All Chapters of Sibunian Tongga - Kitab 2: Teratai Abadi: Chapter 271 - Chapter 280

341 Chapters

Saru

Si Kumbang Janti lantas berdiri, menatap sesaat pada mayat Lunaya yang melotot, lalu memandang ke arah kiri, arah di mana terdapat bagiann bersih dari permukaan tanah yang mengarah ke atas.Seperti ada yang menuntunnya, si Kumbang Janti lantas melesat, dan sekejap saja menghilang ke arah tersebut.Dari balik pintu yang terbuka, seseorang keluar dengan takut-takut. Dia adalah salah satu dari pelayan Datuak Ambisar, seorang wanita sepantaran 35 tahun. Dengan pakaiannya yang minim, dia mendekati jasad Lunaya, juga setengah ketakutan.“Tu-Tuan Gadih …” ujarnya dengan suara yang nyaris tak terdengar sembari menggoyang-goyangkan bahu Lunaya.Lalu dia terkesiap dan terduduk di tanah demi melihat darah yang mengalir keluar dari mulut dan lubang hidung di wajah Lunaya.Sang wanita yang gemetar, mereguk ludah, lalu melirik ke arah menghilangnya si Kumbang Janti.“Ti-Tidak mungkin,” gumamnya dengan bergetar. “Da-Datuk Kumbang Janti se-sekejam ini? Tidak mungkin!”Kembali pada si Kumbang Janti ya
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Bertolak Belakang

“Dasar penjahat keparat!” ucap si Kumbang Janti dengan masih mencengkeram kerah baju Antaguna.Lalu dia tertawa-tawa sementara Antaguna hanya bisa terkulai dalam cengkeraman tersebut.“Akhirnya!” lanjutnya. “Tiba juga saat di mana kau menerima karmamu, Antaguna. Kau pantas mati dengan lebih menyedihkan!”Si Kumbang Janti mengangkat tangan kirinya, lalu jari-jarinya membantuk cakar unik yang dikenal pasti oleh Antaguna sendiri.Cakar yang sama pernah membuatnya terluka cukup dalam, ketika Antaguna melawan Rajo Bungsu di Istana Minanga.Yah, Cakar Emas!Tapi Antaguna yang sedang sekarat dan kepayahan tidak bisa berbuat banyak.Crass!Si Kumbang Janti seolah melampiaskan semua kemarahan dan kekesalan terhadap Antaguna yang ia anggap masih sejahat yang ia tahu.Crass!Pertama, Cakar Emas itu melukai wajah kanan Antaguna dengan sangat parah. Lalu yang kedua, cakar si Kumbang Janti merobek rusuk kanan Antaguna.“Matilah dengan segala dosa yang kau pikul!” ucap si Kumbang Janti dengan sinis,
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Dilema

Satu sosok muncul di sana yang membuat Ratna, wanita 35 tahun itu menjadi tercekat, dan semakin pucat pasi, bahkan untuk sekadar menelan ludah saja ia tidak mampu.Perubahan wajah wanita itu cukup disadari oleh Puti Bungo Satangkai, lagi pula, pendengarannya telah menangkap kelebat sesuatu yang mendekati mereka.“Bungo?” ujar seseorang tersebut.Sang gadis mengernyit. Bagaimana mungkin dia bisa sampai ke sini? Pikirnya. Rajo Bungsu kah yang telah memberitahukan kepadanya tentang di mana aku?“Oh, Dewata …” sosok yang tak lain adalah si Kumbang Janti tersenyum lebar, menunjukkan wajah yang begitu bergembira. “Ternyata benar engkau, Bungo.”‘Apa yang engkau lakukan di sini?’Dan yah, Bungo seolah lupa bahwa si Kumbang Janti tidak begitu bisa membaca bahasa isyaratnya. Pria itu hanya menyeringai sembari menggaruk kepala saja.Sementara itu, Bungo sendiri kembali menemukan keterkejutan di wajah Ratna.Ratna merasa semakin terpojok meskipun gadis di hadapannya itu tidak mengatakan apa pun.
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Cakar yang Disembunyikan

