Dengan langkah yang santai, Sondang Tiur dan Gadih Cimpago meninggalkan Gerbang Utara. Para penjaga gerbang yang mengenal keduanya sama menyapa dengan hangat.“Uni Gadih,” ujar si gadis Batak. “Engkau tidak perlu berpenat-penat mengantarku begini.”Namun perempuan yang tidak muda lagi itu justru terkikik menanggapi.“Oh, percayalah padaku, Tiur,” balasnya. “Ini rahasia di antara kita berdua.”Sondang Tiur mengernyit.“Aku sering meninggalkan istana,” lanjut Gadih Cimpago. “Terutama, di malam hari. Kau tahu, terkadang suasana yang menyenangkan mampu membuat kita terlena dan bermalas-malasan.”Si gadis Batak tersenyum lebar. “Ahh, sepertinya aku dapat memahami maksud Uni.”“Itu yang aku harapkan!” Gadih Cimpago terkikik seraya menowel pipi Sondang Tiur. “Jadi, kau tidak perlu sungkan. Kuharap, tidak saja ayahmu dengan Yang Mulia Paduko menjalin persaudaraan, tapi juga aku dan dirimu.”“Oh, Dewa …” Sondang Tiur tersenyum lebih manis. “Dengan senang hati, Uni. Dengan senang hati. Bukankah
Huling Na-update : 2023-07-08 Magbasa pa