Home / Romansa / Diblokir Tetangga / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Diblokir Tetangga: Chapter 111 - Chapter 120

129 Chapters

111. Hilang

"Inamah bingung, Mas. Nanti ... kita akan tinggal di mana?" Akhirnya lepas sudah kalimat yang sejak lama kutahan. Sungguh, aku bingung menyikapi permintaan ibu mertua. Beliau jelas-jelas menginginkanku tinggal bersamanya. Sementara itu, Mas Fatih sudah memiliki rumah yang sengaja ia siapkan untukku. Di sana terdapat perpustakaan lengkap dengan beragam buku dan kitab. Kegundahanku semakin menjadi. Mengingat aku sudah memiliki rumah sendiri. Dekat dengan tempat usaha yang juga sudah lama kugeluti. "Adek maunya bagaimana?" tanya Mas Fatih sambil menutup bukunya. "Sebagai seorang istri, ya, wajib ikut kata suami. Inamah pinginnya tinggal di rumah yang Mas tunjukkan waktu itu.""Nah, tahu, kan? Mas juga sudah menyiapkan rumah untuk kita.""Trus, soal permintaan Ummi?""Ya, sesekali kita menginap di sana, Dek. Jadwal Ummi juga padat. Beliau pasti jarang di rumah. Adek tahu sendiri, kan. Gerak dakwah Ummi sama Abah seperti apa."
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

112. Akhirnya

Semua barang sudah dikemas. Dalam koper yang sudah disediakan seperti kemarin saat kami berangkat. Hanya saja, kali ini ada banyak tambahannya. Karena oleh-oleh untuk keluarga di Surabaya. Begitu pun barang bawaan Maryam. Hari ini ia juga ikut serta. Pulang bersama kami. "Udah siap, Dek?" tanya Mas Fatih sambil merapikan koper. "Udah, Mas.""Alhamdulillah."Aku dan Mas Fatih melangkah bersama. Ke luar menuju ruang tengah. Semua sudah menunggui. *** "Nitip Maryam, ya. Jaga dia. Bibi percaya sama kalian." Bibi kembali mengucap hal yang sama padaku sebelum aku masuk ke dalam mobil. Mas Fatih mengepaki barang ke bagasi. Sementara Kia dan Bude sudah duduk di dalam lebih dulu. "Iya, Bibi. Inamah ngerti kok." Aku tersenyum. Bibi kemudian memelukku lalu berganti memeluk Maryam. Kuperhatikan gadis itu. Ia memakai gamis warna coklat tua dengan kerudung kuning yang hampir senada. "Maryam duduknya di depan aja, ya. Dia gampang mabuk." Aku menoleh saat bibi bilang begitu pada Mas Fatih. M
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

113. Aku dan Perasaanku (Pov Maryam)

"Tapi, bagaimana mungkin Fatih mau dengan Maryam. Melihat kondisi anak kami yang seperti itu.""Inshaa Allah Fatih nggak menilai dari hal itu. Dia sudah percaya sama saya. Maryam jodoh yang tepat untuknya." "Apa nggak nanya langsung aja sama Fatih?" "Enggak. Dia sudah setuju bahkan sebelum kami datang ke sini.""Alhamdulillah kalau seperti itu, mah."Terdengar tawa berderai dari arah ruang tamu. Jantungku berdebar kencang. Ah, aku tak salah dengar. Abah yai ke sini bukan sekadar silaturahmi. Tapi, membawa lamaran dari Gus Fatih untukku. Masih ingat betul kejadian itu. Dua tahun yang lalu. Tepatnya hari ini. Harusnya aku dan Gus Fatih menikah. Tapi, entah bagaimana bisa. Lelaki bercambang tipis itu kini memiliki tambatan hati. Seorang janda beranak satu menjadi labuhan hatinya. Padahal, Abah yai jelas-jelas melamarkannya untukku. Memuakkan!Aku benci dengan keadaan ini.
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

