Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 341 - Chapter 350

605 Chapters

340. PUTRI TIDUR #5

Profesor Merla memintaku mengajak Reila.Di gerhaku, mereka bertiga ternyata masih terjaga meskipun malam cukup larut. Jarang melihat Reila mengobrol dengan Moli, tetapi ternyata mereka lumayan akrab. Reila juga sudah seribu kali lebih segar dari sebelumnya. Dia mendapatiku membuka kulkas, bertanya, “Kenapa tidak membangunkanku?”“Tanya ke Moli,” kataku, mengambil sisa jus.“Bagaimana Rapat Dewan?”“Ikut sekarang. Disuruh Bibi Merla.”“Bibi? Ke mana? Rapat Dewan?”“Layla.”Hanya sekejap, tetapi aku merasa ekspresi Moli sedikit berubah. Dia cepat menutupi perubahan ekspresi itu, sehingga aku tidak sempat mengungkit.“Fal mau ikut,” kata Fal.“Tidur,” kataku.“Tidak mau,” balasnya, langsung.“Fal belum ketemu Layla?” tanya Reila.“Kemarin ketemu.”“Sekarang ma
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

341. PUTRI TIDUR #6

Ruang karantina bawah tanah itu tidak terkesan seperti di bawah tanah.Nuansanya justru seperti di puncak gunung, yang punya tingkat kesegaran udara paling tinggi dibanding dataran lain. Ruangannya tidak memiliki jendela satu pun, tetapi angin terasa berhembus semilir. Sebenarnya setelah menemukan dunia di bawah Joglo yang ajaib itu, tidak akan ada lagi tempat yang bisa mengejutkanku. Namun, mengingat ruang karantina masih bagian dari Padang Anushka, dan secara teknis, terhubung dengan gedung klinik yang baru, itu cukup membuatku tertegun.Sayangnya, itu bukan waktu yang tepat untuk mengagumi ruangan.Reila, yang menemukan Layla terbaring tak sadarkan diri, langsung bangkit, bahkan tanpa sadar menghampirinya. Dia seperti trans, hingga tiba-tiba sudah mulai menggamit jemari Layla.Fal juga melompat dari pangkuanku, pindah ke kursi di sebelah ranjang.Di ruangan hanya ada kami, Profesor Merla, Dokter Gelda. Tidak ada lagi yang lain. Hanya mereka yang
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

342. PUTRI TIDUR #7

Dokter Gelda juga punya alasan lain untukku alih-alih hanya memberitahu keadaan Layla. Dia mengatakannya sangat jelas.“Padang Anushka menjadi satu-satunya tempat Layla bisa bertahan. Kabar buruknya, tidak ada tenaga medis di tempat ini yang bisa menangani kasus Layla. Kalau memang kami mengerti, Isha yang bisa membaca sirkuit jaringan pemilik keganjilan pasti sudah menyadarinya sejak lama. Masalahnya, Isha tidak sanggup. Jadi, bila memang ada yang mengerti persoalan mekanisme energi dan sejenisnya melebihi tim medis saat ini, Forlan, hanya kau orangnya.”Itu permintaan yang sungguh berat.Profesor Merla juga memandangku penuh harap seolah aku bisa membuat Layla kembali membuka mata. Tentu saja aku juga ingin mendengar suaranya lagi, barangkali omelan panjang lebarnya yang penuh sarkasme. Namun, aku tak yakin. Meski sudah mengenal kemampuan ini, bukan berarti aku bisa melakukannya.“Beri aku waktu,” kataku. “Dan ruang.”
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

343. RUANG BESI #1

Keesokan paginya, Haswin mengajakku berjaga di pondok perbatasan.Kalau itu masih awal pagi dan Haswin sudah mengajak bicara, biasanya hanya tinggal menunggu waktu sampai pembicaraannya menjadi serius. Dia bahkan tidak mengajak langsung. Lavi yang mengatakannya.“Setelah makan denganku, temui Haswin.”Aku khawatir kelihatan muram, tetapi Fal bilang, “Forlan cerah, kok.”Aku tidak ingin mengerti apa yang dia maksud cerah. Kuharap dia bicara kalau aku tidak terkesan suram. Kebetulan, Lavi juga bilang hal sama.“Aku lega melihatmu tidak menyalahkan diri sendiri.”“Sejujurnya aku tidak yakin harus bereaksi seperti apa,” kataku.“Jangan dipikirkan—maksudku, kenali batasanmu. Aku tidak mau dengar kau sampai tidak tidur berhari-hari karena memikirkan masalah ini. Barangkali tim medis minta bantuan, tapi ini bukan masalahmu seorang. Meski ini bukan bidangku, bukan berarti aku tak bis
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more

344. RUANG BESI #2

Pembicaraan serius tidak berlangsung lama karena Kara harus pergi. Pada akhirnya, Kara memang perlu mengawasi orientasi kandidat baru, yang menurut Yasha karena, “Agar tidak ada orientasi prematur lagi.”“Tidak adil,” kataku.“Cukup satu idiot saja di Padang Anushka,” kata Haswin.“Tidak apa, Nak,” ujar Kara, menghibur. “Orientasimu itu keistimewaan.”Aku jadi ingat momen ketika Dalton menyalahkan Kara atas orientasiku. Itu seperti sudah berlalu seribu tahun. Dalton sangat keren dalam momen singkat.Jadi, Haswin mengajakku bermain catur.“Bagaimana kalau besok kita mengurus ternak?” usul Yasha.“Kau mau memperbudakku lagi?” kataku, menggerakkan pion hitam.“Kita ajak Mika juga. Dia mau lihat ternak.”“Besok jadwal orientasi ke tim bertahan,” Haswin mengingatkan.“Itu, kan, urusanmu,” balas Yasha,
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