Puti Bungo Satangkai lantas membimbing Ratna untuk berdiri. ‘Ikutlah denganku,’ pintanya lagi dengan bahasa isyaratnya. ‘Aku akan mempertemukanmu dengan anak-anakmu.’ Akan tetapi, tatapan Ratna kembali tertuju pada si Kumbang Janti, dan Bungo menyadari hal ini. Begitu juga dengan si Kumbang Janti sendiri, sehingga dia berkata, ‘Engkau sedari tadi memerhatikanku. Adakah gerangan yang hendak kau katakan?” Ratna menggeleng dengan cepat dan wajah yang semakin pucat. ‘Hei!’ Bungo memegang lagi bahu sang wanita, mencoba tersenyum, dan meyakinkannya. ‘Jangan khawatir. Kami bukanlah orang-orang jahat. Dia juga, aku mengenalnya. Dia pria yang baik.’ Tidak ada pria baik yang tega membunuh seorang gadis yang sudah tidak berdaya! Jerit Ratna di dalam hati. Bungo lantas berpaling lagi pada si Kumbang Janti, dan kemudian menggerak-gerakkan tangannya sedemikian rupa. Pria itu mendesah panjang, dan melirik pada Ratna, lalu berkata, “Apa yang dikatakan Bungo barusan kepadaku, Uni?” Si gadis bis
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Wanita Bertopeng Kulit

Sang wanita mendekati Antaguna, memeriksa pria tersebut lebih lanjut, dan memberikan dua tiga totokan lagi ke tubuh yang terbaring tak berdaya itu.“Tapi air juga bisa menjadi sarana penyembuhan …”Srett! Srett!Dalam sekali gerakan tangannya, dia telah membuat Antaguna yang tergolek menjadi bertelanjang di atas batu pualam besar dan pipih.Wanita itu, kemudian mengangkat Antaguna. Seperti tadi, tubuh pria tinggi besar dan berotot itu layaknya seonggok kapas saja baginya.Selangkah demi selangkah, dia membawa Antaguna memasuki kolam yang sangat dingin, hingga permukaan air kolam yang bergemiricik itu mencapai perutnya, sedikit di bawah buah dadanya.Dan dengan gerak perlahan ia melepaskan Antaguna, membiarkan pria tersebut perlahan-lahan tenggelam dalam keadaan terbujur lemah.Begitu wajah Antaguna akhirnya tenggelam, sang wanita mengangkat dua tangan, merentangkan tangannya ke samping dengan masing-masing jari mengembang. Lalu dia menengadah, seolah mengadu pada sang purnama dengan m
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Naluri

Saat mencapai titik di mana Puti Bungo Satangkai meninggalkan Sikumbang dan kuda coklatnya, sang gadis menemukan kedua kuda itu masih berada di sana.Si Kumbang Janti mengernyit ketika mendapati bahwa ada dua ekor kuda di sana. Itu artinya, Bungo datang dengan seseorang bersamanya.Lalu, di mana yang seorang lagi? Tanya di dalam hati.Kuda hitam pekat itu terlihat senang melihat sang gadis, dia mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke sana kemari, seolah-olah sedang mencari tuannya.Bungo menghampiri Sikumbang, mengusap-usap lehernya. ‘Maafkan aku, Kumbang, tuanmu jatuh dari tebing, dan aku tidak sempat untuk mencarinya. Maafkan aku …’Seolah memahami apa yang sedang dipikirkan oleh sang gadis, kuda hitam itu meringkik halus sembari menengadah, seolah menangisi kepergian tuannya.Si kuda betina coklat menghampiri Sikumbang, lalu menggesek-gesekkan kepalanya ke leher kuda jantan hitam tersebut, seakan-akan sedang memberikan dukungan atas kesedihan di kuda hitam.Bungo lantas berpaling pad
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Tidak Mengalah Begitu Saja

Antaguna mengernyit dalam ketidaksadarannya, lalu mata itu mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya terbuka. Dia mengerang pendek demi merasakan kesakitan di sekujur badannya. Saat mencoba untuk bangkit, dia tidak bisa melakukan itu sama sekali.Kepingan-kepingan peristiwa yang ia alami ketika terjatuh dan terguling-guling menuruni lereng timur Gunung Kerinci, kembali muncul dalam ingatannya. Hilang-timbul secara acak dan silih-berganti.Kembali ia mengernyit sebab rasa pusing yang mendera. Dia hendak memijit keningnya demi mengurangi rasa pusing itu, tapi mengangkat tangan saja dia tidak mampu.Antaguna mencoba untuk menenangkan dirinya kemudian. Dan setelah tenang, dia menyadari bahwa kini sedang berada di dalam satu ruangan yang cukup luas.“Di mana aku?” tanyanya dengan suara yang nyaris tak terdengar.Suara keletik halus dari sebuah api unggun menarik perhatian Antaguna, di sebelah kanan.Dia juga menemukan seseorang berambut panjang tergerai duduk bersila di samping api unggun tersebu
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Wujud Asli Teratai Abadi

