak siang, Mbak." Inamah melanjutkan kegiatannya. Jika di luar gaduh persiapan mandi, Inamah dan Mirna justeru sibuk di dapur. Menyiapkan sarapan pagi. "Sama siapa?" tanya Mirna. "Sendirian aja, Mbak.""Bukannya sama Ustazah Shafa?" tanya Mirna lagi. Inamah menggeleng. "Enggak, Mbak. Saya tahu niat beliau baik. Tapi, saya juga harus menjaga marwah beliau. Ini menyangkut urusan rumah tangga saya. Apalagi kalau sampai ada Mas Fadhil. Apa komentar orang nanti?" Mirna tersenyum kecil. Inamah sudah biasa begitu. Pandai menjaga diri dan juga orang lain. "Baguslah kalau gitu. Semoga Allah berikan kemudahan.""Aamiin."*** Seperti rencana di awal. Pukul sembilan, usai mengerjakan pekerj
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-17
Baca selengkapnya

72. Menemui Ibu Mertua

Di depan rumah sakit. Inamah menghubungi Bram. Ia tidak tahu di mana ruangan Ani. Mau atau tidak mau, ia terpaksa menghubungi lelaki itu. "Assalamualaikum, Mas. Ruangan Ibu di mana?" "Wa alaikumussalam. Ya Allah, kamu jadi ke sini, Dek?" Suara Bram terdengar sangat bahagia. Inamah mengembus napas. Sudah jengah rasanya."Iya. Aku di depan pintu utama. Kasih tahu saja ruangan Ibu di mana?" tanya Inamah tak sabaran. "Aku susul sekarang. Tunggu!" Tut!Panggilan diakhiri oleh Bram. Tanpa salam ataupun sahutan dari Inamah. Mungkin benar, karena saking senangnya. Bram mengusap wajahnya kasar. Lelah menunggui Ani akan terbayar karena apa yang ia rindukan telah datang sendiri. Bohong jika ia baik-baik saja tanpa Inamah. Sekali pun ada Lastri, yang kini sedikit banyak telah mengisi hari-hari Bram. Tetap saja, Inamah masih yang utama.Dan berharap akan selamanya b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-18
Baca selengkapnya

73. Kedatangan Inamah

Aku melihatnya. Istriku. Ia datang lagi. Setelah berminggu tak bertemu karena ia kabur dari rumah. Tidak, bukan kabur sebenarnya. Melainkan kuusir.Ah, betapa aku bodoh sekali. Bukannya mengendapkan masalah agar bisa berpikir jernih. Aku justeru memperkeruh suasana hati Inamah. Begitu mudah diri ini tersulut emosi, hingga berlian kesayanganku itu pergi dan tak lagi kembali.Ia bahkan mengancam akan menggugat cerai. Rabbi ....Tidakkah aku memiliki kesempatan untuk kembali? Andai Inamah tahu, bahwa aku telah ditipu Lastri. Rencana jahatnya yang busuk menjeratku, ia bahkan terang-terangan melukai ibuku.Aaaargh! Sialan! *** Penyesalan memang menyakitkan, tapi itu adalah sebuah kenyataan. Inamah masuk ke dalam ruang rawat inap Ani. Ia melangkahkan kaki dengan perlahan. Ada pedih merambati hati. Bagaimanapun, Ani sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri. Tak sampai hati saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-19
Baca selengkapnya

