“Hajat?” ulang Lunaya tanpa menurunkan pedangnya. “Jangan katakan padaku bahwa kalian hendak bergabung dan menjadi murid ayahku?”“Jadi, kau adalah putri Datuak Ambisar?”“Tentu saja!” Lunaya menyeringai lagi, dia mengibaskan pedangnya ke bawah, lalu diputar sedemikian rupa hingga pedang terhenti di punggungnya.Bungo memerhatikan bahwa gadis di hadapannya itu cukup lihai dalam menggunakan pedang, juga ilmu meringankan tubuhnya yang barusan tadi dia saksikan.“Baiklah,” kata Antaguna. “Aku … Tarigan, dan gadis ini bernama Bungo.”Lunaya kembali melototi Bungo, dari kepala hingga ke kaki dan balik lagi ke kepala. “Cih! Meskipun namamu seindah wajahmu, tapi maaf-maaf saja, kau bisu!” Lagi, dia tertawa tanpa alasan yang jelas.Antaguna juga mengira ada yang aneh pada Lunaya. Mungkin saja gadis manis yang satu ini memang sedikit bergeser urat saraf di kepalanya, pikirnya.Sementara itu, Bungo cukup memahami mengapa Antaguna memilih memperkenalkan diri dengan menggunakan nama aslinya. Toh,
Terakhir Diperbarui : 2023-02-04 Baca selengkapnya