“To-Topeng?” Antaguna membelalak. “Kenapa kau memakai topeng?”Sang wanita terkikik di balik topeng kulitnya yang tipis itu. “Apakah aku harus punya alasan untuk menyembunyikan wajahku?”“Ti-Tidak … Tapi—”“Lupakan saja!” kata sang wanita. “Dan mengenai aku yang memanggilmu dengan kata Anak Muda, kurasa itu sudah menjadi kewajaran saja.”“Wajar?”“Apa kau tahu,” tanya sang wanita, “sudah berapa lama aku hidup di dunia ini?”Tentu saja, sang pria tidak mengetahui hal itu sama sekali. Terlebih lagi, wajah wanita itu dilapisi topeng kulit yang tipis sehingga mempersulit orang lain untuk memperkirakan usianya.“Tapi setidaknya,” kata Antaguna. “Dari suaramu, aku menaksir bahwa kau mungkin baru delapan belas tahun.”Sang wanita tertawa-tawa, tawa yang tidak begitu lantang, tapi begitu merdu dan enak untuk didengar. Perlahan-lahan, Antaguna melupakan kesedihannya untuk sementara.Sang wanita lantas mengeluarkan sesuatu dari balik lipatan pakaian di pinggangnya, lalu memperlihatkan benda ter
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Harapan

“Puti Champo,” ujar sang wanita. “Kau bisa memanggilku dengan nama itu.”“Puti Champo …” ulang Antaguna dengan bergumam.Yah, pikirnya. Sepertinya aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Lalu, siapa dia sesungguhnya?Dia pasti seorang yang sangat sakti sehingga Paduko Dangmudo Basa mempercayainya memegang kepingan kelima Teratai Abadi.Bagaimanapun, ada hal menarik yang ditemukan Antaguna pada suara sang wanita. Bukan lantaran topeng kulit yang membatasi pergerakan mulutnya itu, melainkan logat bicara sang wanita yang seperti menahan-nahan pergerakan lidahnya dalam berkata-kata.Dengan kata lain, wanita itu pasti berasal dari luar Tanah Andalas, pikirnya.Antaguna memang tidak mengetahui sama sekali meskipun wanita itu telah memberikan tanda-tanda dengan menyebut namanya sebagai Puti Champo. Secara harfiah, nama itu berarti Putri Champa, atau seorang anak perempuan raja yang berasal dari negeri Champa—sebuah kerajaan yang pernah muncul di Vietnam bagian tengah dan selatan, men
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Bersatu Kembali

Puti Bungo Satangkai tidak mengambil istirahat sama sekali, dia terus saja memacu Sikumbang untuk berlari dengan cepat, meskipun ada Ratna yang membonceng di belakangnya. Yang mau tidak mau, hal ini juga memaksa si Kumbang Janti untuk tidak beristirahat.Dari malam hingga ke pagi, sang gadis terus menggebrak kuda hitam tersebut. Dan tepat ketika sang mentari telah berada di titik sepertiga awalnya, di ufuk timur, mereka telah mencapai pasar rakyat di Nagari Limo Jorong.Untuk seterusnya, mereka langsung menuju ke rumah si tabib di belakang pasar tersebut.Saat tiba di sana, si Kapuyuak sedang membantu sang tabib dengan menjemur rempah-rempah dalam nyiru berbentuk melingkar. Sedangkan Ima, gadis kecil itu sedang duduk di satu bangku sembari bersandar ke dinding rumah, keadaannya telah jauh membaik.“Uni,” ucap si Kapuyuak saat mengetahui siapa yang menghampiri mereka.Namun langkah sang remaja tertahan di saat Bungo melompat turun dengan ringan dari punggung Sikumbang, lalu sosok Ratna
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
35
DMCA.com Protection Status