Semua Bab PREMAN DILAMAR SHALEHAH: Bab 31 - Bab 40

79 Bab

Harta Karun yang tersembunyi

Rumah mewah dengan nuansa putih tulang dan bertiang besar tengah dipenuhi oleh daun-daun yang merambat hingga dindingnya. Rumput liar dan pepohonan yang rimbun membuat tempat itu nampak horor bagi siapapun yang melihat. Daun kering yang terbang di tiup angin menyentuh sorban laki-laki yang telah lima tahun meninggalkannya."Tomo! Dimana mereka?" tanya Arash yang menatap menembus daun merambat menghiasi rumah mewahnya yang setelah bertahun-tahun tak terpenghuni. "Mereka telah kembali ke tempat masing-masing, Bang eh ustadz!" Sahut Tomo gugup dan segan. Hanya dia yang masih bisa Arash hubungi karena nomor miliknya yang Arash ingat, pun tertulis didalam kitab yang merupakan sesuatu yang Arash candu hingga kini."Maafkan saya, lima tahun telah meninggalkan kalian!" ucap Arash dengan menoleh ke arah Tomo, ada haru yang tak bisa ia ungkapan dengan kata-kata. "Saya bahkan tidak menyangka bahwa kalian akan tetap setia!""Selama i
Baca selengkapnya

Permintaan konyol Aisha

Ummi Rasyidah mengerat tanah dengan penuh emosi dan keputusasaan. Sesekali ia memukul-mukul tanah seraya berteriak memanggil-manggil nama Aisha. Putri semata wayangnya yang selama ini jadi biang kenapa bahkan dirinya tak enak makan, tak mau minum dan susah tidur."Mi, aku mohon. Sadarlah, Mi." H. Karim yang sudah pedih melihat keadaan istrinya yang begitu memperihatinkan, hanya bisa merangkul memberikan kekuatan. "Kita akan cari putri kita baik-baik, Mi."Begitu juga dengan H. Harun. Ia digandeng erat oleh istrinya yang menangis histeris, merasa pilu atas kejadian tak terduga yang menyedihkan ini."Kang, Bagaimana ini? Ummi malah merasa bersalah," ucap Inayah yang melihat istri adik suaminya begitu memilukan. Pedih, perih dan menyayat hati. Seperti wanita kegilaan. Siapapun, akan tak merasa miris seperti dipukul palu godam bertubi-tubi."Sabar, Ummi. Jangan malah menambah kami semakin merasa panik," ucap ustadz H
Baca selengkapnya

Arash bertemu dengan Faruq

"Syukurlah! Tetap hati-hati jangan sampai suaminya tahu!" Perintah Arash saat ia menerima kabar dari Bean jika sembako yang dititipkan telah sampai tujuan."Baik, Bang!" Jawab Bean bersemangat. "Tapi, Bang. Saya tak melihat dia dan suaminya, hanya ibunya dan anak laki-laki!" "Mungkin dia sedang di kamarnya, Atau mungkin suaminya tengah memenuhi undangan!!" Sanggah Arash cepat. Ia mengerjapkan mata sesaat, meskipun tak mungkin ia mendapatkan Aisha kembali. Maka, setidaknya akan memberikan nafkah pada putranya. Selama lima tahun itu, bahkan Restaurant C@ Cahaya Anugerah tak Aisha terima. Arash tak bisa bayangkan, bagaimana anak kandungnya mendapatkan makanan? Mungkinkah dari Faruq_ laki-laki yang konon akan jadi suami Aisha. Dan Arash yakin, mereka kini telah menikah dan anak yang dulu masih didalam perut Aisha, sudah memiliki Adek kecil.. Tanpa ia ketahui, bahwa sejak itu mantan istrinya terombang-ambing. Harus diusir dari keluarga, kehilangan
Baca selengkapnya

