Home / Romansa / IZINKAN AKU MENDUA / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of IZINKAN AKU MENDUA: Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

Bab 121

Mang Kardi menghentikan mobilnya tepat di depan pintu rumah setelah menjemputku dari ZaZa. Kembali kuhela napasku dalam-dalam ketika netraku menangkap sosok wanita yang sedang duduk di atas kursi roda. Firasatku mengatakan jika Bu Dewi memang sedang menungguku, mengingat beberapa hari belakangan aku menghindari bertemu dengannya.“Enggak turun, Non?” Suara Mang Kardi.Kulihat Bu Dewi tersenyum sinis mendengarnya. Mang Kardi memang tak tahu menahu bahwa namanya dilibatkan Pak Randy saat pria itu mengaku pada istrinya bahwa aku adalah istri Mang Kardi. Ada keraguan dalam hatiku, namun aku kembali teringat kata-kata Mbak Hannan tadi pagi. Aku berhak bahagia! Aku yang jadi korban di sini, tak seharusnya aku yang selalu merasa bersalah dan menghindar. Aku tak mau mentalku kembali terganggu hanya karena tatapan sinis Bu Dewi. Aku harus menjaga diriku sendiri dan juga kandunganku.“Wah ... wah ... pasangan suami istri ini sudah pulang, ya. Enak sekali ya pasangan pembantu bisa bebas memakai
Read more

Bab 122

PoV Randy.Aku terpaksa memilih meninggalkan Dewi yang masih saja histeris dan memaki-maki Sherin. Bagaimana pun aku tak bisa membiarkan Sherin pergi begitu saja dari rumah ini. Lagi pula kemana wanita hamil itu akan pergi? Sepertinya kata-kata Dewi telah membuat Sherin tersinggung dan memilih pergi. Aku tak mau lagi menyalahkan siapa-siapa, aku sudah begitu lelah dengan kekacauan ini. Mungkin ini semua adalah salahku. Aku gagal menjadikan Dewi istri yang baik. Kurasa Dewi pun wajar marah dan memaki Sherin, istri mana yang tak sakit hati mendengar suaminya memiliki wanita lain. Sekarang baru kupahami betapa sakitnya Hannan dulu saat aku meninggalkannya, hanya saja Hannan wanita yang bisa mengendalikan dirinya.Mungkin saat itu hatinya pun hancur sama seperti yang dialami Dewi saat ini, namun Hannan tetap berusaha tersenyum di hadapan kedua putra kami. Sedangkan Dewi, tak ada yang perlu disembunyikannya, maka wajar jika ia menampakkan dan menumpahkan semua kemarahannya saat ini. Sher
Read more

Bab 123

Dewi terpekur dan menangis di atas pusara bertuliskan nama ayahnya di area taman makam pahlawan Jayapura. Aku memang akhirnya membawanya pulang ke Jayapura, dengan harapan agar ia bisa merasa sedikit lebih tenang di sini karena ia memang sangat mencintai kota kelahirannya ini. Kuusap lembut bahunya, dan menyeka sudut-sudut matanya dengan tisu. Sesungguhnya aku sangat iba melihatnya seperti ini. Dewi yang malang, ia memiliki segalanya tapi ia harus kehilangan sebagian dunianya karena kelumpuhan.Aku pun turut terpekur di depan pusara Pak Nugi, mantan atasanku. Jika saja dulu Pak Nugi tak memintaku menikahi putrinya, mungkin semua tak akan seperti ini. Namun semua telah terjadi, aku tak mungkin kembali ke masa lalu, lebih baik aku berusaha memperbaiki semuanya. Mungkin benar apa yang dikatakan Sherin, aku harus bersikap lembut pada Dewi agar ia mau mendengarkanku.“Apa Mas Randy akan meninggalkanku di sini dan kembali ke Jakarta hidup bersamanya?” tanya Dewi saat kami sudah kembali ke r
Read more

