Bukan tanpa sebab aku memilih mengecup bibirnya, hanya ingin membuatnya tak terlalu kecewa. Ya, sekilas kulihat kekecewaan di matanya saat aku hanya menatap kosong padanya setelah menggodanya tadi. Mungkin ia menginginkan lebih dari itu, tapi kini aku seolah telah kehilangan keinginan itu.Perlahan Dewi menggerakkan jari-jari tangannya sambil terus tersenyum padaku. Senyumku pun mengembang.“Wah, kejutan yang menyenangkan. Kamu hebat, Sayang!”“Terima kasih, Mas. Aku ingin berusaha lebih keras lagi. Aku ingin memberikan kejutan-kejutan berikutnya padamu.”Kuraih kepalanya dan mendekapnya dalam dadaku. Bagaimana pun harus kuapresiasi kemajuannya ini, meski vonis dokter saraf waktu itu kembali terngiang di telingaku, vonis yang mengatakan kecil kemungkinan Dewi bisa pulih kembali, paling maksimal adalah ia dapat menggerakkan tangannya, itu pun memerlukan waktu yang lama.“Selamat, ya, sayang. Teruslah semangat, tak ada yang tak mungkin.” Aku tetap harus memberinya semangat.“Mas Randy t
Baca selengkapnya