"Tante?" "Kamu benar Aruna temannya Rindu, 'kan?" "Iya, Tante. Saya Aruna. Tante apa kabar?" tanyaku sangat senang bisa bertemu wanita yang tak lain ibu dari Rindu. Tante Arini, wanita berhijab yang cantik dan anggun itu menjawab pertanyaanku dengan mata yang berkaca-kaca. Dia membawaku ke sebuah kafe yang tak jauh dari sini, kemudian kami mengobrol membahas masa laluku bersama mendiang putri sulungnya. "Lihat kamu, Tante jadi ingat Rindu, lagi. Kamu ke mana saja, Aruna? Kenapa tidak kelihatan?" tanya Tante Arini mengusap-usap punggung tanganku. "Aruna kembali ke kampung untuk mengurus Ibu, Tante. Waktu mendengar kabar Rindu meninggal, saya kaget, ingin ke sini tapi tidak bisa karena Ibu terkena stroke, tidak bisa ditinggal." Lagi pula saat itu, kabar tersebut terlambat datang. "Maafkan Runa, ya Tante." Mata yang tadi berkaca-kaca, kini meneteskan air mata. Wajah keriput Tante Arini terlihat begitu sedih mengenang putrinya yang telah tiada. Aku menguatkan diriku, turut menginga
Baca selengkapnya