Bab 124

PoV Sherin.Semenjak Pak Randy mengantarku ke sebuah rumah kecil yang menurutnya adalah salah satu properti perusahaannya, kehidupanku sudah semakin tenang. Terlebih setelahnya Pak Randy benar-benar menyuruh asistennya mencarikan ART untuk menemaniku. Mbak Asih, begitu aku memanggil ART yang usianya tak tepaut jauh di atasku. Mbak Asih sangat membantuku dengan keberadaannya di rumah, terutama di saat aku merasa kakiku pegal-pegal karena kehamilanku yang semakin membesar.Beberapa tertangga di perumahan yang merupakan karyawan di Nugraha Corp. juga mulai bersikap baik dan menegurku, meski masih ada beberapa yang memandang sinis padaku. Ya, aku sadar, kondisiku yang tengah hamil apalagi mengandung anak dari mantan atasanku pastilah membuat mereka berpikir bahwa aku sengaja menjebak Pak Randy pada saat itu. Hinaan dan cibiran mereka pada saat Bu Dewi melabrakku di parkiran Nugraha Corp. ketika aku sedang bersama Pak Randy pun masih sering terdengar di telingaku. Namun aku berusaha untuk
Read more

Bab 125

Hingga usia kandunganku tinggal menghitung hari, Pak Randy masih sangat jarang menemuiku. Namun itu semua tak membuatku gundah. Pak Randy terakhir kali mengunjungiku sekitar dua minggu yang lalu. Itu pun ia hanya datang sebentar ke ZaZa Bakery dan harus membagi waktunya dengan menemani Zayn bermain.“Apa enggak sebaiknya cuti saja, Sher? Kandunganmu sudah sebesar ini dan tinggal menunggu waktu persalinan,” ucapnya waktu itu.“Justru aku merasa aman berada di sini, Pak. Serasa lagi di rumah sendiri dan dikelilingi oleh keluargaku yang selalu siap mebantu jika aku memerlukan uluran tangan mereka.”Pak Randy mengangguk, kurasa ia pun bisa melihat betapa kami semua di sini saling merangkul.“Sudah ketemu Mbak Hannan?” tanyaku.Pak Randy hanya mengangkat bahunya.“Aku kemari untuk mengunjungimu dan Zayn.” Kalimatnya menegaskan maksud kedatangannya.“Hannan sudah sangat bahagia, Sher. Aku tak mau kehadiranku di sekitarnya akan kembali membawa aura buruk bagi kehidupannya,” lanjut Pak Randy
Read more

Bab 126

PoV Hannan.Aku masih meringkuk di balik selimut dengan dekapan hangat suamiku ketika gawaiku berdering. Kulirik jam dinding di kamarku, baru pukul 2 dini hari. Siapa yang meneleponku subuh-subuh gini? Dengan hati-hati kutepiskan tangan Ray yang melingkar sempurna di pinggangku, lalu meraih gawaiku di atas nakas.Randy? Ada apa Randy meneleponku?[Maaf harus mengganggumu, Han. Aku enggak tau harus minta tolong pada siapa. Hanya kamu dan dr. Ray yang bisa kupercaya.]Suara Randy terdengar panik.[Ada apa, Randy? Katakan yang jelas.][Sherin, Han! Baru saja ART nya mengabariku kalau Sherin sedang mengalami kontraksi. Dia bingung tengah malam begini mau minta tolong pada siapa. Aku sudah menyuruh beberapa anak buahku ke sana, tapi aku lebih percaya kamu, Han. Kamu sudah berpengalaman dalam hal ini, lagipula suamimu seorang dokter.][Jadi aku harus bagaimana?] Aku pun kebingungan.[Bisakah kamu menemani datang ke rumah sakit dan menemani Sherin? Aku akan menyuruh anak buahku membawanya ke
Read more

Bab 127

Dr. Novia tertawa. “Bu Hannan tak perlu panik begitu, kami pasti akan mengutamakan tindakan penyelamatan pada pasien. Bu Hannan bisa bertindak sebagai penanggungjawab karena suaminya sudah memberi izin secara lisan pada Ibu. Lagipula ....”“Lagipula apa, Dok?”“Bu Hannan adalah istri dari direktur kami, bahkan hanya dengan perintahnya pun kami bisa segera melaukan tindakan. Jadi Bu Hannan tak perlu segan apalagi panik.”Ah, iya. Aku melupakan posisi suamiku di rumah sakit bergengsi ini. Aku kemudian meraih gawaiku dan memencet nomor Ray. Entah ke mana pria itu, aku sudah tak melihatnya lagi sejak menemani Sherin tadi.[Hmmmm ....]Hanya gumaman yang terdengar saat Ray mengangkat telepon.[Kamu di mana, Mas?][Di lantai 7 nih. Nungguin kamu belum nongol-nongol. Udah belum urusannya, buruan ke sini.]Oh My God! Pria ini benar-benar membuatku kesal. Ternyata ia tak main-main dengan ucapannya di rumah tadi.Kuceritakan padanya mengenai kondisi Sherin dan kondisi Randy yang belum bisa data
Read more

