Semua Bab PREMAN DILAMAR SHALEHAH: Bab 41 - Bab 50

79 Bab

Lebih ingin dipenjara

"Sudahlah, Ummi!" Potong Gus Faruq seraya meminta Aisha untuk mengulurkan tangan menuju penyematan cincin berlian. Namun, sebuah senyuman tersungging saat menyusuri seluruh tubuh Aisha yang tertutup dengan gamis lebarnya."Alhamdulillah, akhirnya cincin itu sudah tersemat, artinya kamu sudah menjadi tanggung jawab Faruq," ucap H. Hameed saat melihat cincin itu tersemat di jari yang memang punggung tangannya terhalang oleh handshock.H. Hameed memang menginginkan Aisha jadi menantunya, sehingga saat tahu Aisha sudah menikah, ia tak mempermasalahkannya. Apalagi, Gus Faruq. Anaknya sendiri yang mengatakan akan tetap setia.🍁🍁🍁Arash, ia kembali ke rumaih yang langsung di sambut oleh Tomo dan Bean, bahkan Ucok dan satu preman lagi nampak antusias menyambut kedatangan boss mereka yang terlihat lunglai."Boss, kami ikut prihatin ya atas kejadian yang telah menimpa," ucap Tomo sambil men
Baca selengkapnya

Mas Ustadz

"Oh, Ya Mas. Bagaimana masalah hutang yang harus dilunasi Aisha? Apakah kau mau memberikan kebijakan?" Pertanyaan Rumanah cukup membuat Faruq terkesiap. Bersamaan itu, Arash yang berada tidak jauh itu seketika menoleh."Untuk hal ini, Mas akan bicara sama Aby untuk menutup itu." Jelas Faruq setelah beberapa menit ia terdiam, seraya menikmati setiap sentuhan kain hangat diwajahnya. "Bukankah dulu ayah mendonaturkan? Bukan menghutangkan?""Tolong beritahu saya dimana ayahmu?" Pinta Arash yang memotong tiba-tiba membuat Rumanah dan Faruq terkesiap, dan menghentikan aksinya  kemudian menoleh ke arah sumber suara."Mas Ustadz?" Pekik suami istri itu bersamaan."Enggak kok, itu itu hanya...""Aisha tengah merawat putraku. Dan aku tak ingin terbebani dengan donatur yang dianggap hutang itu," potong Arash cepat nan tegas."Saya, saya akan meminta...""Hutang tetaplah hutang, Mas. Jika Aisha tiada dalam k
Baca selengkapnya

Kita Pindah Dunia

"Begini Aisha," ummi Inayah menghela napas, sebelumnya. Kemudian tangannya memegang erat jemari Aisha. "Ummi kok merasa ini tidak adil untukmu, Aish""Maksud ummi?" tanya Aisha tak kalah serius. Bahkan iris mata cokelatnya lebih nampak karena menatap penuh tanya pada wanita yang merupakan istri dari kakak ayahnya. " Apa Ummi tidak yakin pada keputusan Aisha?"Ummi Inayah mengerjap beberapa kali. Lalu menoleh intens pada Aisha."Ummi memang tidak suka kamu menikah dengan Arash dahulu, bahkan bodohnya ummi malah mengusir keluarga kalian dari pesantren ini," Kenang Ummi Inayah sambil menatap lamat-lamat pada wanita beriris mata coklat didepannya."Ummi tidak mengusir kok, kami yang sadar bahwa harus menjaga maru'ah pesantren," Sergah Aisha menyanggah ucapan wanita yang berwajah seperti galak di depannya. Ya, Inayah Khairunnisa memiliki wajah yang terlihat garang. Namun, memiliki hati yang lembut dan p
Baca selengkapnya

