Share

115. Tawaran Kedua

Dalam senyap. Mencoba bicara dengan sang pemilik hati. Berharap langkah yang ia tempuh tidak salah. Maryam dengan kealpaannya. Merutuki diri, berbuat layaknya perempuan hina. Meminta suami orang untuk menghalalkannya.

Rasa yang menggebu membuat ia gelap mata. Berani menumphakan rasa malu. Mengelabuhi kebenaran, bahwa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan.

Usai qiyamul lail, Maryam merangkak kembali ke atas ranjang. Ia tersenyum getir. Mengamati kaki sebelahnya yang tak normal. Ikhlas berusaha ia tanam, tapi adakalanya sedih masih mendominasi. Ia manusia dengan beragam sifat alami yang ada.

Dilemparnya pandangan ke atas meja dekat ranjang. Sebuah map cokelat yang belum ia sentuh lagi. Perlahan hatinya tergerak untuk mendekat. Dibukanya dengan hati-hati map berwarna cokelat tersebut, pemberian Fatih tadi siang.

"Bismollahirrahmaniirahiim."

Marya membukanya. Bersandar punggung gadis itu di dinding dengan alas bantal berwarna putih. Ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status