Bab 128

Setelah menunggu beberapa menit, Ray yang tadi meninggalkanku sendirian tak jua kunjung kembali. Aku pun semakin gelisah menunggu kabar tentang Sherin. Lalu langkah panjang Ray dari ujung koridor membuatku berlari kecil padanya.“Hey, bukannya sudah kubilang jangan lari-lari. Kamu sedang hamil, Sayang.” Ray juga berlari kecil untuk menahan tubuhku.“Ada apa dengan Sherin? Apa dia baik-baik saja?”“Sampai kapan kamu begini sih, Bun. Kamu lebih mementingkan kondisi orang lain dibanding dirimu sendiri. Tadi aku melihat laporan permintaan tambahan darah dari ruang operasi. Kemungkinan Sherin memerlukan transfusi darah.”“Apa ... apa itu artinya ia tidak sedang baik-baik saja?”“Hanya itu yang bisa kusampaikan, Bun. Tetaplah di sini menunggunya.”Aku mengangguk. Ray tak lagi mengajakku ke ruang pribadinya di lantai 7, ia justru menyuruhku menunggu Sherin di sini. Hal itu membuatku semakin bertanya-tanya. Aku merasa Ray tau sesuatu namun ia enggan menyampaikan padaku.Tanpa terasa aku just
Read more

Bab 129

Hingga hari kedua setelah Sherin melahirkan bayinya, aku masih bolak balik ke rumah sakit meski Ray selalu melarangku. Sherin sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan Randy selalu di sana menjaganya. Sementara menurut Ray, bayi mereka masih di inkubator. Ia hanya mengusap-usap kepalaku saat aku menanyakan kondisi bayi Sherin padanya.“Jangan berpikir yang berat-berat, Bun. Lebih baik fokus pada kondisi kesehatan dan kehamilanmu sendiri.” Hanya itu yang diucapkannya. Namun justru kalimatnya itu membuatku semakin yakin jika semua tak sedang baik-baik saja.Sherin pun meneteskan air matanya setiap kali aku datang menjenguknya.“Aku belum melihatnya, Mbak. Padahal aku sangat ingin mencium bayiku. Menurut perawat, ia masih belum boleh ditemui oleh siapapun, karena masih dalam kondisi kritis. Perawat hanya menyuruhku untuk tak terlalu khawatir, karena dr. Ray langsung yang menangani bayiku.”Aku mengangguk. Randy dengan cekatan meraih selembar tisu dan menyeka sudut mata Sherin. Lalu beber
Read more

Bab 130

PoV RandyAku hanya bisa memandang sosok mungil itu dari balik kaca inkubator. Ya, sosok mungil yang sangat kunantikan kehadirannya, bayiku yang selama sembilan bulan berada dalam rahin Sherin. Bayi yang hadir tanpa kusangka-sangka. Bayi yang ada karena perbuatan bejatku pada ibunya. Tak dapat lagi kutahan bendungan air mataku, bayi itu tak bergerak sama sekali, matanya tertutup rapat dengan kulitnya yang masih terlihat keriput.Bahuku terguncang karena tangisku. Meski aku tak pernah merencanakan kehadiran bayi itu, namun aku sangat menantikan kehadirannya. Hanya ia lah satu-satunya harapanku setelah Zayn, karena istriku Dewi sudah tak bisa memberiku keturunan lagi. Dan kini, bayi merah itu pun ternyata tak sanggup untuk bertahan. Menurut dr. Ray tadi, ia hanya bertahan karena bantuan alat-alat medis yang terpasang pada tubuhnya.“Arghhh!!!” Aku mengusap kasar wajahku dengan telapak tanganku. Dokter Ray yang menemaniku masuk ke ruang inkubator hanya memandangku tanpa ekspresi, sedangk
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status