Bertemu orang sombong

"Apa?"Seketika tangan Arash mengepal, matanya memerah dan dada yang tiba-tiba seperti dihantam palu godam."Apa motif pak kyai sehingga kami tak boleh berada di tempat ini?" tanya Arash masih menguasai diri agar ada dalam kesadaran. meskipun amarahnya sudah seperti di ubun-ubun. Namun, ia tahan. Baginya pantang, sebelum mendapatkan penjelasan."Pondok pesantren ini ajaran ilmunya tinggi, jadi jika manusia awam seperti kalian. Sepertinya akan susah sekali untuk mendapat pengetahuan." ucap kyai itu dengan menatap intens pada para preman. "Kalian harus belajar  ilmu agama yang paling dasar dahulu,""Pak, apa bapak tidak takut pada kami? Kami bisa saja menghantam pak kyai dan meluluh lantakkan tempat ini saat ini juga," hardik Tomo tanpa aba yang sudah tak tahan mendengar ucapan lelaki yang cukup merendahkan itu."Saya, saya tidak takut pada makhluk," ucap kyai itu menjawab ancaman Tomo.
Baca selengkapnya

Ketika naluri seorang anak lebih kuat

"Ibu?"Arash memekik bersamaan dengan kaki menginjak rem sehingga menimbulkan suara berdecit karena ban yang beradu dengan aspal.Wanita yang dia duga adalah ibunya yang telah tega membakar ayahnya hidup-hidup beberapa puluh tahun yang lalu, tengah berlari dan terus tertawa. Sesekali, ia mengamuk dan memukul beberapa perawat yang terus mengejar."Tidak, itu tidak mungkin ibu. Ibu pasti tengah berbahagia dengan suaminya, atau bahkan mereka telah dikaruniai anak yang merupakan adik tiriku." Arash mengusap wajah dengan kasar untuk menetralkan pemandangannya. Sedangkan, perempuan yang berambut acak-acakan itu telah hilang dari pandangan bersamaan dengan kendaraan yang berlalu lalang.Lelaki yang menggunakan baju koko dan sarung bermotif batik itu menginjak pedal gas, melajukan roda duanya menuju rumahnya yang tanpa jendela. Ya, rumah yang hanya dihuni seorang diri tanpa kehadiran sang istri tak ubahnya seperti rumah
Baca selengkapnya

Saat gosip tak hanya untuk selebriti

"Apa?"Tomo dan Bean melongo tak percaya. Bagaimana bisa? Keduanya dimintai untuk lari mengejar laju mobil yang di kemudikan Arash, dan Itulah. Selalu membawa mobil dengan mengebut di atas rata-rata yang membuat Tomo dan Bean lebih memilih pingsan saja."Bang?""Abang!""Aelah, Boss kita malah main nyeruduk aja!" Keluh Tomo saat melihat mobil sudah melesat jauh. "Tomo, atau kita akan cari mati disini! Mana gue gak mau dikatakan pecundang sama si boss!" Saran Bean seraya terpengap-pengap."Yowesss! Lari!"Dua preman beranting satu-satu itu berlari sekencang-kencangnya, sekuat tenaga mengalahkan kartun Boboiboy dalam menyelamatkan sesuatu dari ancaman.Mereka Berlari, terus berlari sekencang-kencangnya meskipun pekat di dalam gelapnya malam. Hanya lampu lalu lintas yang menjadikan mereka petunjuk jalan.Pe
Baca selengkapnya

Ending menuju kisah

Kendaraan roda empat mulai menepi di halaman rumah sakit PERMATA BUNDA. Buru-buru Arash berlari dan menanyakan keberadaan putranya dilobi."Dilantai satu ruangan Dahlia, Mas Ustadz!" Tunjuk sang wanita lembut. Namun, membuat sekujur tubuh Arash melemah. Putranya dirawat di lantai satu? Bukan ruangan istimewa, hanya ruangan kelas menengah ke bawah dan tentunya penanganan tidak seistimewa dilantai tiga dan seterusnya.Tanpa berfikir panjang, setelah mengucapkan kata terima kasih. Lelaki yang telah menjelma jadi ustadz itu berlari yang disusul oleh Tomo. Hingga, tubuhnya kembali lemas saat melihat anak berusia lima tahun terbaring lemah dengan darah yang masih bersimbah dan berbagai selang menempel di tubuhnya."Ini yang akan mendonorkan darahnya?" tanya sang dokter yang tengah bernegosiasi dengan ummi Rasyidah, menyambut kedatangan Arash. Cukup menyadarkan Aisha yang tengah termenung lemah dengan air mata yang terus berderai.
Baca selengkapnya

