All Chapters of Sibunian Tongga - Kitab 2: Teratai Abadi: Chapter 311 - Chapter 320

341 Chapters

Teman Baru Persaudaraan Lama

“Aku tahu.” Sondang Tiur menghela napas dalam-dalam. “Tulang Masuga juga sudah menyampaikan padaku bahwa abangmu, si Buyung Kacinduaan itu telah menjadi suami bagi Ratu Mudo. Mana mungkin aku akan menjadi orang ketiga di antara mereka, kan?”Dengan masih sedikit kebingungan, Puti Bungo Satangkai hanya mengangguk saja. Sementara keempat prajurit cukup tertarik untuk mendengar lebih jauh tentang hal tersebut dari Sondang Tiur.“Aku tidak mau dimadu. Lagi pula, telah berulang kali orang-orang Istana Minanga mengutus prajurit untuk mencari keberadaan keduanya. Dan sampai terakhir kali aku di Minanga, tidak seorang pun yang mengetahui di mana abangmu dan kakak iparmu itu berada.”‘Ya. Aku sendiri pun belum pernah bertemu dengan abangku itu, juga kakak iparku sama sekali.’“Itulah yang aku dengar dari orang-orang di Istano Minanga.” Sondang Tiur terkikik lagi sembari merangkul bahu Bungo.‘Oh, tidak. Jangan bilang kau―’“Apa?” Justru kini Sondang Tiur lah yang membelalak lebar. “Dasar gila!
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Teman yang Ceria

Tiga hari berselang, Rajo Bungsu menerima tiga tamu yang datang dari Utara di Istano Minanga. Ketiga tamu itu adalah Tambok Parjolo, kelompok tertinggi dari Tambok Babiat, prajurit Toba Tua yang datang dengan membawa sebuah kendi.Rajo Bungsu, Ratu Nan Sabatang, para Hulubalang Kerajaan yang kini hanya tersisa lima orang saja sebab si Balam Putiah masih berada di dalam penjara, dan Sembilan Cadiak Pandai hanya bisa terdiam dengan duka yang mendalam.Sang Raja Minanga bersedih hati sembari memeluk kendi tersebut, kendi yang berisi abu pembakaran jasad si Kumbang Janti.Sementara Gadih Cimpago hanya bisa diam, mendengarkan semua pembicaraan itu dari ruangan berbeda sebab dia sedang mengasuh Pangeran Rupawarman yang masih kecil.Dari ketiga Tambok Parjolo itu pula Rajo Bungsu dan yang lainnya mengetahui perihal kematian si Kumbang Janti. Tentang jasanya yang membantu mengembalikan Piso Gading, pusaka Toba Tua bersama dengan Puti Bungo Satangkai.Mereka juga mengabarkan pada orang-orang d
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Lanun di Selat Malaka

Selat Malaka, sebelah timur Pulau Telaga Tujuh. Sebuah sampan kecil terombang-ambing di tengah-tengah kegelapan. Tapi ajaibnya, sampan itu tidak maju tidak pula mundur. Tetap kembali pada titiknya meski permukaan laut cukup bergelombang dengan embusan angin yang cukup kencang.Seseorang berdiri dengan sangat tenang di atas sampan itu. Perhatiannya tertuju pada cahaya-cahaya pelita yang bergoyang-goyang perlahan.Pelita-pelita itu berasal dari tiga kapal yang entah dengan alasan apa sengaja berhenti di tengah-tengah laut.Tatapan seseorang tersebut bukanlah sebuah kekaguman pada cahaya-cahaya pelita yang seperti cahaya kunang-kunang yang sedang menari, melainkan ada kebencian dan kemarahan dalam sorot matanya.Dia punya alasan yang cukup kuat untuk itu. Sebab, tiga kapal besar itu adalah kapal-kapal milik satu kelompok bajak laut.Dan seseorang yang berdiri tenang di atas sampannya itu adalah seorang pria kisaran 60 tahun dengan kumis dan jenggotnya yang cukup panjang dan awut-awutan d
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Suku-Suku Awal