74. Selesai

"Dek ... maafin, Mas. Kamu sudah termakan hasutan. Mas dijebak, Dek." Kalimat Bram patah-patah."Dijebak? Haha, jangan berdusta, Mas." Inamah sedikit terbahak sambil mundur satu langkah ke belakang. Beruntung ia sudah menuruti kata hatinya tadi. Menuju pengadilan agama lebih dulu. Benar dugaannya. Ada drama saat bertemu dengan Bram. Sudah muak ibu satu anak itu. "Dek. Harus bagaimana lagi menjelaskan semua ini sama kamu?" Masih dengan menekuk lutut, Bram maju ke depan. Dipeganginya lutut Inamah. "Bangunlah! Jaga kehormatan dirimu, Mas. Jangan begini! Ini di rumah sakit!" Inamah risih. Ia baru sadar bahwa dalam ruangan ini ada beberapa pasang telinga yang mendengar. Tadi, tanpa sengaja kedua mata Inamah menangkap seseorang menyibak tirai dari bilik pasien di sebelah. Akibat terbawa suasana. Inamah sampai lupa bahwa ia telah membuka aib di depan orang lain. Meski tanpa sengaja. Cepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-20
Baca selengkapnya

75. Menjadi Pesakitan

[Kamu di mana, In?]Satu pesan masuk datang dari Rudi. Ia sedang menunggu Inamah. Ada banyak hal yang harus disampaikan. [Taman depan, dekat pintu utama.]Balas Inamah cepat. Tak lama, usai membalas. Seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Rudi."Mas?""In?"Keduanya saling bertegur sapa. Rudi menatap dengan perasaan tak enak. Hatinya resah, mendadak nyalinya menciut. "Maaf, tapi aku nggak bisa lama, Mas. Pekerjaanku menunggu," ucap Inamah. "Kamu kerja di mana?" tanya Rudi berbasa-basi. "Ada hehe."Inamah tak ingin ada yang tahu. Di mana saat ini ia tinggal. Sekalipun itu Rudi. Menjaga privasi sebaik mungkin. Sebab ia harus fokus pada kebahagiaan Kia dan juga keamanannya. Tak ingin putri kecilnya terlibat dengan orang-orang di masa lalu. "Aku cuman mau bilang, minggu depan aku menikah dengan Andin. Kamu bisa datang?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-21
Baca selengkapnya

76. Tak Mau Peduli

"In, kamu beneran nggak mau tahu soal Lastri?"Mas Rudi masih saja membahas perempuan itu. Jangankan mencari tahu tentangnya, menyebut atau mendengar saja rasa hati ini sangat gerah."Enggak, Mas. Nggak penting. Ngapain juga," jawabku malas."Oh, ya udah kalau begitu. Sekarang kamu bagaimana? Ibu mertuamu?""Udah. Aku tadi udah ketemu. Sekadar besuk aja, sih Mas. Nggak ada lagi yang perlu dibahas. Oh, ya. Aku usahain datang ke pernikahan kamu sama Andin. Semoga Allah lancarkan semuanya, ya." Kuakhiri perbincangan dengan Mas Rudi. "Iya, kamu juga. Semoga segera dipertemukan dengan jodoh yang lebih baik," ucap Mas Rudi."Aamiin."Aku pamit tanpa berbasa-basa lagi. Karena sudah hampir sore dan aku harus segera kembali. Tak enak sama Mirna. Dia pasti kerepotan sekali. Hidup itu kadang aneh. Kupikir, Mas Rudi akan terus bertahan dengan rasa cintanya kepada Mbak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-22
Baca selengkapnya

77. Dilema

"In, kok malah melamun!" Mbak Mirna membuyarkan lamunanku. Aku sampai lupa bahwa sedang mencatat barang apa saja yang harus dibeli untuk belanja esok hari. "Iya, Mbak. Maaf," kataku."Lima hari lagi ada acara besar di sini. Jangan sampai ada yang kelewat. Ayo semangat." Aku tersenyum menanggapi Mbak Mirna lalu kembali mencatat daftar belanja. Ia mendikte apa saja yang harus dibeli. Ya, akan ada acara Tabligh Akbar di Pondok Pesantren As Salam ini. Kabarnya, akan diisi oleh seorang Ustaz kondang di Surabaya. Juga sebagai ajang silaturahmi karena menghadirkan tamu-tamu dari pendiri Ponpes di daerah sekitaran Surabaya. Gresik dan Sidoarjo termasuk di dalamnya. Begitupun para santri putra dan putri. Semua akan hadir bersama dengan pembagian tempat yang berbeda. Juga perwakilan dari daerah lain. Ada yang resah di dalam hatiku. Dua nama yang akhir-akhir ini membuatku sedikit terganggu. Mas Fadhil dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-23
Baca selengkapnya

