Share

108. Malam yang Panjang

Puas rasanya berkeliling. Udara yang sejuk ditambah langit yang sedang mendung. Membuatku betah berlama-lama di luaran. Hawa di sini benar-benar dingin. Berapa kali aku bergerak, sama sekali tak kurasakan keringat keluar.

Kia dari tadi bermain di halaman rumput sintetis alun-alun Kota Bandung. Tentu saja ditemani Bude Ningsih. Sementara aku dan Mas Fatih duduk di pinggiran. Menunggui. Sambil sesekali menikmati jajanan yang tadi kami beli.

"Mau lihat Kota Bandung dari atas, nggak?" bisik Mas Fatih.

"Dari atas?" tanyaku.

Mas Fatih mengangguk. Jari tangannya bergerak menunjuk ke arah dua buah menara di sisi kiri dan kanan mesjid.

"Terbuka untuk umum, Dek. Mau nggak?" tanyanya lagi.

Kuanggukkan kepala.

"Bude sama Kia diajak juga nggak?" tanyaku.

"Boleh. Yuk."

Mas Fatih berdiri lebih dulu. Ia mengulurkan tangannya. Kuraih cepat, menggenggam sambil berdiri.

"Nduk, sini!"

Kulambaikan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status