114. Mengurai Masa Lalu

- Tak ada yang lebih kuat dalam mempertahankan sebuah hubungan kecuali kepercayaan satu sama lain. Baik antara istri maupun suami. Karena percaya adalah modal untuk menjaga komitmen dalam berumah tangga. -*** Tirai ditutup. Inamah mencoba untuk mengendalikan perasaannya. Ia percaya pada suami. Tak akan ada celah untuk orang ke tiga di dalam rumah tangganya. Rasa bahagia mendominasi. Membuat pipinya bersemu merah. Tanpa sadar perutnya diusap sendiri. Akhirnya tumbuh pula benih yang selama ini ia nanti. Dari sang suami. Inamah berjalan menuju dapur. Membuatkan segelas air minum hangat bercampur madu dan geprekan jahe. Fatih sangat menyukai minuman itu. Selain menghangatkan, terkandung banyak khasiat di dalamnya. "Ummi, kapan dedek bayinya ke luar?" Pertanyaan Kia membuat gerakan Inamah yang tengah mengaduk larutan air minum terhenti. Ia sampai lupa bahwa puteri kecilnya tengah memperhatikan. "Ins
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

115. Tawaran Kedua

Dalam senyap. Mencoba bicara dengan sang pemilik hati. Berharap langkah yang ia tempuh tidak salah. Maryam dengan kealpaannya. Merutuki diri, berbuat layaknya perempuan hina. Meminta suami orang untuk menghalalkannya. Rasa yang menggebu membuat ia gelap mata. Berani menumphakan rasa malu. Mengelabuhi kebenaran, bahwa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Usai qiyamul lail, Maryam merangkak kembali ke atas ranjang. Ia tersenyum getir. Mengamati kaki sebelahnya yang tak normal. Ikhlas berusaha ia tanam, tapi adakalanya sedih masih mendominasi. Ia manusia dengan beragam sifat alami yang ada. Dilemparnya pandangan ke atas meja dekat ranjang. Sebuah map cokelat yang belum ia sentuh lagi. Perlahan hatinya tergerak untuk mendekat. Dibukanya dengan hati-hati map berwarna cokelat tersebut, pemberian Fatih tadi siang. "Bismollahirrahmaniirahiim." Marya membukanya. Bersandar punggung gadis itu di dinding dengan alas bantal berwarna putih. Ke
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

116. Morning Sickness

Hueeeekk!Huueeeekkk!Aku masih merasakan sesuatu yang ingin keluar dari dalam mulut. Ditambah rasa perut yang begah luar biasa.  "Tolong ambilkan minyak angin, Mas." Gerakan Mas Fatih yang memijit tengkukku seketika berhenti. Ia tak bicara, berlalu saja meninggalkanku sesuai permintaan tadi."Ini, Dek."Disodorkannya sebuah botol berukuran mungil berisi cairan berwarna bening. Kubuka cepat tutupnya dan menuangkan beberapa tetes ke telapak tangan. Mengusap perlahan. Lantas mengolesnya ke beberapa bagian tubuhku. "Udah mendingan?" tanya Mas Fatih. Aku mengangguk. "Lumayan, Mas," jawabku. Sudah seminggu sejak kabar kehamilanku terdeteksi oleh dokter kandungan. Baru hari ini aku mengalami mual muntah. Sepertinya morning sickness baru saja terjadi. "Kenapa senyum-senyum, Dek?" tanya Mas Fatih. "Adek seneng, Mas. Mual muntah adalah respon tubuh atas perubahan hormon. Artinya janin berkembang."
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

117. Lelaki Penjaga

[ Jika ada yang memberi kepastian, lantas kenapa mengharap yang tidak kunjung datang ] *** Aku tersenyum simpul membaca pesan dari Teh Inamah. Ia begitu peduli padaku. Teringat kejadian pasca kecelakaan. Saat Teh Inamah, Mas Fatih, juga Mas Khalid membesuk. Saat itu aku sedang berada di rumah sakit. Seperti biasa, Teh Inamah mengunjungi. Hanya dua hari saja, karena setelah itu ia sedang banyak pesanan, katanya. "Teteh lihat, dia lelaki yang baik," ujar Teh Inamah. "Siapa?" "Khalid." Aku terdiam. Kulirik sekilas, Teh Inamah tersenyum. "Benar kan?" tanyanya sambil mengangkat alis sebelah. Duh, aku ketahuan sedang meliriknya. Mana Teh Inamah tersenyum lagi. "Apa yang membuat Maryam ragu?" tanya Teh Inamah. Aku mengangkat wajah. Ragu atas niat baik Mas Khalid? Ah, rasanya tidak. Aku hanya sedang bimbang. Sedikit saja. Takut tak bisa membahagiakan lelaki shalih itu. Mengecewakan
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