78. Pertemuan Penting

Ada tiga penghancur paling ampuh yang membuat manusia tak berdaya dan membuatnya tersungkur dalam kehinaan. Ketiga hal itu adalah harta, tahta dan wanita. Jika tak pandai menahan diri. Apa yang berhasil didapatkan, akan sia-sia saja rasanya. *** Semilir angin nan lembut menelisik dedaunan. Ranting dan daun yang bergesekan, menimbulkan irama gemerisik yang khas. Gelisah.Satu kata yang merambati hati Inamah. Baru saja ia memantapkan diri untuk menggugat cerai suaminya. Kini, ia kembali dilema. Apa yang paling mudah berubah bagi seorang manusia selain hati? Segumpal daging yang tersembunyi itu sungguh tak pernah bisa ditebak dalamnya. Bahkan, oleh pemiliknya sendiri. Hingga pukul dua dini hari. Inamah belum juga terpejam. Kedua matanya menatap fokus pada pesan-pesan yang Bram kirimkan. Termasuk lembaran foto sertifikat rumah milik suaminya itu. Yang mencantumkan namanya sebagai Sang Pemilik dengan jelas. Setitik air perlahan meluncur dari kedua mata Inamah. Ia tak ingin bermain-ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-27
Baca selengkapnya

79. Kritis

"Ada perlu apa, Ummi?""Ini terkait urusan Pondok, Nduk. Nggak papa. Sebentar saja, kok."Inamah mengangguk. Ia lalu berjalan ke arah simbok. Ditepuknya pelan lengan perempuan yang kulit tubuhnya sudah mengeriput itu."Iya, kenapa, Nduk?" "Inamah izin keluar sebentar. Ada Ustazah Shafa."Simbok menoleh. Lantas tersenyum ke arah Ustazah Shafa. Ingin menyalami, tapi karena tangannya yang cukup kotor membuat Simbok segan. Ditangkupkannya saja dua tangan di depan dada. Memberi salam. Ustazah Shafa mengangguk. Lantas mengajak Inamah berlalu pergi. *** Di dalam ruangan khusus untuk para guru. Inamah dan Ustazah Shafa tengah berbicara serius. Ibu satu anak itu mendengarkan semua penuturan Ustazah Shafa. Juga mengklarifikasi apa saja yang menjadi permasalahan yang tak ia ketahui. "Jika dirasa merepotkan dan terbebani. Boleh Inamah memikirkan ulang tawaran Ummi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-28
Baca selengkapnya

80. Cambuk Atas Kepergian Ibu

Memilih pulang atau tetap bertahan di sini. Masing-masing pilihan tentu mendapat konsekuensi. Aku ... entahlah. Kembali ke tempat Mas Bram. Sama saja menelan ludah sendiri. Mati-matian aku ke luar dari cengkeramannya. Memutus hubungan sepihak atas beragam pengkhianatannya. Juga ... gugatan cerai yang tak mungkin aku tarik begitu saja. Dilema.Sementara, jika aku tetap di Pondok. Urusan pribadiku yang belum selesai dan terus berbuntut. Tak ayal membuat pekerjaanku berantakan. Belum lagi Mbak Mirna yang mulai 'risih' terhadapku. Harus bagaimana?*** Tok! Tok! Kuketuk pintu ruang guru. Seperti biasa, ada Ustazah Ana yang berjaga. "Assalamualaikum," ucapku memberi salam. "Wa alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Iya, kenapa, Nduk?" Ustazah Ana mengerutkan dahi begitu melihatku di depan pintu. "Ada yang mau Inamah bicarakan. Boleh minta waktunya sebentar Ustazah?" 
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status