Ajarkan aku, Aish

"Apa itu?" tanya H. Karim, ia menoleh ke belakang. Sedangkan Ummi Rasyidah. Masih erat menarik Koko miliknya."Apa kita batalkan saja penerimaan lamaran keluarga Gus Faruq, Nanda?" "Apa?"H. Karim dan Inayah memekik bersamaan. Apalagi Ummi Rasyidah. Ia spontan melepaskan pelukannya dari sang suami."Apa maksud ucapan kakang?" Em, maksudku tujuan kenapa mesti dibatalkan?" tanya H Karim menuntut penjelasan. "Begini, besok adalah hari pertama kita menjalankan ibadah puasa. Hari itu juga rombongan lamaran untuk Aisha akan tiba," ucap ustadz Harun. Ia melirik sekilas ke arah ummi Inayah sebagai pertimbangan. "Dan, saat ini Aisha justru malah pergi bersama suaminya, dan saya kira. Aisha akan tetap bersama suaminya,""TIDAK, saya membantah saran ini, ustadz!" Tolak Ummi Rasyidah tegas nan lantang tanpa diduga. Ia bangkit dan menatap sekelilingnya dengan tajam. " Aisha harus mendapatkan suam
Baca selengkapnya

Rindunya hatiku padamu kasih

Matanya terbelalak saat melihat sosok yang berdiri tegap. Sorban menyampir di bahunya, peci putih yang memiliki ukiran bahasa Arab diujungnya serta sarung bercorak batik sampai tumit menambah kesan kegagahan dan ketampanan."Mas Arash?" Pekik Aisha terkejut.Dua mata beriris coklat itu menatap lekat, tepat pada bola mata hitam Arash. Empat mata dari dua jiwa itu terkunci dalam sebuah tatapan yang menyiratkan begitu banyak kerinduan yang mendalam.Dunia seolah berhenti berputar dan hanya ada mereka berdua. Ya, seperti hanya ada mereka berdua. Halnya nabi Adam dan Siti Hawa. Bola Mata hitam Arash mulai mengenang dan airnya menganak sungai dipelupuk mata. Sama halnya Aisha, iris mata coklat itu telah terhalang dinding kaca yang semakin lama, semakin menebal dan luruh membasahi pipinya tanpa ia sadari.Dua jiwa dua rasa tertaut dalam tatapan yang mengunci seolah mereka saling menyelam.Se
Baca selengkapnya

Antara malam pertama dan terakhir

Arash menarik tali mukena yang dikenakan Aisha dengan pelan. Aisha, wanita beriris mata coklat itu hanya memejamkan mata yang meneteskan air bening. Butuh waktu dan kesadaran untuk di titik ini.  Titik dimana awal dirinya akan jadi suami istri yang seutuhnya."Aish!" Bisik Arash pelan sedikit mengerang. Ia memegang bahu Aisha dan mengangkatnya perlahan."Kita, kita akan menggapai dunia indah bersama," ucap Arash lagi. Ia tersenyum menatap Aisha yang berada tepat di hadapannya sambil menitikan air mata. Bukan apa, karena waktu beberapa jam lagi, Aisha tak halal lagi untuk ia sentuh. Aisha akan jadi istri lelaki yang sepadan, yang tentunya bisa membimbing Aisha. Tak seperti dirinya, yang selama ini hanya menyuguhkan neraka untuk wanita yang kini berserah diri untuk dijamah."Aku akan penuhi kewajibanku sebagai suamimu, Aish." ucapnya bersamaan dengan menarik Aisha untuk bangkit dan berdiri sehingga sejajar dan ber
Baca selengkapnya

Dua raga satu cinta

"Biarlah, biarkan Mas menelan luka yang telah Mas janjikan dahulu, Aisha." ucap Arash tak kuasa menahan tubuhnya yang lemas seperti tak bertulang. "Jika kita berjodoh, maka kita akan bertemu!""Mas," suara Aisha yang hendak menyanggah menjauh saat sebuah tangan menyeretnya paksa.Ummi Rasyidah, ia menarik tangan Aisha agar segera masuk rumah untuk berdandan dan tak lama-lama berpamitan."Terima kasih, Arash! Kini saya percaya, bahwa lelaki bajingan sepertimu pandai menepati janji," bisik Ummi Rasyidah. " Ingat, kau tinggal urus surat cerai kalian, agar Aisha bisa segera menikah selepas Iddah,"Hati Arash menjerit menerima berita yang begitu menyayat luka. Tangannya hanya mengenggam angin dengan hampa  melihat Aisha yang melangkah semakin menjauh memasuki rumah yang digiring para santrinya."Aisha, mandilah. Kamu harus bersiap diri untuk menyambut mereka," pinta ummi Ras
Baca selengkapnya

