Share

Bab 149 (Aruna) Membalas Kesombongan Mantan Suami Sahabatku

"Alina Martadinata, Aldi Wiratmadja ...."

Kusebut dua nama itu dengan tangan meremas dan menggenggam rumput yang tumbuh di kuburan sahabatku.

Pandangan ini lurus ke depan, pada luasnya tanah dengan batu nisan sebagai hiasannya. Dan di sini, tepat di bawahku, ada jasad seseorang yang sudah kuanggap saudara telah terkubur.

Dia pergi, mati akibat dua orang tak punya hati dan empati.

Seandainya saja dulu aku berada di kota ini bersamanya, mungkin ceritanya tidak akan seperti ini.

Sahabatku tidak akan mati muda dengan membawa luka.

"Langit sudah menggelap, Runa. Sampai kapan kamu akan di sini?"

Aku menoleh pada pria yang berdiri di sampingku, kemudian mengembuskan napas berat seraya menepuk-nepuk telapak tangan yang sedikit kotor.

Kini tanganku menggenggam bunga yang kubawa, kemudian menaburkannya di atas makam sahabatku.

"Aku akan di sini sampai hujan turun. Jika kamu ingin pulang, pulang saja. Aku masih ingin tetap di sini," ujarku tanpa mengalihkan pandangan dari nisan bertulis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pudji
Kekuatan harvey york
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status