118. Khitbah

Maryam terdiam. Duduk di bangku penumpang kereta api sebelah kanan. Di sisi kirinya ternyata adik Khalid yang bungsu. Diana namanya. Ya Allah, apakah Mas Khalid sengaja melakukan ini karena ia peduli padaku? Karena ia ingin menjaga agar keadaanku baik-baik saja? Maryam menelan saliva. Pikirannya lantas membayang wajah lelaki salih yang hendak mengkhitbah untuk yang kedua kalinya, Khalid. Maryam menoleh kembali. Sedikit malu-malu ia menatap ke arah tempat duduk Khalid. Ada yang berdesir sebentar. Lantas cepat-cepat Maryam beristigfar. Kereta malam melaju dengan kencang, lampu di gerbong sudah dimatikan secara otomatis. Wajah Khalid tak terlihat jelas, tapi hati memberi kode bahwa lelaki itu turut menatap ke arah yang sama. Bergeraknya kereta api membawa Maryam berlalu pergi. Seiring dengan hatinya yang kini hangat dirasai. Drrtttt! Drrrttttt! Gawai Maryam tiba-tiba saja bergetar. Gegas ia mengambil benda pipih di d
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

119. Mendadak Akad

Maryam tersipu malu. Kedua pipinya merona merah tanpa blush on sekalipun. Ada yang bermekaran dalam hati pasca ia membaca pesan dari lelaki yang akan mengkhitbahnya.  Ternyata, pria bernama Khalid itu begitu serius juga terkesan romantis. Berkali-kali Maryam mengipasi wajah dengan telapak tangan sendiri. Gugup.  "Neng, sini!" seru mama ketika melihat Maryam di ambang pintu. Aneh karena melihat putrinya yang maju mundur sendiri. Antara akan keluar atau tidak. "Udah ditungguin," kata mama lagi. Baru sadar, bahwa putrinya sedang berada dalam masa malu-malu. Biasa, anak gadis saat akan dilamar akan bingung dan salah tingkah seperti Maryam kali ini. Maryam meninggakkan kamar. Dilihatnya ruang tamu sudah penuh. Ruangan yang berdinding putih itu bisa dibilang kecil, hanya mampu untuk menampung tak lebih dari dua puluh orang. Maryam mengintip sedikit di balik tirai pembatas antara ruang tengah dan ruang tamu. Ia masih belum berani keluar. Disisirnya s
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

120. Memangkas Jarak

- Pov Maryam - **** [Apakah berhasil?]Aku tertawa membaca pesan dari Teh Inamah. Ada-ada saja. Kuletakkan kembali gawai milikku di sisi kanan ranjang. Sesekali kulihat ke arah bawah. Di mana Mas Khalid masih terpejam dalam tidurnya. Tidur di atas lantai beralaskan bed cover. Udara Lembang yang dingin pastilah menusuk-nusuk tulangnya. Maaf, Mas.Beberapa jam yang lalu kamar ini mendadak heboh. Gegara tikus yang entah dari mana datangnya bisa tiba di kamarku. Pandanganku beralih ke wajah Mas Khalid. Jika terpejam begitu, ia terlihat manis sekali. Lebih manis daripada saat bangun dan menatapku. Karena seiring tatapan yang ia berikan, rasa yang ada selalu saja muncul diselingi debar-debar tak biasa. Dia Mas Khalid. Lelaki yang kini telah menyandang status sebagai suamiku. Meski pernikahan ini belum sah di mata negara, tapi telah sah di mata agama. Ijab qabul yang terlaksana tadi, menjadi saksi. Bahwa kini aku harus berbakti pada lelaki it
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status