Setelah berkuda berhari-hari tanpa halangan yang berarti, kini Puti Bungo Satangkai dan Sondang Tiur di satu kawasan yang dipenuhi oleh hutan bakau yang begitu lebat.Mereka tidak lagi memacu kuda masing-masing dengan cepat melainkan melangkah dengan cukup santai. Lagi pula, mereka tidak ingin kuda-kuda itu terperosok karena salah menginjak tanah yang lembek.Saat sedang beristirahat di satu titik yang tanahnya lebih keras dan tidak terlalu rapat oleh pohon-pohon bakau, Bungo bertanya pada si gadis Batak.‘Apakah kau tahu di mana kita berada sekarang ini?’Sondang Tiur mendesah halus seraya memutar pandangannya ke sekitar. “Jika aku tidak salah menduga, kita sudah berada di kawasan Tamiang. Sedikit lagi, kita akan bisa melanjutkan perjalanan ke Pulau Telaga Tujuh dengan perahu. Kurasa pulau itu berada di sisi barat laut dari pantai terdekat dari sini.”Bungo mengangguk-angguk saja. Bagaimanapun, dia sangat mengandalkan Sondang Tiur untuk dapat membawanya ke pulau tujuan mereka.“Orang
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Kekejaman Anak Manusia

“Apa yang telah terjadi di sini?” Sondang Tiur membelalak.Si gadis Batak lalu turun dari punggung kudanya. Begitu juga halnya dengan Puti Bungo Satangkai.Gubuk-gubuk warga yang hanya berjumlah belasan saja di kawasan itu telah luluh-lantak, rata dengan tanah. Sebagian bahkan hanya menyisakan tumpukan arang yang masih mengepulkan asap tipis.Beberapa tubuh bergeletakkan di banyak titik, semuanya dalam kondisi mengenaskan. Orang tua, dewasa, hingga anak-anak.Sondang Tiur mereguk ludah, menatap Bungo dengan kemarahan yang begitu nyata dari sorot matanya itu.‘Sesuatu telah membunuh penduduk di sini!’Si gadis Batak mengangguk. Dia mengajak Bungo untuk mencari-cari di sekitar sana, barangkali ada warga yang masih hidup atau setidaknya, selamat dari apa pun yang telah menyerang mereka sebelumnya.Kedua gadis itu tertegun ketika menemukan seseorang yang sepertinya selamat dari kematian, di sisi barat dari kawasan pantai tersebut.Seorang pria yang sudah sangat tua. Kumis dan jenggotnya b
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Malam si Pantai Rajamuda

Pria tua menghela napas dalam-dalam, tatapannya kembali ke tengah-tengah laut.“Apakah yang kalian maksud adalah Mangkus si orang Senoi itu?”Sondang Tiur melirik Puti Bungo Satangkai, dan di gadis bisu kemudian mengangguk, memastikan bahwa pemilik nama itulah yang hendak mereka temui.Akan tetapi, baik Bungo maupun Sondang Tiur sama sekali tidak tahu pria bernama Mangkus itu berasal dari suku apa. Mungkin dia memang dari Suku Senoi seperti yang dikatakan pria tua barusan.“Benar, Apa Tua.”“Aku tidak bisa melarang kalian untuk pergi ke pulau itu, kalian punya kaki dan tujuan sendiri.” Pria tua berbalik, melangkah pelan menuju satu gubuk yang telah roboh.Sondang Tiur kembali melirik pada Bungo, keduanya hanya bisa mengendikkan bahu.Yaah, pikir Bungo. Memang tidak mungkin untuk memaksa seseorang yang sedang dalam suasana berduka yang besar.“Hei!” Si gadis Batak berbisik pada si gadis Minanga. “Kupikir mungkin itu gubuknya.”Bungo mengernyit lalu menggerak-gerakkan tangannya. ‘Kau pi
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Mabuk Laut

“Oh, aku benci perjalanan laut!” Sondang Tiur memonyongkan bibirnya sedemikian rupa. “Ini membuat kepalu pening. Kau tahu itu? Bisa-bisa aku muntah di sampan ini.”Puti Bungo Satangkai hanya bisa tertawa-tawa menanggapi. Meski berkata demikian, si gadis Batak itu kenyataannya tidak muntah sama sekali. Entah dia sedang bergurau atau pula bersungguh-sungguh. Tapi yang pasti, mimik wajah dan tubuhnya itu sangat konyol, pikirnya.“Kau terbiasa dengan laut, hah?”Sondang Tiur menemukan bahwa si gadis bisu sangat piawai mendayung sampan. Bahkan, dia terkesan mendayung pelan dan hanya sesekali saja. Akan tetapi, sampan mereka melaju dengan cukup cepat, seolah didayung oleh sepuluh orang sekaligus.‘Aku tinggal di satu pulau terpencil,’ Bungo menggerak-gerakkan tangannya sedemikian rupa.“Pulau terpencil?” Sondang Tiur mengernyit. “Ahh … benar juga. Bodohnya aku.” Dia terkikik sendiri. “Padahal, Tulang Masuga sudah memberi tahu aku perihal dirimu. Astaga!” Sang gadis menepuk keningnya sendiri
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Pulau Telaga Tujuh

