"Maksudnya, Mas?" "Maksudku, kamu tidak boleh merasa rendah diri. Harus bisa menempatkan diri sebagai keluarga. Dan satu lagi, kamu tidak boleh bekerja sendiri di saat semua orang beristirahat. Bantu, jika semua orang sedang sibuk. Diam, jika yang lainnya juga diam. Paham?" Aku mengangguk. "Kamu menantu, bukan pembantu," tambah Adi lagi seraya menangkup kedua pipiku. "Iya, Mas iya. Aku ngerti, kok.""Yasudah, ganti bajumu, terus beresin bajunya Saffa. Aku tunggu di luar, ya?" Aku kembali menganggukkan kepala. Saat Adi benar-benar sudah keluar dari kamar, aku pun berganti pakaian. Tidak lupa, aku pun memasukkan beberapa make up untuk aku bawa ke rumah Papa Gun. Setelah membereskan bawaanku, aku pergi ke kamar Saffa untuk mengemasi pakaian putriku yang saat ini sedang berada di luar rumah bersama Adi. Entah sedang apa mereka, yang aku dengar hanya deru mobil saja. Mungkin Aris sedang memanaskan mobil, dan Saffa bermain di halaman. Rasanya hatiku sedikit cemas hari ini. Takutnya
Read more