Belum Bisa Tahan Dengan Godaan

"Boss? Apa yang boss lakukan dengan semua ini?" Pekik Tomo dan Bean panik. Begitu juga wanita yang menjadi waiters di tempat ini, mereka berteriak histeris."Pak? Ada apa pak, apa ada yang salah?" Waiters berloncatan saat property-property terlempar sembarang. Para pelanggan lari tunggang langgang, mereka panik saat melihat keributan secara tiba-tiba yang melibatkan banyak hal."Kalian dengar!" Seru Arash menghentikan gerakannya. "Semua ini, harusnya di buang,""Hah?" Waiters serta Tomo dan Bean terkejut. Namun, Arash yang tak peduli serta tegas membuat mereka langsung patuh."Dan, kalian!" seru Arash pada waiters sambil menunjuk tegas. "Pakailah ini!" Arash menepuk tangan Isyarat memberikan gaun muslimah yang di bawa oleh Tomo dan Bean pada para wanita yang merupakan pegawai setia di restaurat anugerah mewah ini."Tapi, tapi kenapa kami harus pakaian seperti ini?"
Baca selengkapnya

Petaka kehamilan Aisha

"Maksudnya?""Jadi begini, pak!" Dokter tersebut menjeda ucapannya dengan menarik napas dalam-dalam. "Dari hasil pemeriksaan, Nak Aisha fositif hamil,""Apa?" Pekik semua yang hadir bersamaan. Begitu juga ummi Rasyidah. Ia hampir saja merasa jantungnya nyaris copot dari tempatnya serta tubuh ambruk mendengar pernyataan ini."Mohon maaf, bukan saya bermaksud untuk menyinggung. Tapi, dari hasil pemeriksaan, gejala yang terjadi karena di akibatkan karena kehamilan,"Aisha, ia memejamkan mata. Antara bahagia nan terluka bercampur jadi satu. " Maafkan Aisha, ummi!" Lirihnya seraya bersamaan dengan air mata yang luruh, menetes dari pelupuk, serta menganak sungai.Ummi Rasyidah merasa begitu terpukul atas berita yang dia terima. Seperti tak ada kekuatan memintanya untuk bangkit. Satu tetes air mata di ujung mata Aisha, menyadarkan bahwa cinta tak bisa di paksakan. Tidak pula untuk di pisahkan.
Baca selengkapnya

Memberikan keputusan cepat

"Ada apa janda kembang itu datang kesini?" Gumamnya bangkit seraya meraih koko serta sorban yang menggantung di hanger. Setelah semuanya terpasang rapi, dan menampakkan ia seperti seorang Gus_panggilan yang dilekatkan oleh orang lain padanya.  Ia membuka pintu kamar setelah mengambil sebuah kalung tasbeh sebagai hiasannya.Suasana di ruang tamu cukup sejuk dengan AC yang menyala di ukuran sedang. Namun, tidak untuk semua keluarga H. Karim. Panik bercampur dengan takut. Sejuk diruang tamu, tapi tidak di ruang hati dari masing-masing mereka.  Bukan takut akan ancaman yang akan di lontarkan oleh Ustadz Hameed. Melainkan mereka merasa bersalah dan takut malah saat ini akan menjadi detik-detik terakhir persahabatan mereka."Selamat datang di rumah kami!" Sambut Gus Faruq menyalami tangan H. Karim, sedangkan untuk ketiga wanita yang berjejer di sampingnya hanya menangkupkan kedua tangannya, sebagai isyarat."Teri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status