Saat sang mentari telah berada di titik sepertiga awalnya di ufuk timur, Puti Bungo Satangkai dan Sondang Tiur akhirnya tiba di Pulau Pusong atau Pulau Telaga Tujuh, di pantai bagian selatan pulau.Hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa pulau itu seperti tidak berpenghuni saja atau setidaknya, telah lama ditinggalkan entah oleh siapa pun yang pernah tinggal di sana.Dan si gadis bisu mulai meragukan hikayat tentang Aulia Tujuh yang pernah disinggung Sondang Tiur kepadanya sehari yang lalu.‘Lihat semak belukar ini! Rumpun mereka terlalu subur seolah tidak pernah terinjak kaki manusia.’Si gadis Batak menghela napas dalam-dalam. “Kita akan periksa lebih jauh. Tapi yang pasti, mari kita amankan terlebih dahulu sampan ini.”Meski sampan kecil itu terlihat berat, bagi keduanya itu terasa lebih ringan. Sampan kecil mereka simpan ke balik sebuah belukar sebelum akhirnya masuk lebih dalam ke belantara pulau.Lama mencari, mereka tidak menemukan sebarang gubuk pun, tidak pula tujuh tel
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Kelopak Ketujuh

“Puluhan tahun,” Tengku Mangkus memerhatikan si gadis bisu di hadapannya. “Tidak pernah ada orang yang mengetahui bahwa aku memegang kelopak ketujuh Teratai Abadi. Lalu kini, kalian tiba-tiba muncul di sini dan menyinggung perihal benda itu. Katakan padaku, apa tujuan kalian sebenarnya?”“Tengku Mangkus!” Sondang Tiur melihat gelagat yang tidak baik dari pria paruh baya. “Tunggu sebentar. Jangan salah menyangka. Hei, Bungo, katakan sesuatu! Dan aku, aku baru mendengar tentang ini. Apa itu Teratai Abadi?”Puti Bungo Satangkai menghela napas dalam-dalam. Dari balik pakaiannya, dia mengeluarkan dua kelopak Teratai Abadi dan memperlihatkannya pada mereka, terutama pada Tengku Mangkus agar pria itu percaya kepadanya.“Dari siapa kau mendapatkan kedua kelopak itu?” Tengku Mangkus semakin menaruh curiga pada si gadis biru. “Jawab aku!”Bungo mahfum dengan sikap yang ditunjukkan oleh pria paruh baya padanya. Dia sama sekali tidak tersinggung.Toh, memang sudah menjadi kewajiban bagi si pria u
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Orang-Orang Laut yang Sadis

“Benar!” Tengku Mangkus menghela napas lebih dalam. “Aku melihat kalian berdua bukanlah gadis sembarangan. Jadi, mungkin aku akan bisa meminta bantuan kalian dengan apa yang sedang terjadi di kawasan ini.”Sondang Tiur memandang Puti Bungo Satangkai, keduanya saling mengangguk.“Apakah yang Tengku maksudkan itu tentang kejadian yang menimpa penduduk di desa seberang?” Si gadis Batak menunjuk ke arah selatan.Pria paruh baya mengangguk dan tertunduk, seolah sedang menekan rasa duka yang begitu besar.Bungo kembali memastikan ketika Sondang Tiur meliriknya. Lagi pula, dia ingin segera menuntaskan tugasnya di sini, lalu kembali ke Kerinci untuk mendapatkan kelopak kelima, mengantarkan semua kelopak yang telah dia dapat pada Rajo Bungsu si Batang Kuantan, dan kemudian menghilang dari Tanah Andalas ini.Jadi, apa pun syarat yang diberikan, Bungo berniat untuk menerima semua itu.Sondang Tiur memahami arti pandangan si gadis bisu dan juga mimik tubuhnya.“Baiklah, Tengku,” ujarnya. “Katakan
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more
PREV
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status