Share

Ritual Teratai Abadi

Antaguna melirik Puti Bungo Satangkai dan berkata, “Sepertinya percuma saja bagi kita untuk memaksa dia.”

Bungo menghela napas lebih dalam. Melihat dari sikap gadis tersebut, yah, itu mungkin saja, pikirnya.

‘Kukira pasti ada sesuatu di atas sana,’ kata Bungo dengan bahasa tangannya.

“Kau pikir begitu?” tanya Antaguna dan tatapannya kembali tertuju pada Lunaya.

Lunaya sendiri mengernyit bukan karena sakit di jemari tangan kanannya yang remuk melainkan sedikit penasaran terhadap bahasa isyarat si gadis bisu yang tidak ia pahami.

‘Mereka bilang di sini perkumpulan aliran sesat itu, bukan?’

“Hei, kau benar!” jawab Antaguna. “Hanya mereka bertiga saja yang ada di sini!”

“Apa yang kalian bicarakan?” sahut Lunaya.

“Kau tahu,” balas Antaguna, “jika kau tak hendak mengatakan pada kami di mana ayahmu menyimpan keping Teratai Abadi itu, maka lebih baik kami langsung menanyakan saja kepadanya di atas sana.”

Ucapan itu hanyalah sebuah kesengajaan saja bagi Antaguna, sebuah pancingan untuk sekalig
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status