Bertemunya Gus Fahmi, Faruq dan Arash

"Memangnya kenapa, Dek?" Fahmi yang terkesiap atas permintaan Nurma yang tiba-tiba. Segera memindahkan makanan yang telah tertata di atas meja sehingga tangannya bisa terulur. "Kita belum makan!""Enggak kok, Mas! Aku sudah kenyang!" Jawab Nurma segera memangku anaknya yang berusia lima tahun itu."Tapi, Dek!" Sanggahan Fahmi laksana harapan yang terbang ke awan berhembus angin kehampaan. Nurma, wanita yang telah ia nikahi atas dasar tanggung jawab karena ada janin yang dikandungnya, janin yang tak diketahui entah siapa ayahnya, telah melenggang pergi.Sehingga, mau tau tidak. Fahmi bangkit dan mengejar sang istri yang bersikap aneh tiba-tiba.Sedangkan dipojok ruangan, Mata Faruq menelisik saat ia melihat orang yang sedari tadi menatap ke arahnya, dengan tatapan ketakutan."Tunggu disini, Dek!" Pintanya pada Rumanah, Namun matanya tak lepas terus menatap wanita yang berlari dikejar pasangannya. "Gerry, ayo k
Baca selengkapnya

Lamaran dan air mata

🍁🍁🍁Aisha, ia memilih untuk melaksanakan shalat maghrib secara munfarid. Meskipun, kehadirannya di lingkungan pondok pesantren sudah diketahui para santri. Tapi, rasanya ia sangat malu jika berpapasan dengan mereka. Banyak para santriah yang meminta izin untuk bertemu dengannya, pun selalu diminta uminya untuk menolak. Dengan alasan, masih ingin merehatkan tubuhnya dan membutuhkan ketenangan.Saat Aisha telah selesai membaca mashaf, netra matanya dikejutkan dengan bayangan yang kembali melintas dari balik jendela."Mas Arash?" tanya Aisha. Ia segera mencium mushaf dan meletakkannya di atas meja."Mas Arash? Datang lagi?""Aisha, maafkan aku. Aku sengaja datang lagi ke tempat ini untuk melihatmu sebentar saja, sebelum kau resmi menerima lamaran Gus Faruq," ucap Arash dari bawah jendela. Ia sedikit menjinjit dan berpegangan pada kusen jendela."Mas, aku tak...
Baca selengkapnya

Terungkap misteri p3m3rkos44n

"Ummi, apapun yang dilakukan Arash. Aisha tetap belum siap membuka hati ini, rasa sakit atas perlakuannya waktu itu, bertekad membuat keputusan bertanda tangan darah membuat hati Aisha  ini seolah terkunci, Ummi!"Ummi Rasyidah menarik napas kasar, Ia faham akan perasaan putrinya pasti akan sangat perih dan tak berperi. Harga diri serta kehormatan seolah dipandang sebelah mata. Tapi, Tak sepenuhnya ini salah Arash, karena nyatanya. saat itu ia meminta Arash untuk tidak menyentuh Aisha padahal wanita berniqab sedang menempati posisi sebagai istrinya. Dan, dengan kehadiran Rayyan disini. Wanita yang telah lama menyandang gelar janda ini yakin. bahwa saat itu juga Arash telah benar-benar mencintai Aisha. Meskipun keputusan yang bertanda tangan darah itu telah menjadi garis takdir Aisha."Maafkan ummi, Aish!" Lirihnya tak kuasa. Ia merangkul putrinya dengan erat. Harta dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.🍁🍁🍁Gerry me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status