345. RUANG BESI #3

Panggilan untuk mendatangi interogasi datang ketika Fal menuntut padaku karena memainkan pipinya. Fal tidak marah, tetapi terus menuntut.Panggilannya datang melalui telepon. Suara Jesse. [“Ke ruanganku.”]“Kau tahu aku sedang—”Dia mematikan telepon. Memang bukan waktunya basa-basi.Aku tidak yakin harus mengajak Fal, tetapi Reila pasti ikut. Itu artinya, Fal bakal sendirian. Sebenarnya Fal sudah sering sendirian di gerha dan dia punya Pita, si kucing yang senang bermain dengannya. Di gerha juga ada Falcon. Fin juga pasti menjaganya. Secara teknis, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tetapi hampir tiga eksistensi itu tidak memberikan permainan dua arah pada Fal.“Fal mau ke Mika saja,” katanya.“Dia sedang buat baju. Jangan jail.”Dia sudah berlari ke pintu utama. “Dadah!”Belakangan Fal kembali dekat dengan Venus. Dengan cara paling aneh, itu membuat b
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

346. RUANG BESI #4

“Tidak perlu tegang,” kata Haswin. “Aku teman Dalton dan Forlan.”“B-Baik,” jawab Berlin, tegang.“Aku sudah dengar tentang perjanjian. Kudengar kau berniat membagikan pengetahuanmu tentang tempat asalmu pada kami. Benar?”“Y-Ya.”“Namaku Pita.” Haswin menggenggam tangan Berlin, menjabatnya.“B-Berlin.” Dia berhasil menjabat tangan Haswin. Sangat gugup.Rangkaian itu terjadi begitu cepat, tetapi aku berhasil menangkap namanya.Dalton langsung mengerutkan kening. “Siapa katanya?”“Berlin,” jawab Yasha.“Bukan itu. Nama Haswin?”“Baru saja kau menyebutnya. Haswin.”Dalton menatap Yasha penuh tuntutan. Yasha hanya diam, menatap layar—tidak menggubris sorot Dalton. Aku tidak mengerti siapa yang kelihatan idiot, tetapi saat Yasha tidak bermaksud bercanda, dia bisa membuat lelu
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

347. RUANG BESI #5

Interogasi kembali dimulai setelah Berlin tenang.Tidak ada tekanan berarti. Tidak ada pertanyaan menusuk. Terlepas Berlin masih menjadi bagian timnya atau bukan, dia benar-benar memberitahu semuanya tanpa syarat. Semua pengetahuannya diberikan secara cuma-cuma.Dan tidak ada satu pun orang di ruangan tim peneliti yang menyangka arah interogasi ini akan berujung menyulitkan Lavi.Interogasi berlanjut dengan pertanyaan Pita. “Berarti kau termasuk pasukan penjelajah Ordo Guru? Berapa banyak pasukan di Ordo Guru?”“Ordo Guru punya sistem Sendi,” jawab Berlin. “Aku secara resmi bagian Sendi Tiga. Nama Bos kami Silver. Aku tidak tahu itu nama asli atau bukan, tapi kami memanggilnya seperti itu. Dia jarang menunjukkan diri. Selama aku di Ordo Guru, aku tidak pernah bertemu. Aku tidak tahu pasti wajahnya. Tapi aku pernah bertemu bos Sendi lain.”“Berapa banyak Sendi di Ordo Guru?”“Tiga belas. T
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

348. RUANG BESI #6

Lavi pikir aku hanya merangkulnya sampai setidaknya meja resepsionis.Namun, aku terus melangkah keluar Balai Dewan, melewati jalur berpaving yang sepi, lalu berjalan memasuki markas baru. Ketika Lavi pikir kami berbelok ke dalam, aku melewati jalur setapak ke belakang markas hingga danau. Hamparan air luas langsung terbentang. Angin sejuk berembus semilir. Ada beberapa tim stok di tengah danau sedang memancing. Jadi, aku mengajak Lavi duduk di sekat kayu—yang biasanya dipakai geng idiot untuk memancing. Sekat itu bertemu dengan bibir danau, lalu menjadi semacam dermaga kecil tempat kano bisa ditambatkan. Sekat kayu ini awalnya direncanakan sebagai sekat botol komunikasi dengan Ratu Arwah di Pulau Pendiri, tetapi karena Padang Anushka jarang berkomunikasi, dermaga ini beralih fungsi menjadi tempat pemancingan. Karena itu, ada dua bangku panjang yang sengaja ditanam sebagai tempat duduk.Pemandangan dari dermaga kecil itu cukup indah—rasanya seperti sedang d
last updateLast Updated : 2023-08-01
Read more

349. RUANG BESI #7

Aku sedang tertidur di pundak Lavi ketika Jesse berseru keras, “YESS!”Asva juga berseru, “Akhirnya!”Jesse masih tidak mau kalah suara dari Asva. “AKHIRNYA!”Dari semua gangguan yang kurasakan selama terlelap, itu satu-satunya yang berhasil membuat kesadaranku tersambung lagi. Kebetulan, teriakan Jesse muncul ketika kesadaranku mulai kembali. Ratu Arwah benar. Situasinya agak buruk kalau harus meninggalkan raga dalam waktu lama. Seluruh tubuhku seperti kaku. Dalam waktu yang cukup lama, aku kehilangan kendali akan tubuhku sendiri.“Jesse, kau membangunkannya,” tuntut Lavi.“Tempat ini bukan tempat tidur—tapi benar! Lebih baik dia bangun karena kita punya kabar bagus!” Seseorang seperti menepuk-nepuk pipiku penuh masalah personal. “Bangun! Bangun!”“Jesse!”Tepukan itu berhasil membuatku bangkit dari pundak Lavi. Cahaya terang benderang membutaka
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
61
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status